Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyaluran Kredit dan Dana Pihak Ketiga 'Double Digit', BRI Cetak Laba Rp29,90 Triliun

BRI dapat menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran 3,05 persen

25 Juli 2024 | 12.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Utama PT BRI Sunarso pada pemaparan press conference kinerja keuangan Triwulan II 2024 di Jakarta, Kamis 25 Juli 2024. Dok. Bank BRI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS – PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan entitas perusahaan anak atau BRI Group berhasil mencetak laba Rp29,90 triliun pada akhir Triwulan II 2024. Kinerja positif dan berkelanjutan itu tak terlepas dari pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh double digit.

BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.336,78 triliun atau 11,20 persen year on year (yoy) sampai akhir triwulan II 2024. Dari penyaluran kredit tersebut, segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI mencapai sekitar 81,96 persen atau senilai Rp1.095,64 triliun.

“Salah satu komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yaitu dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan khususnya dalam sektor UMKM melalui penyaluran kredit yang berkualitas,” kata Direktur Utama BRI Sunarso pada pemaparan press conference kinerja keuangan Triwulan II 2024 di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024.

Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI tercatat meningkat. Hingga akhir Juni 2024 tercatat aset BRI tumbuh 9,54 persen yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut, kata Sunarso, diikuti dengan penyaluran kredit yang selektif dan prudent sehingga perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.

“Karena main di UMKM dalam situasi seperti ini adalah tidak mudah. Saya katakan tidak mudah dan penuh tantangan,” ucap Sunarso.

BRI mencatat Rasio Loan at Risk (LAR) membaik atau turun, dari semula 14,94 persen pada akhir Triwulan II 2023 menjadi 12,00 persen pada akhir Triwulan II 2024. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05 persen dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60 persen.

“Sebagai bank yang portofolionya di sektor UMKM, NPL 3,05 persen ini menunjukkan bahwa BRI bisa menjaga kualitas kreditnya dengan baik. Melalui penerapan risk-risk management yang baik,” tutur Sunarso. “Dan apabila bank mampu memanage NPL-nya hingga 3 persen saya kira itu bukti bahwa pengelolaan kredit UMKM yang saat ini sedang mengalami tantangan bisa kita kelola dengan baik.”

Sunarso mengatakan, tidak memaksakan BRI untuk tumbuh di sektor UMKM jika terjadi banyak kredit macet. “Kita harus tumbuh di UMKM dengan selektif,” ucap dia.

Dia pun memiliki strategi untuk menseleksi UMKM. Pertama dengan memperketat Risk Acceptance Criteria (RAC) dan loan portofolio guidelines. “Bagi UMKM yang portofolionya sudah ada di bank dipilah lagi mana yang bisa lanjut mana yang bermasalah,” ujar dia.

Kedua, lanjut Sunarso, melakukan restrukturisasi. “Apakah restrukturisasi butuh kelonggaran, kalau memang akan dilakukan kelonggaran, diikuti. Kalau tidak ada kita lakukan restrukturisasi sesuai prinsip yang mengikuti ketentuan umum berlaku.”

Ketiga kalau tidak bisa direstrukturisasi, terpaksa tagih piutang (write-off), hapus buku kredit atau tutup buku. “Di situlah cadangan berbicara. Seberapa kuat kita bisa menggunakan cadangan. Cadangan BRI terhadap NPL lebih dari dua kali, sehingga itu cukup kalau semisal dilakukan write-off.”

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh 11,61 persen yoy menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun. Dana Giro dan Tabungan (CASA) tumbuh 7,66 persen yoy menjadi Rp877,90 triliun.

“Dana murah masih mendominasi struktur DPK BRI, dimana porsi CASA mencapai 63,17 persen dari total DPK BRI,” kata Sunarso.

Komitmen BRI untuk terus melayani seluruh lapisan masyarakat direalisasikan melalui strategi hybrid bank, salah satunya adalah dengan adanya AgenBRILink. AgenBRILink terbukti mampu menjawab karakteristik nasabah mikro dan saat ini memiliki peranan yang penting dalam roda perekonomian serta kehidupan masyarakat.

Hingga akhir Juni 2024, BRI telah memiliki 993 ribu AgenBRILink yang tersebar di lebih dari 61 ribu desa. Jumlah tersebut tercatat telah meng-cover lebih dari 80 persen dari total desa di Indonesia. Adapun volume transaksi AgenBRILink selama Januari - Juni 2024 telah mencapai sebesar Rp767 triliun atau tumbuh 13,6 persen yoy.

BRI juga memperkuat ekosistem super apps BRImo sebagai salah satu strategi transformasi digital untuk memberikan berbagai kemudahan masyarakat dalam bertransaksi. Hingga akhir Juni 2024 tercatat BRImo telah digunakan oleh lebih dari 35,2 juta user dan berhasil mencatatkan 2,01 miliar transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp2.574 triliun atau tumbuh 35,81 persen yoy.

Perseroan ini juga mampu meningkatkan fee based income menjadi sebesar Rp11,26 triliun atau tumbuh 10,15 persen yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp10,22 triliun. Sunarso mengakui, akan menatap paruh kedua 2024 dengan optimisme, hal ini tak lepas dari kondisi likuiditas dan permodalan BRI yang memadai, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank sebesar 86,59 persen serta Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 25,13 persen.

Memiliki kinerja yang sehat dan berkelanjutan, BRI pun mendapatkan pengakuan dari dunia internasional di antaranya, BRI dinobatkan Forbes Internasional sebagai perusahaan terbesar (peringkat 1) di Indonesia dalam daftar Forbes Global 2000 tahun 2024. Kemudian, BRI menduduki peringkat pertama untuk industri perbankan dan keuangan di Indonesia dan berada di urutan keempat untuk kategori finansial di Asia Tenggara dalam daftar Fortune Southeast Asia 500. BRI juga mendapatkan 11 penghargaan pada ajang The Finance Asia Awards and Asia's Best Companies Poll 2024. BRI juga menduduki peringkat teratas dari 26 bank di Indonesia yang masuk dalam daftar dan menempati ranking 110 secara global dalam daftar Top 1.000 World Banks 2024.

“Pencapaian dan penghargaan tersebut kami dedikasikan kepada seluruh nasabah BRI, utamanya untuk pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” kata Sunarso. Dia pun tak lupa mengapresiasi kontribusi dari seluruh Insan BRILian (pekerja BRI). BRI, lanjut Sunarso, akan menjadikan pencapaian itu motivasi untuk terus meng-create economic value serta men-deliver social value kepada seluruh stakeholders. (*)

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Fifia Asiani

Fifia Asiani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus