Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gelar Fashion Show, Menaker Hanif Ingin Populerkan Kain Sarung

Sarungan bukan ndeso atau kampungan. Sarungan itu keren.

1 Maret 2019 | 17.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Tenaga Kerja, M Hanif Dhakiri, pejabat eselon I, II dan III Kemnaker mengenakan kain sarung/kain khas nusantara di atas karpet merah untuk merayakan Hari Sarung Nasional yang bertema " Sarung is My New Denim" di kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Jumat, 1 Maret 2019. (dok Kemenaker)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL-- Suasana kantor Kementerian Ketenagakerjaan pada Jumat pagi, 1 Maret 2019, tak seperti biasanya. Kantor Kementerian Ketenagakerjaan meriah karena sedang merayakan Hari Sarung Nasional yang bertema "Sarung is My New Denim".

Menteri Tenaga Kerja M. Hanif Dhakiri, pejabat eselon I, II, dan III Kementerian Ketenagakerjaan secara bergiliran berlenggak-lenggok di halaman kantor kementerian dengan mengenakan kain sarung atau kain khas Nusantara di atas karpet merah.

Disaksikan ratusan pegawai Kementerian Ketenagakerjaan, yang juga mengenakan kain sarung dan berdiri di sisi karpet merah, Hanif, Sekjen Khairul Anwar, Dirjen PHI Jamsos Haiyani Rumondang, Dirjen Pengawasan K3 Sugeng Priyanto, serta Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono secara bergiliran berjalan di atas catwalk.

Dalam sambutannya, Menteri Hanif mengatakan pihaknya ingin mempopulerkan kain sarung sebagai salah satu busana nasional Indonesia. Semakin populer dan dikenalnya sarung serta diminatinya sarung oleh generasi milenial, semakin menimbulkan dampak ekonomi dan lapangan kerja yang luar biasa.

"Hari ini, kita sarungan bersama dalam acara bertema ‘Sarung is My New Denim’. Selama ini, denim identik dengan jeans. Hari ini, kita berbagai macam ragam dari jenis kain. Indonesia kaya betul dengan berbagai macam kain sarung, berbagai macam jenis dan bentuk. Ini jadi potensi ekonomi dan budaya," ujarnya.

Hanif menambahkan, sejarah sarung sangat panjang. Sekilas sarung sejak dulu digunakan kaum nasionalis dan santri. Namun lambat laun hanya kaum santri saja yang mengenakan sarung dan tiba-tiba sarung dianggap kampungan atau ndeso.

"Sarungan bukan ndeso atau kampungan. Sarungan itu keren. Kita harus keluarkan sarung dari citra negatif dan dianggap hanya mewakili kelompok tertentu. Sarungan  ini untuk semua orang karena sarungan  bagian dari budaya nasional, " katanya.

Menteri Hanif juga mengajak pegawai Kementerian Ketenagakerjaan untuk mengenakan sarung setiap Jumat. "Monggo, di Kemnaker, tiap hari Jumat pakai sarung, itu tak masalah. Saya tidak akan mewajibkan untuk bersarung, tapi kalau Jumat pakai sarung, kita kasih jempol," tuturnya.

Hanif menjelaskan, sarung bisa digunakan untuk berbagai macam jenis aktivitas. Misalnya, ibadah salat dan aktivitas lain. "Namun intinya kita ingin sarung ini kembali populer menjadi budaya nasional dan membantu penciptaan lapangan kerja di bidang produksi sarung. Mari kita harus bangga dengan jati diri Indonesia," ujarnya. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Esra Dopita Meret

Esra Dopita Meret

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus