Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pt metrodata epsindo membidik masa depan

Memadukan kualitas dengan kecanggihan teknologi, perusahaan ini tumbuh mengesankan. tingkat penjualan melonjak sementara tingkat efisiensinya makin tinggi. prosfeknya cerah, apalagi bila bentuk label made in karawang sudah melanglang ke mancanegara.

15 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DELAPAN dari sepuluh printer komputer di Indonesia adalah produk EPSON. Sehingga tak berlebihan jika sampai lahir anggapan bahwa hanya ada dua printer, yang satu adalah EPSON dan satu lagi, adalah produk lain di luar EPSON. Bahkan pameo ini dikenal bukan cuma di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Anggapan tadi setidaknya menggambarkan, betapa luasnya printer EPSON digunakan di sini. Sampai sekarang pangsa pasar printer EPSON di Indonesia tetap tak tergoyahkan, meski makin banyak merek lain merambah pasar Indonesia. Namun, cengkeraman yang begitu kuat itu bukanlah prestasi yang diraih dengan sekonyong-konyong. Melainkan buah dari kerja keras dan, upaya sistimatis dari pengelola P.T. Metrodata Epsindo agen dan distributor tunggal- kemudian produsen- komputer dan printer EPSON di Indonesia selama sewindu usianya. Perusahaan dalam Grup Metrodata- termasuk kelompok perusahaan Metropolitan Development- ini didirikan pada 1983, mula-mula dengan mengibarkan bendera P.T. Sarana Hitech Systems. Tahun 1989 nama ini diubah menjadi P.T. Metrodata Epsindo, "lantaran sebagian besar kegiatan usaha kami adalah mengageni, menjual dan kemudian memproduksi produk merek EPSON," papar Ir. Lesan Limanardja, Direktur Utama Metrodata Ep- sindo. Sejak ditunjuk oleh Seiko EPSON Corporation, Jepang sebagai distributor tunggal pada 1 Agustus 1983, dari tahun ke tahun perusahaan ini tumbuh pesat. Indikatornya, lihat saja tingkat perkembangan majemuk tahunan (Annual Compounded Growth Rate)nya yang mencapai lebih dari 100 persen. Pertumbuhan yang begitu sehat, selain karena volume penjualan yang melonjak dari tahun ke tahun, juga lantaran perusahaan ini mengembangkan terus menerus kualitas jasa purna jual kepada pemakai produk EPSON. Perpaduan kualitas produk EPSON, kualitas layanan penjualan dan kualitas purna jual tak ayal menyebabkan 80 persen pangsa pasar dari total penjualan printer komputer di Indonesia tahun 1990 dikuasal produk ini. Naik 10 persen, dari hanya- menurut survei Ikatan Profesi Komputer & Informatika Indonesia (IPKIN)- 70 persen pangsa pasar yang sudah diraihnya sejak tahun 1988. Akan halnya laba bersih yang berhasil diraup perusahaan ini tahun lalu mencapai Rp 9,4 milyar dari total penjualan senilai Rp 80,4 milyar. Nilai laba bersih dan penjualan itu masing-masing meningkat 233 persen dan 70 persen dibanding laba bersih dan penjualan tahun 1989. Prestasi yang terus-menerus mengesankan itu tak pelak lagi menyebabkan Metrodata Epsindo- disingkat dari Metrodata EPSON Indonesia- diakui Seiko EPSON, Jepang, sebagai distributor EPSON terbesar di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Bahkan sebelum itu, tahun l987 terpilih sebagai "Distributor of the Year" oleh EPSON Singapore Pte. Ltd. Tahun 1989 predikat yang sama diraih kembali oleh perusahaan ini. Maka sangat beralasan bila Seiko EPSON, Jepang, kemudian menyetujui Metrodata Epsindo untuk memproduksi sendiri printer EPSON sejak tahun 1988. Meski pada mulanya hanya menghasilkan printer tipe LX-800, pabrik yang terletak di kawasan industri Pulo Gadung ini makin berkembang sejak tahun 1990. Bahkan akhir tahun ini akan diperluas dan dipindahkan ke pabrik baru yang dibangun di lokasi seluas tiga hektar di Cikarang. Sekarang pabrik ini telah mampu memproduksi printer yang lebih besar, misalnya tipe FX-1050 dan LX-850. Juga direncanakan membuat personal computer (PC). PERUSAHAAN PUBLIK Kebutuhan akan modal yang sangat besar pada saat akan mengembangkan pabrik printer dan komputer tadi menyebabkan manajemen Metrodata Epsindo melirik pasar modal. Pada Februari 1990 perusahaan ini mulai menawarkan sahamnya di bursa (go public). Sebanyak 1.468.000 lembar saham- 10 persen dari total saham- masing-masing dengan nilai nominal Rp 1.000 dilempar ke bursa. Harga perdananya, Rp 6.800 per lembar saham- dengan Price Earning Ratio (PER) 10,98 kali. Besarnya minat investor untuk membeli saham Metro data Epsindo dapat dilihat dari permintaan ketika itu. "Bahkan over subscribed sampai 17 kali lipat dari jumlah saham yang akan dilepas," kenang Drs. Janto Haman, Direktur Pengelola Metrodata Epsindo. Endusan para investor itu tak keliru, memang. Buktinya, setelah setahun lebih melangkah di bursa, saat ini selembar saham Metrodata bernilai Rp 9.600- atau Rp 2.800 di atas harga perdana. "Posisi saham kami di bursa sangat stabil. Hanya sekali- itu pun cuma berlangsung sehari- harga saham kami anjlok Rp 100 di bawah harga perdana," ungkap Janto Haman. Padahal saat itu banyak saham yang anjlok sampai lebih dari 50 persen di bawah harga perdana dan indeks bursa saham Jakarta jatuh dari 600 ke titik di bawah 400. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan ini pada Maret 1991 menetapkan membagi dividen sebesar Rp 7,11 milyar dari total laba bersih tahun 1990 yang mencapai Rp 9,4 milyar. Jumlah dividen yang dibagikan itu mencapai 75,7 persen dari total laba bersih. Artinya, "Jauh lebih besar dari hanya 20 sampai 30 persen seperti yang dijanjikan dalam propektus ketika kami mulai terjun di pasar modal," beber Lesan Limanardja bangga. Keputusan RUPS itu tentu saja menggembirakan pemegang saham terutama publik yang membeli saham di pasar modal. "Ini kami lakukan bukan karena hanya sekedar ingin mengambil hati pemegang saham, tetapi semata-mata karena prestasi perusahaan memang memungkinkan untuk itu," ujar Janto Haman. Dengan keputusan itu maka pada tahun buku 1990 setiap lembar saham mendapat dividen sebesar Rp 484. Posisi yang dicapai tersebut membuktikan optimisme taipan Ciputra, Komisaris Utama Metrodata Epsindo, sebelum perusahaan masuk pasar modal lebih setahun lalu, ternyata tak meleset. "Metrodata Epsindo adalah perusahaan terbaik di antara semua yang baik dalam grup Metrodata," ujarnya ketika itu. MERAGAMKAN PRODUK Sampai tahun ini Metrodata Epsindo masih mengandalkan komputer pribadi (PC) dan printer merek EPSON sebagai sumber utama pendapatannya. Namun, setelah mencapai usia sewindu- yang lazim diyakini sebagai suatu patokan waktu lengkapnya sebuah pengalaman dan kemampuan- kini manajemen perusahaan ini mulai meragamkan aktivitasnya. Antara lain dengan menambah produk-produk yang dijualnya. Metrodata Epsindo telah ditunjuk sebagai distributor untuk produk key telephone system dan PABX merek Hitachi, Jepang. Produk ini diambil karena, "pertumbuhan bisnis telekomunikasi akan meningkat pesat," kata Lesan Limanardja. "Pemerintah merencanakan menambah saluran telepon sampai tujuh juta saluran sampai tahun 2.000. Bukankah ini prospek yang amat cerah?" Di samping itu, perusahaan ini juga menjadi distributor komputer: workstation dan server dari SUN MICROSYSTEMS, Amerika Serikat. Merek ini merupakan peraup pangsa pasar workstation terbesar di dunia- mencapai 38,2 persen dari total pasar dunia, dengan volume penjualan sebanyak 141.800 unit. Sedangkan tempat kedua diduduki Hewlett Packard dengan pangsa pasar 20,4 persen dan volume 75.550 unit. Posisi ketiga diraih oleh Digital Equipment sebesar 16,9 persen dengan volume 62.500 unit. Akan halnya IBM menduduki tempat keempat dengan pangsa pasar 4,6 persen dengan volume 17.000 unit. (Sumber: International Data Corp. 1991). SUN (singkatan dari Stanford University Network) MICROSYSTEMS adalah pionir dari sistem terbuka dengan arsitektur chip microprocessor berdasarkan SPARC RISC (Scalable Processor Architecture, Reduced Instruction Set Computer) dan Operating Systems UNIX dari AT & T. Sejak tahun 1987 SUN MICROSYSTEMS- yang didirikan tahun 1982 oleh empat orang, di antaranya Mr. Scott G. McNealy, alumnus Stanford University yang kini menjabat Chief Executif Officer SUN MICROSYSTEMS INC.- telah mengimplementasikan SPARC/RISC Microprosessor di setiap produk komputernya. Lantaran komitmennya pada sistem terbuka tadi, maka teknologi SPARC ditransfer ke SPARC International agar teknologi ini dapat dilisensikan untuk umum. Pada tahun 1990, menurut sumber International Data Corp., pangsa pasar SPARC RISC mencapai 66 persen (140.565 unit). Posisi ini disusul di bawahnya oleh MIPS yang meraup 16,8 persen dan IBM sebesar 8 persen. Menurut Janto Haman, SUN benar-benar sistem yang terbuka. "Dunia tahu itu," ujarnya. "Memang banyak computer vendor yang juga mengklaim bahwa sistemnya terbuka pula, tetapi pengertian sistem terbuka (Open Systems) menurut SUN harus memenuhi tujuh kriteria," paparnya. Tujuh kriteria itu, adalah Interfaces komputer ( Microprocessor architecture, System bus, operating systems, window systems, graphical user interface, networking, Application Binary Interfaces, Application Programming Interfaces) harus mempunyai spesifikasi yang mudah dimengerti dan dipublikasikan Kecuali itu, spesifikasi tersebut harus tertulis dan mudah dipelajari Interfaces harus tersedia dengan harga yang relatif rendah Interfaces tersebut dapat diperoleh dari berbagai perusahaan- tidak melulu tergantung pada satu perusahaan Interfaces dapat bebas digunakan tanpa khawatir dituntut secara hukum Referensi mengenai implementasi dari Interfaces harus tersedia dengan biaya relatif rendah Dan perlu ada organisasi independen yang melakukan branding dan testing atas kompabilitas untuk memastikan bahwa spesifikasinya terlindung dan dikembangkan dengan jalan yang adil. Dengan demikian, membuka kesempatan teknologi tersebut dapat diperbaiki terus menerus dengan inovasi baru. Dan ini akhirnya akan memberi manfaat bagi pro- dusen maupun konsumen. Oleh kalangan tertentu, SUN sebagai pelopor sistem terbuka dipandang sebagai pembawa bencana bagi Sistem Tertutup ( Proprietory). Sistem Terbuka ini, "memang seperti revolusi" kata Janto Haman. Sistem ini memungkinkan konsumen memiliki sistem komputer yang terdiri dari beberapa merek. "Bahkan di masa mendatang konsumen dapat merakit sendiri- karena komponennya dapat dipakai dan beberapa sumber- sesuai selera dan kebutuhannya, dengan sistem ini maka itu bisa diwujudkan," lontar Janto Haman dengan air muka optimistis. "Zaman ketika produsen mendikte konsumen agar bergantung terus-menerus pada satu merek, kini sudah menjadi masa lalu." Open System memang makin diminati. Buktinya, dalam waktu hanya delapan tahun SUN MICROSYSTEMS berhasil mencapai penjualan sebesar US$ 2,5 milyar pada tahun 1990. Dan pertumbuhan majemuk tahunan lebih dari 100 persen sejak tahun 1982. Sementara lebih 2.100 aplikasi software bcrhasil dibuat dan dijalankan dalam sistem SUN yang mcnggunakan microprocessor SPARC. Apalagi SUN memperkenalkan SPARC station SLC dengan harga yang bersaing dengan PC 386/486 tetapi mempunyai CPU per- formance tiga kali lebih baik dan kemudian disusul SPARC Station IPC, Color RISC Workstation. Kemudian dua produk ini bahkan menjadi best seller. SUN adalah komputer yang dapat hidup bersama dengan berbagai merek komputer dalam berbagai lingkungan yaitu PC, mini, mainframe dan bahkan supercomputer. lngat SUN berarti ingat SPARC/UNIX/OPENLOOK/ONC yang menjadikan SUN sebagai sistem yang benar-benar terbuka. Selain produk primadona baru itu, Metrodata Epsindo juga dipercaya oleh Digital Research, Amerika Serikat untuk menjadi distributor untuk produk DR Dos 5.0. Sebuah produk software yang sedang menjadi buah bibir di dunia komputer karena kecanggihannya yang luar biasa. Pasar yang dibidik untuk DR Dos. 5 ini adalah produsen PC dalam negeri. Sebab, "pasar PC di Indonesia sebenarnya 70 persen dikuasai oleh produksi dalam negeri," kata Janto Haman. "Pokoknya, untuk PC kita sudah jadi tuan rumah di negeri sendiri. Itulah sasaran pasar DR Dos 5," sambungnya. Pengembangan mutu PC dalam negeri dilakukan dengan- antara lain- memakai operating systems yang asli. Salah satunya, DR Dos 5- yang jika dikawinkan dengan PC buatan dalam negeri akan menjadi PC yang punya performance lebih baik. Dan jika PC ini bersaing di pasaran dengan PC impor dari Taiwan- negara produsen PC berbagai merek, "produk hasil perkawinan kita cukup unggul," ujar Janto Haman. Dan peluang bersaing itu akan terbuka lebar. Tahun ini saja total penjualan PC- untuk seluruh merek- di Indonesia diperkirakan akan mencapai 150.000 unit. Rupanya Tahun Kambing yang dipercaya membawa keberuntungan ini hendak dimanfaatkan maksimal oleh Metrodata Epsindo untuk merebakkan aktifitasnya. Tak cukup hanya dengan menjadi produsen dan distributor produk barang-barang informatika dan telekomunikasi, perusahaan ini bahkan melebarkan sayap menjadi produsen barang barang elektronik. Sejak Februari tahun ini sudah dijalin kerjasama (joint venture) dengan Samsung Electronics dari Korea Selatan unuk mendirikan sebuah industri penghasil barang elektronik. Usaha patungan ini akan menghasilkan televisi, radio/video, casette recorder, video camera, compact disc player, music centre, car audio systems, dan louds speaker. "Delapan puluh persen penjualan produknya direncanakan di pasar ekspor. Antara lain ke Eropa, Amerika serta Asia dan Oceania. Dan ini merupakan industri elektronik pertama di Indonesia yang dibuat dengan tujuan sebagian besar produknya untuk ekspor," ungkap Janto Haman. Pengusaha berusia 33 tahun ini yakin pasar barang elektronik masih terbuka luas di manca negara. "Karena peluang pasar terbuka luas untuk waktu yang panjang, dan karena teknologi berkembang cepat, maka kami dengan Samsung sudah memiliki kiat tertentu buat menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi," katanya. Lahan seluas 30 hektar sudah siap dibangun di daerah Kerawang untuk membangun pabrik industri ini. "Cita-cita kami, tahun depan akan ada barang elektronik yang dijual di Amerika atau Eropa dengan lebel "Made In Karawang," ujarnya berseloroh. Industri kebanggaan Metrodata Epsindo ini akan dimulai dengan modal US$ 40 juta. Modal sendiri US$ 10 juta, 20 persen Metrodata Epsindo dan 80 persen Samsung. Selebihnya, US$ 30 juta pinjaman jangka panjang dari beberapa bank. Secara bertahap investasi akan ditingkatkan menjadi US$ 150 juta. Penambahan ini untuk menambah jenis produk, misalnya dengan telepon dan key telephone serta color picture tube. Saham PT Metrodata Epsindo dalam komposisi kepemilikan tadi, menurut Janto Haman, "sesuai dengan peraturan pemerintah tentu saja secara bertahap akan ditingkatkan hingga mencapai porsi 51 persen." Produksi usaha patungan, yang direncanakan melempar produksi perdananya pada triwulan pertama tahun 1992, ini pada tahun kelima akan mencapai kapasitas puncak. Pada saat itu, kelak, ditargetkan total nilai penjualan setahun mencapai US$ 375 juta. Meski pada tahap-tahap awal bahan baku industri ini masih banyak yang diimpor, "tapi secara bertahap kami akan meningkatkan prosentase pemakaian komponen dalam negeri. Agar sejalan dengan tujuan dibangunnya industri hilir, yakni menunjang program pemerintah meningkatkan pendapatan devisa," beber Lesan Limanardja. Peningkatan pengggunaan local contents ini akan ditempuh dengan upaya mengajak pabrik komponen di dalam negeri menghasilkan produk yang sesuai dengan standar Samsung. Di samping itu, "juga mengundang beberapa pabrik komponen di Korea Selatan- yang sudah lama memasok komponen Samsung- untuk menanam modal di Indonesia," tambah pria 52 tahun yang tampak awet muda ini. Mengapa Samsung yang digandeng Metrodata Epsindo? Kecuali lantaran antara kedua perusahaan ini sudah lama terjalin kerjasama di bidang komputer, pertimbangan yang lebih kuat adalah Samsung industri raksasa yang paling stabil di negaranya. Juga karena teknologi Samsung lebih unggul ketimbang perusahaan di lain negara itu dan di beberapa negara lain- Taiwan misalnya. Sedangkan untuk melirik industri di Jepang, umumnya produsen elektronik negeri Sakura sudah lebih dulu menjalin kerjasama dengan pihak lain di Indonesia. "Toh teknologi Samsung tidak ketinggalan dibanding teknologi Jepang. Dengan demikian, dalam alih teknologi kita tidak akan mendapat yang lebih rendah dari apa yang dapat diberikan Jepang misalnya," papar Janto Haman. PROSPEK CERAH Dengan perluasan aktifitas usaha ini maka, menurut Lesan Limanardja, tinggal satu jenis usaha dari missi Metrodata Epsindo yang belum dijamah. Yakni industri penghasil barang-barang komponen. "Kelak kalau ada investor luar negeri yang bersedia, kami akan masuk ke industri komponen. Kan pasarnya sudah jelas, pabrik barang elektronik itu," ujarnya optimistis. Untuk menyesuaikan dengan kiprah perusahaan yang bakal makin marak di masa depan itu, maka bendera Metrodata Epsindo dirasakan sudah tak sesuai lagi. Itu sebabnya kini mulai dikibarkan bendera baru dengan nama P.T. Metrodata Electronics. "Nama yang sesuai dengan tuntutan kemajuan perusahaan dan era globalisasi," lontar Lesan. Kendati demikian filosofi perusahaan tak mengalami pengubahan. Yakni, berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional, saling percaya dan saling menghormati, berusaha mencapai kesempurnaan dan mengutamakan kepuasan pelanggan. Filosofi perusahaan yang dicetuskan dengan idealisme yang kuat itu, "sudah terbukti berhasil mengantar perusahaan ini sampai pada keadaan seperti sekarang," tutur Lesan serius. Berlandaskan pada filosofi seperti itu, tak heran kalau kerapkali Ciputra menanamkan semangat kekeluargaan kepada para dealer maupun retailer- yang kini jumlahnya lebih 500 di seluruh Indonesia. "Kita semua adalah keluarga besar. Dan sukses yang kita capai adalah berkat kerja keras kita bersama," katanya selalu dalam tiap kesempatan bertemu dealer atau retailer. Dengan prinsip kebersamaan ini, menurut Lesan, keluarga besar ini memberikan yang terbaik bagi kepuasan pelanggan- komitmen utama perusahaan ini. Upaya mewujudkan komitmen ini dikonkritkan melalui pembukaan fasilitas Pusat Dukungan Pelanggan (PDP) dan Pusat Dukungan Teknis (PDT) yang tersebar di seluruh Indonesia. "Dari pusat dukungan itu pelanggan dan calon pelanggan mendapat informasi produk, mendapat latihan, dan layanan purna jual. Semuanya diberikan dengan serba cepat, cermat dan mudah," papar Lesan. Kualitas layanan yang demikian memikat itu ternyata tak menurun kendati tingkat efisiensinya makin tinggi dari tahun ke tahun. Dan tampaknya ini juga salah satu rahasia di balik suksesnya. Lihat saja Rasio Laba Kotor (RLK) dan Ratio Laba Bersih (RLB) perusahaan ini. Tahun 1989 RLK-nya hanya 12,86 persen kemudian naik 17,36 persen tahun berikutnya. Sedangkan RLB-nya meningkat menjadi 17,1 persen di tahun 1990 dari cuma 8,7 persen pada tahun 1989. Dikaitkan dengan nilai penjualan yang makin besar, indikator ini menunjukkan, efisiensi yang kian tinggi tidak mengurangi kualitas layanan penjualan dan purna jual. Boleh jadi, karena antara lain rahasia sukses ini pula mengapa Lesan Limanardja yakin mematok target peningkatan penjualan sampai 30,5 persen dan peningkatan laba bersih sekitar 20 persen untuk tahun ini. Kendati prospek ekonomi kita tak cerah benar. Apalagi pertumbuhan pasar komputer di Indonesia tahun ini diperkirakan hanya sekitar 30 persen. Bagi pemegang saham target yang dipatok tadi akan cukup menggembirakan. Sebab, bila target itu tercapai, maka dividen yang akan dibayarkan pada tahun buku 1991 akan sama dengan tahun 1990. Di tengah rontok dan tiarapnya nilai saham banyak perusahaan di pasar modal, apa yang diperkirakan dapat diberikan perusahaan ini masih lebih baik dari yang diperhitungkan banyak pihak. Lebih dari itu, dengan memperhitungkan membengkaknya nilai penjualan mulai 1992- karena mulai dijualnya produk-produk baru barang elektronik, komunikasi dan informatika- saham Metrodata Electronics menjanjikan keuntungan besar untuk dua tiga tahun mendatang. "Kami memang selalu membidik masa depan," kata Lesan dengan nada pasti. Agaknya ini selaras dengan karakter bisnis informasi dan hitech yang digelutinya yang- seperti kata Ciputra- "bersifat future business".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus