Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan menyelenggarakan webinar nasional berjudul “Partisipasi Pemuda dalam Pembiayaan Aksi Perubahan Iklim” pada Rabu, 27 April 2022. Menyasar para pemuda Indonesia, acara ini merupakan awalan dari rangkaian kegiatan visitasi proyek Green Sukuk atau Sukuk Hijau di tahun 2022 yang akan membawa para investor muda melihat langsung dampak hijau investasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Generasi muda diangkat sebagai fokus dari isu pembiayaan aksi iklim dikarenakan tren menarik dari laporan penerbitan Sukuk Hijau, yang menunjukkan partisipasi aktif investor muda dari kalangan millenial dan juga Gen Z.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 2018, Pemerintah Indonesia dengan dukungan UNDP telah menerbitkan tujuh seri Sukuk Hijau untuk menutup celah pembiayaan mitigasi perubahan iklim yang diperkirakan mencapai US$322 miliar hingga tahun 2030. Hingga saat ini, melalui empat penerbitan di pasar global dan tiga penerbitan di pasar domestik, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar US$4,2 miliar.
Kepala Subdirektorat Peraturan dan Analisis Hukum Surat Berharga Syariah Negara, Kementerian Keuangan, Nana Riana, menyebutkan bahwa dari penerbitan domestik, pemuda menempati hampir 50 persen sebaran investor berdasarkan kelompok usia. Menurutnya penerbitan Sukuk Hijau oleh Pemerintah Indonesia mencatatkan sejumlah prestasi yang dapat mempertegas komitmen Indonesia untuk berperan aktif mengatasi perubahan iklim. “Sukuk Hijau saat pertama kali diterbitkan pada 2018 merupakan green sukuk negara pertama yang diterbitkan di dunia digunakan untuk mengatasi isu iklim,” ujarnya.
Dampak penerbitan Sukuk Hijau, Nana melanjutkan, sudah tampak dari berbagai proyek hijau termasuk pembangunan jalur ganda kereta api lintas Jawa sepanjang 727 kilometer, 121 pembangkit listrik tenaga surya, mini hydro, dan micro-hydro. Dampak lainnya yakni 3,4 juta kepala keluarga memperoleh manfaat dari sistem pengolahan limbah.
Grafik Dampak Penerbitan Green Sukuk.
Kepala Subdirektorat Pengelolaan Proyek dan Aset Surat Berharga Syariah Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Agus Prasetyo Laksono, dalam sambutannya mengatakan terjadi kenaikan partisipasi generasi muda dalam pembiayaan untuk mengatasi krisis iklim.
“Di pasar domestik, peran milenial cukup mendominasi. Dalam tiga kali penerbitan rata-rata mencapai 43 persen. Keberhasilan green sukuk ritel memperlihatkan dominasi generasi muda. Bahkan dari hasil riset UNDP dan Kementerian Keuangan, sebanyak 60 persen anak muda menyatakan pentingnya pembiayaan hijau,” kata Agus mewakili Direktur Pembiayaan Syariah, Kementerian Keuangan.
Hal ini menandakan bahwa pemuda Indonesia tidak hanya memiliki kapasitas finansial untuk berinvestasi, tetapi juga memiliki keinginan berinvestasi untuk keberlanjutan. Disinyalir antusiasme milenial untuk membeli Sukuk Hijau ritel disebabkan oleh kesadaran berinvestasi untuk kelestarian lingkungan dan alam, selain dari keuntungan finansial.
Dengan berbagai dampak positif tersebut, Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wahyu Marjaka, mendorong pemuda melibatkan diri dalam pembangunan ekonomi hijau di Indonesia. “Mulai dengan langkah kecil seperti mengelola sampah. Tapi itu tentu tidak cukup karena harus ambil langkah lebih lagi, misalnya dengan green sukuk,” kata Wahyu.
Melibatkan diri dalam upaya-upaya aksi perubahan iklim, menurut Ekonom Lingkungan dan Co-Founder Think Policy Indonesia, Andhyta Firselly Utami, dapat dipicu melalui kesadaran terhadap kondisi yang dapat terjadi di masa depan. “Sebagai anak muda kami punya bayangan setelah bekerja keras dan menabung lalu menikmati masa pensiun yang makmur dan nyaman. Okelah KPR lunas dan punya tabungan untuk pensiun, tapi apa gunanya semua itu jika bumi hancur lebur,” ucapnya.
Namun, ekonom lingkungan yang akrab disapa Afu juga mengingatkan bahwa tanggung jawab menyelamatkan bumi tidak dibebankan hanya kepada generasi muda. Mengatasi krisis iklim ini harus diupayakan bersama, melalui kesadaran bersama, dan dibutktikan dengan tindakan nyata. Bukan saatnya lagi untuk saling tunjuk untuk mengambil alih tanggung jawab.
Semangat ini selaras dengan materi yang dipaparkan oleh Technical Associate for Climate Finance, UNDP Indonesia, Debi Nathalia bahwa Innovative Financing Lab membantu beberapa pemangku kepentingan dalam memanfaatkan pendanaan untuk pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ataupun target iklim di bawah Nationally Determined Contributions Indonesia.
“Dalam mendukung hal tersebut, kami bekerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, dan sebagainya,” tuturnya.
Diskusi - Partisipasi Pemuda Dalam Pembiayaan Aksi Perubahan Iklim, Rabu, 27 April 2022.
Webinar juga menghadirkan Vanessa Letizia selaku Direktur Eksekutif Greeneration Foundation serta Peneliti Kebijakan Senior Yayasan Indonesia Cerah, Mahawira Dillon. Keduanya menjadi fasilitator dalam diskusi aksi nyata pembiayaan hijau untuk topik penanganan sampah dan energi terbarukan.
“Kesenjangan pembiayaan untuk penanganan sampah masih sangat besar, sehingga kita harus secara kreatif mencari potensi pembiayaan lainnya,” kata Vanessa saat menyampaikan kesimpulan dari ruang diskusi penanganan sampah.
“Pemerintah perlu lebih banyak mengundang pemuda dalam diskusi ambisi iklim nasional serta strategi kebijakan,” ujar Mahawira saat menyimpulkan aspirasi para pemuda dalam ruang diskusi energi terbarukan.
UNDP Indonesia dan Kementerian Keuangan berharap bahwa terselenggaranya acara ini akan membuka ruang dialog antara pemuda dan pemangku kepentingan terkait perubahan iklim yang alhasil dapat menciptakan inisiastif baru mengenai upaya pelibatan pemuda dalam pembiayaan iklim – sebuah perubahan yang bersifat sistemik dan berkelanjutan.(*)