Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Perpaduan kurikulum antara kurikulum asing dan kurikulum nasional dalam proses belajar mengajar menjadi karakter khas di satuan pendidikan kerja sama (SPK). Karena memakai kurikulum asing, SPK juga mendatangkan guru-guru kerkebangsaan asing. SPK adalah satuan pendidikan yang dikelola atas dasar kerja sama antara lembaga pendidikan asing (LPA) yang terakreditasi atau diakui di negaranya dengan lembaga pendidikan di Indonesia (LPI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian besar sekolah SPK untuk jenjang Pendidikan anak usia dini (PAUD) dan TK menerapkan metode Montessori, Waldorf dan Reggio Emilia. Sedangkan untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah umumnya mengadopsi program International Baccalaureate (IB), program Penempatan Lanjutan (AP) Dewan Perguruan Tinggi dan kurikulum Sertifikat Internasional Pendidikan Menengah (IGCSE) Cambridge International.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain kurikulum yang “gado-gado”, sekolah SPK juga dilengkapi sejumlah fasilitas superior. Untuk fasilitas olahraga, misalnya sekolah ini memiliki kolam renang, lapangan tenis, lapangan sepak bola, lapangan basket, lintasan atletik dan lain-lain. Selain itu areal SPK yang relatif luas juga bisa menampung ruang serba guna, berbagai laboratorium, dan fasilitas keren lainnya.
Dengan fasilitas yang wah dan keberadaan guru-guru asing, maka norma berikutnya di sekolah SPK adalah biaya pendidikan yang mencapai ratusan juta rupiah dalam setahun. Dengan ongkos pendidikan yang relatif mahal, maka hanya keluarga dari kalangan menengah atas saja yang mampu menyekolahkan anaknya di SPK. Dan tentu saja, kesejahteraan guru-guru dan tenaga kependidikan di SPK jauh di atas rata-rata standar nasional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 31/2014, untuk mendapatkan gelar SPK ini, sekolah harus meraih akreditasi nasional “A” dan diakreditasi oleh institusi asing yang bekerja sama dengan mereka. Sekolah-sekolah SPK juga harus memasukkan tiga mata pelajaran kurikulum wajib, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan Nasional (PKN), Bahasa Indonesia dan Agama ke dalam kurikulumnya.
Meski kurikulum asing cenderung mendominasi pendidikan di SPK, siswa di sana juga mendapat sentuhan pendidikan Indonesia.
Bina Tunas Bangsa (BTB) School yang berlokasi di Pluit, Jakarta, adalah salah satu sekolah dengan kategori SPK yang berbasis kurikulum Cambridge International School dari Inggris. Sekolah yang siswanya kerap meraih medali kejuaraan Olimpiade ini memiliki fasilitas pendidikan bertaraf internasional seperti metode pembelajaran, 52 guru lokal dan asing hingga dukungan sarana prasarana seperti tiga laboratorium bahasa.
“Kami membuat fasilitas terbaik dan selalu menjaga kualitas,” kata Konselor BTB School, Williana Kusumaningsih.
Pihak BTB School menyambut baik kebijakan Kemdikbud yang mengalihkan alokasi anggaran untuk tunjangan profesi bagi guru SPK kepada guru honorer di pelosok-pelosok daerah di Indonesia. “Saat ini kami berkonsentrasi dengan pekerjaan dan mensyukuri apa diberikan yayasan,” katanya.(*)