Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air terus menurun dalam dua tahun terakhir. Begitu pula dengan luas area yang terbakar. Berdasarkan pemantauan citra satelit yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Januari-September 2017, luas karhutla tercatat sebesar 124.983 hektare. Angka ini jauh menurun hingga 71,5 persen dibanding pada 2016, seluas 438.360 hektare. Lebih signifikan lagi jika dibanding pada 2015, 2,61 juta hektare.
Setelah kebakaran pada 2015, pemerintah mulai mengedepankan upaya pencegahan dan melakukan early response (sebelum fase krisis). Sebelumnya, upaya yang diambil lebih fokus pada kejadian karhutla (saat fase krisis). Selain itu, keterpaduan para pihak, baik pemerintah pusat, daerah, Tentara Nasional Indonesia, kepolisian, swasta, maupun masyarakat, dalam penanganan karhutla turut menekan tingkat kejadian karhutla, terutama di daerah-daerah rawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di tingkat tapak, kunci penting keberhasilan penanganan karhutla 2017 ini tidak lepas dari sinergi dan kerja sama yang terjalin baik antara para pihak, seperti Manggala Agni KLHK, BNPB, BPBD, TNI, Polri, pemerintah daerah, pihak swasta, tokoh masyarakat, dan para pihak terkait lainnya," tutur Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B. Panjaitan.
Menurut Raffles, sinergitas tersebut membuahkan hasil nyata di lapangan. “Meskipun kebakaran masih terjadi di beberapa daerah, tidak menimbulkan dampak asap yang meluas serta menimbulkan kerugian besar seperti kejadian 2015 lalu,” ujarnya menambahkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Raffles juga merasa bangga terhadap upaya serta capaian Indonesia dalam menekan tingkat karhutla yang mendapat respons positif dari beberapa negara tetangga saat Conference of the Parties-ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (COP-AATHP) ke-13 di Brunei Darussalam pada September 2017.
Sedangkan pantauan posko Dalkarhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada satelit NOAA pukul 20.00 WIB, 21 Oktober 2017, kembali menangkap 14 hotspot yang tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Timur masing-masing 1 titik, Sulawesi Tengah (4 titik), juga Sulawesi Tenggara (2 titik). Sedangkan 26 hotspot juga terlihat satelit Terra Aqua (NASA) confidence level 80 persen yang tersebar di beberapa wilayah provinsi rawan karhutla dan provinsi lainnya di Sulawesi serta Nusa Tenggara.
Dengan demikian, berdasarkan satelit NOAA pada periode 1 Januari-21 Oktober 2017, terdapat 2.471 hotspot di seluruh Indonesia. Sedangkan, pada periode 2016, tercatat sebanyak 3.701 hotspot sehingga terdapat penurunan sebanyak 1.230 hotspot atau 33,23 persen.
Penurunan sejumlah 1.647 titik (44,57 persen) juga ditunjukkan satelit Terra-Aqua (NASA) confidence level 80 persen yang mencatat 2.048 hotspot pada tahun ini setelah sebelumnya pada 2016 sebanyak 3.695 hotspot. (*)