Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gus Jazil: Tauladani Nabi Kelola Keragaman dengan Musyawarah

Sejarah kehidupan di Madinah hingga lahirnya Piagam Madinah merupakan pengalaman hidup yang tepat dilakukan di tengah masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

19 Oktober 2021 | 10.45 WIB

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid SQ
material-symbols:fullscreenPerbesar
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid SQ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL-Wakil Ketua MPR Dr. H. Jazilul Fawaid SQ., MA, mengajak  umat Islam agar menjadikan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai jalan untuk semakin menauladani apa-apa yang dicontohkan oleh Nabi. Maulid Nabi merupakan perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini biasa dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Dalam kalender Masehi, Maulid Nabi tahun ini jatuh pada 19 Oktober namun oleh pemerintah hari liburnya digeser menjadi tanggal 20 Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), umat Islam penting untuk meningkatkan menauladani perilaku Nabi sebab rasul terakhir itu merupakan panutan hidup. “Sudah selayaknya apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Nabi,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu, Jakarta, 18 Oktober 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pria kelahiran Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu mengatakan, Nabi tidak hanya menauladankan ummatnya bagaimana kita beribadah dalam urusan akhirat saja namun dalam urusan keduniawian banyak sekali Nabi memberi contoh dan memberi solusinya bila ada masalah atau persoalan. “Dalam urusan dagang, Nabi banyak memberi resep bagaimana dagangan kita laris tanpa berbuat curang atau merugikan orang lain,”katanya.

Nabi membawa ummatnya kepada kehidupan yang terbuka dan berdampingan dengan umat-umat yang lain. Pada masa kehidupan Nabi, di sana juga ada kehidupan kaum Nasrani, Yahudi, dan penganut-penganut kepercayaan yang lain.

Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menuturkan untuk hidup berdampingan dengan umat yang lain, Nabi membuat perjanjian dengan mereka. Pada masa itu di Madinah hidup berbagai macam ummat beragama dan kepercayaan yang lain. Di kalangan umat Islam juga ada dua kelompok yakni kamu muhajirin dan anshar. Perbedaan yang ada oleh Nabi ingin dipersaudarakan, disatukan, dengan ikatan hukum yang disepakati bersama. “Sebelum mempersaudarakan umat Islam dengan ummat yang lain, Nabi lebih dahulu mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar,” ujarnya.

Setelah sesama umat Islam saling bersaudara, selanjutnya Nabi membuat perjanjian dengan umat-umat yang lain. Perjanjian itulah yang disebut dengan Piagam Madinah. Piagam itu menjadi aturan bersama seluruh umat yang tinggal di Madinah. “Isi Piagam Madinah berisi mengenai persamaan hak, kewajiban, dan saling tolong menolong dalam kebaikan,” ujar Gus Jazil.

Gus Jazil ini menekankan umat Islam wajib menauladani bagaimana Nabi menyelesaikan perbedaan dan kepentingan antarumat. “Nabi mencontohkan bila ada perbedaan kepentingan dengan yang lain maka cara yang dilakukan adalah bermusyawarah,” katanya.

Menurut Gus Jazil, sejarah kehidupan di Madinah hingga lahirnya Piagam Madinah merupakan pengalaman hidup yang tepat dilakukan di tengah masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sama seperti di Madinah pada masa itu, di Indonesia pun kehidupan juga beragam. “Nah, kita hidup di tengah keragaman. Keragaman yang ada bisa dikelola dengan cara musyawarah seperti yang pernah dilakukan Nabi di Madinah,” ujar Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus