TIDAK lama lagi, ketergantungan melamin resin pada impor, yang selama ini menghabiskan devisa 31 juta dolar AS (sekitar Rp 60 milyar), dapat dihapus sama sekali. Sebaliknya, akan diperoleh devisa sebesar itu juga, hasil dari ekspor melamin, yang Rabu lalu pembangunan pabriknya diawali di Bontang, Kalimantan Timur. "Yang pasti, pada tahun 1993 nanti, pabrik-pabrik yang tergantung pasokan impor tidak repot lagi," kata Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Persero, Ir. Suratman. Kebutuhan mereka akan dipasok oleh pabrik melamin di Bontang itu. Bahkan mereka bisa mengekspor ke Asia, Australia, dan Oseania. Pabrik itu bisa menampung 1.200 tenaga kerja. Suratman menjelaskan bahwa pembangunan pabrik melamin yang pertama di Indonesia ini merupakan patungan tiga perusahaan, yakni PT Pupuk Kaltim, PT Barito Pacific Lumber Co. milik Prajogo Pangestu, dan sebuah perusahaan kimia dari Belanda, PT DSM Chemical BV. Ketiganya menyerahkan manajemen pabrik kepada PT DKM (DSM Kaltim Mine) dengan Direktur Utama Ton Halderidge. Pupuk Kaltim sudah berniat mendirikan pabrik melamin sejak 1970 karena pabrik pupuk dan amoniak terbesar di dunia ini ingin juga menghasilkan produk hilir berupa melamin. Bahan bakunya melimpah. Pabrik dengan investasi 70,5 juta dolar AS (sekitar Rp 136 milyar) itu, yang berkapasitas 40 ribu ton melamin resin setahun, dirancang bebas polusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini