Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Generasi Milenial Mempelajari Pancasila dari Keteladanan Para Pemimpin Bangsa

Saat ini bangsa Indonesia berada pada penjajahan gaya baru, yakni mudahnya terjadi saling mencaci dan fitnah.

10 Oktober 2017 | 17.56 WIB

Generasi Milenial Mempelajari Pancasila dari Keteladanan Para Pemimpin Bangsa
Perbesar
Generasi Milenial Mempelajari Pancasila dari Keteladanan Para Pemimpin Bangsa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO MPR - Di tengah kondisi Pancasila dengan ragam terpaan, banyak yang tidak memahami tentang sejarah dan Pancasila. Bahkan ada yang berusaha mengaburkan Pancasila hanya untuk kepentingan kelompok tertentu dan menjadikannya sebagai alat mengkriminalisasi kelompok lain, maka Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid, berpesan agar dalam kondisi apa pun, para generasi milenial yang berada pada arus perkembangan zaman, harus memiliki nilai tanggung jawab dan sejalan dengan penerapan nilai-nilai Pancasila.

Hal ini diungkapkan Hidayat dalam Dialog TV One, MPR Rumah Kebangsaan dalam tema “Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila” di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), MPR, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Senayan, Selasa, 10 Oktober 2017. “Pancasila harus hadir apa adanya, sesuai dengan yang dirumuskan para founding fathers and mothers,” katanya.

Dalam acara bincang-bincang berdurasi 30 menit ini, Hidayat mengatakan saat ini bangsa Indonesia berada pada penjajahan gaya baru, yakni mudahnya terjadi saling mencaci dan fitnah antarsesama. Ada upaya untuk memisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ada pula gerakan separatis yang bisa mengoyak NKRI. Menurut dia, Indonesia memiliki masalah di bidang ekonomi, agama, dan politik, yang punya kepentingan mengadu domba. “Seharusnya kita menyadari perbedaan yang dimiliki itu sebagai kekayaan bangsa, bukan sebagai rintangan bangsa,” ujarnya.

Untuk merumuskan sesuatu masalah, Pancasila memiliki sila keempat, musyawarah dan mufakat menjadi kata kunci semua permasalahan. Antara pemerintah dan DPR, ketika ingin membuat undang-undang masih mengandalkan musyawarah. Juga ketentuan baru dalam undang-undang pada pemilihan presiden yang dipilih secara langsung, itu juga melalui mekanisme musyawarah hingga keluar nama calon presiden. “Prinsip undang-undang adalah dicapai dengan cara musyawarah mufakat,” ucapnya.

Untuk pelaksanaan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka kondisi pemerataan ekonomi yang masih timpang itu menghadirkan negara untuk merealisasikan keadilan sosial. “Pancasila sebagai pandangan hidup bagi generasi milenial sebenarnya penerapannya mudah dan tidak rumit. Hanya ada lima sila dengan memakai bahasa Indonesia,” tuturnya.

Bila membandingkan kondisi dulu dan sekarang, maka di masa lalu Pancasila dipelajari lewat indoktrinasi dan saat ini lebih represif dengan sosialisasi. “Sosialisasi lebih natural untuk melaksanakan Pancasila dengan aman dan nyaman,” ujarnya.

Selain itu, untuk mewujudkan reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila maka Pancasila harus dibela. “Kita memiliki pegangan hidup sangat kuat yang sudah dilakukan para founding fathers and mothers, yakni Pancasila. Dan kita harus mempelajari Pancasila dari keteladanan para pemimpin,” katanya. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Nurul Tirsa Sari

Nurul Tirsa Sari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus