Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menjadi guru itu harus melalui panggilan hati dan bukan hanya sebatas profesi biasa”. Sepenggal kalimat yang langsung dirasakan oleh seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) dari Maluku, Wilter Rumahpasal. Wilter rela meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan finance yang cukup besar di Indonesia demi memberikan pendidikan bermutu untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wilter mulai menjadi guru honorer pada 2015 hingga 2021. “Walau menjadi seorang guru honorer saat itu, tapi saya merasakan sebuah kepuasan batin yang luar biasa saat saya bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada siswa siswi saya melalui tugas mengajar, membimbing, dan mendidik,” kata pria kelahiran 6 November 1989 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gaji yang diterima tiap 3 bulan pun tak seberapa. Namun, Wilter mengaku sangat bahagia, karena semua ilmu yang dimilikinya biasa dibagikan kepada generasi muda di daerahnya. Meski dua kali gagal dalam tes CPNS, Wilter kini telah menjadi ASN PPPK sejak 2021. “Kegagalan itu menjadikan perubahan mindset saya bahwa saya bukan gagal, tapi saya sementara dijarkan untuk terus belajar. saya bersyukur telah menjadi ASN PPPK," kata guru matematika di SMA Negeri 22 Seram Bagian Barat, Maluku, ini.
Saat ini, Wilter mengaku terus belajar untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi setiap hari. Dirinya juga terus memberikan motivasi bagi siswa siswi SMA Negeri 22 Seram Bagian Barat, Maluku. Sebab, sekolah tersebut masih memiliki keterbatasan ruang belajar. Hanya ada 3 kelas yang menampung siswa sebanyak 168 orang. “Akhirnya kami harus menggunakan ruang Laboratorium IPA, Perpustakaan dan Ruang Guru sebagi ruang belajar agar bisa menampung semua siswa dari kelas X sampai kelas XII,” ujarnya.
Meski dalam keterbatasan ruang belajar, Wilter mampu membuat inovasi pembelajaran yakni dengan mengembangkan strategi pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran"Saka Mese Nusa" yang mengintegrasikan pembelajaran berbasis teknologi dengan kearifan lokal. “Saka Mese Nusa adalah semboyan Kabupaten Seram Bagian Barat yang artinya Jaga dan Mempertahankan Pulau. Kemudian saya masukan ke dalam pembelajaran yang mengandung makna,” kata Penggerak Komunitas Belajar ini.
Makna itu yakni Saka singkatan dari “Sinergi Aktif”, mengacu pada pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Mese singkatan dari “Masyarakat Sejahtera”, yang menekankan pada relevansi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Serta, Nusa yang mengacu pada “Nusa Ina”, yang berarti pulau atau daratan, menyimbolkan akar budaya, sumber daya alam dan pengetahuan lokal.
“Setiap apersepsi, ilustrasi, contoh atau kasus atau masalah dalam pembelajaran dimulai dari yang berkearifan lokal dari sisi budaya, sumber daya alam atau pengetahuan lokal, baru kemudian dihubungkan dengan yang bersifat umum secara nasional, regional, internasional, modern atau kontemporer dengan pemanfaataan teknologi,” ujar Finalis Duta Rumah Belajar 2020 dan 2021.
Tujuannya agar siswa lebih dekat dengan kearifan lokal, lebih mencintai budaya dan bangga menjadi anak daerah dengan kekayaan kearifan lokal dan budaya sebagai sebuah identitas. “Namun juga mereka terus berkembang sesuai masa dan zamannya melalui pemanfataan teknologi modern,” kata peraih Google Certified Educator-Level 2 ini.
Meski, Wilter menghadapi tantangan bahwa tidak semua hal baik dan positif yang dilakukan dapat diterima rekan sejawatnya pada waktu tertentu, tapi dirinya tetap berpikir positif dengan melakukan perubahan, hal-hal positif atau inovasi kecil di kelas atau di sekolah yang bisa berdampak bagi siswa, rekan sejawat atau lingkungan belajar. “Jangan mudah menyerah dengan keadaan atau situasi. Karena para siswa adalah mutiara dan emas yang ditipkan bagi saya dan rekan-rekan guru untuk terus dibina, dididik, dan mendapatkan setiap ilmu agar kelak mereka semakin bercahaya,” ujar Finalis Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud Provinsi Maluku (2023). (*)