Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengandalkan Keluarga Untuk Mencegah Penyebaran Corona

Gerakan berbasis komunitas efektif melindungi masyarakat dari Covid-19.

13 Oktober 2020 | 19.09 WIB

Ngobrol @tempo yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube tempodotco bertajuk Waspada Klaster Keluarga, Kamis (08/10)
Perbesar
Ngobrol @tempo yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube tempodotco bertajuk Waspada Klaster Keluarga, Kamis (08/10)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO BISNIS-- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, punya beragam strategi untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19) di wiayahnya. Salah satunya adalah program Jogo Tonggo, sebuah gerakan ini saling menjaga antar-tetangga, khususnya keluarga. Dengan cara itu, masyarakat diharapkan tetap bertahan dalam keterbatasan aktivitas selama pandemi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Saya selalu cerewet. Karena tidak boleh berhenti mengedukasi untuk menyampaikan kepada masyarakat,” ujar Ganjar dalam acara Ngobrol @Tempo bertajuk Waspada Klaster Keluarga, Kamis, 8 Oktober 2020. Acara yang dipandu Redaktur Tempo, Ali Nur Yasin, juga dihadiri pakar epidemiologi  yang juga Direktur Ahlina Institute, Tifauzia Tyassuma dan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM) Sigit Pramono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ganjar mengatakan Pemerintah Jawa Tengah gencar merangkul kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), posyandu, karang taruna, dan lembaga-lembaga keagamaan untuk menekan penyebaran Covid-19. Gerakan melawan virus corona juga diperluas ke kelompok-kelompok masyarakat. “Seperti gerakan jogo kerjo, jogo santri, hingga jogo kiyai,” tuturnya.

Pakar epidemiologi Tifauzia Tyassuma menyatakan, selama tujuh bulan penyebaran Covid-19 di Indonesia, suatu keniscayaan klaster keluarga menjadi penyumbang kenaikan grafik kasus positif corona. Alasannya, kata dia, Indonesia sudah mengalami tiga tahapan epidemiologi.

Pada Maret-Mei merupakan tahap transmisi global, Juni-Agustus tahap transmisi lokal dan September-sekarang sudah memasuki tahap transmisi individu. “Individual transmission itu terjemahan klaster keluarga. Karena transmisi global dan lokal sudah terlampaui,” ujarnya.

Menurut Tifauzia, untuk menurunkan grafik kasus Covid-19, Indonesia harus melakukan beberapa langkah. Pertama, kebijakan menyeluruh. Kedua, kepemimpinan yang kuat sekaligus jadi teladan. “Bagaimana rakyat akan patuh menggunakan masker, jaga jarak, kalau pejabatnya saja tidak melakukan itu. Masih selfie-selfie,” tuturnya.

Ketiga, yakni tanggung jawab warga negara. “Artinya jika komunitas atau keluarga ini dipersiapkan, maka mereka akan menyumbang peran luar biasa dalam mengurai masalah,” kata Tifauzia. Ketiga pilar itu adalah simpulan riset yang dilakukannya terhadap 15 negara yang sukses dalam menahan laju penyebaran pandemi Covid-19.

Adapun Ketua Gerakan Pakai Masker, Sigit Pramono, mengatakan pasar rakyat adalah wilayah dengan kasus penularan Covid-19 tertinggi di Indonesia. Saat ini tercatat ada sekitar 9.200 pasar rakyat di Tanah Air. “Gerakan pakai masker menyasar menyasar pelaku usaha di pasar tradisional,” ujarnya.

Menurut Sigit, risiko penularan virus corona bisa ditekan sampai 75 persen dengan menggunakan masker. “Meskipun gerakan ini juga ternyata tidak mudah," kata mantan Ketua Umum Perbanas ini.

Sigit mengatakan, GPM juga menyasar wilayah-wilayah penghuni padat seperti pesantren dan pusat-pusat perkantoran.  “Kami menyakini gerakan ini bisa menyelamatkan nyawa sekaligus ekonomi,” tuturnya.(*)

Abdul Jalal

Abdul Jalal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus