Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) membuka semua informasi peluang investasi melalui Summit Investment Forum (SIF) bertema “North Kalimantan’s Economic Potential For Direct Investment”. Tiga sektor yang dibahas dalam forum itu terkait dengan energi baru terbarukan, infrastruktur Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) serta industri pariwisata, dan food estate.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara webinar thematic discussion yang digelar Selasa, 23 November 2021, dibagi menjadi tiga ruang diskusi. Ruang satu, mendiskusikan soal energi baru terbarukan yang menghadirkan tiga narasumber, yaitu Syarifuddin, Kepala Dinas Kehutanan Kaltara; Hendra Iswahyudi, Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Kementerian ESDM; dan Norman Roga, Kepala Dinas ESDM Kaltara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syarifuddin menyampaikan tentang potensi hutan di Kaltara. Dalam kawasan hutan produksi Kaltara seluas lima juta hektare, ada sungai-sungai yang memiliki potensi listrik hydropower. Salah satunya sungai Kayan yang rencananya dibangun lima bendungan penghasil listrik berkapasitas 9.000 MW.
Di kawasan hutan produksi itu juga terdapat sungai Mentarang yang memiliki potensi listrik sebesar 1.375 MW, sungai Sembakung 250 MW, dan sungai Bahau 1.200 MW. “Ini adalah potensi yang ada dalam kawasan hutan produksi. Kalau ini sudah dibenahi investor pasti berbondong-bondong datang ke Kaltara,” katanya.
Hendra Iswahyudi mengutarakan Pemprov Kaltara akan akan menciptakan renewable energy based industrial development (REBID). Dia mengilustrasikan bahwa di dalam kawasan industri itu nantinya ada pembangkit listrik hydro skala besar. Ada tenaga surya dan tenaga angin. “Ini akan menjadi komplek industri yang terintegrasi, sehingga nanti harga per KWH-nya akan lebih murah. Ini akan dicoba di Kayan dan dikembangkan juga di Mentarang, Sembakung, Bahao, Mahakam dan Kelai, serta Membrano,” ujarnya.
Sementara, Norman Raga menuturkan bahwa Kaltara juga memiliki potensi sumber energi listrik primer batubara, gas bumi, minyak bumi, panas bumi dan tenaga air. Bulungan memiliki potensi energi listrik batubara sebanyak 2.008 juta ton, gas bumi 342,6 BSCF, minyak bumi 51.246 MMSTB, panas bumi yang berlokasi di Sajau 10 MWe, dan tenaga air 10.124 MW. Sedang di Nunukan potensi batubaranya mencapai 212 juta ton, gas bumi 630 BSCF, minyak bumi 8.466 MMSTB, panas bumi di Sebakis 5, 250 MWe.
Di Malinau juga ditemukan potensi batubara sebanyak 115,27 juta ton, panas bumi di, Semolon 10 MWe dan Mengkausar 5 MWe, dan tenaga air 11.581 MW. Kemudian di Tana Tidung terdapat potensi batubara sebanyak 34,46 juta ton dan gas bumi 10,70 BSCF. Lalu kota Tarakan juga memiliki potensi gas bumi sebanyak 58,30 BSCF dan minyak bumi 6.283 MMSTB.
Di ruang dua, diskusi membahas mengenai infrastruktur Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) serta industri pariwisata di Kaltara. Menghadirkan tiga narsum, yaitu Septian Haryo Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Rusdianto, Kepala Bappeda dan Litbang Provinsi Kaltara, dan Syamsuddin, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kaltara.
Septian mengutarakan untuk mendukung investasi di Kaltara, Kemenko Marinvest saat ini sedang mendorong perkembangan kawasan industri Tanah Kuning. “Kita akan groundbreaking bulan depan dan akan dilakukan langsung oleh presiden RI untuk kawasan industri KIPI ini,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah sudah dapat penawaran investasi hampir US$100 miliar yang akan diwujudkan dari 2021 sampai 2030 secara bertahap. Industri yang akan masuk ke KIPI Tanah Kuning ini beragam mulai dari industri baterai listrik, aluminium, dan petrokimia. “Bahkan, bersamaan dengan groundbreaking nanti, smelter aluminium juga akan mulai dibangun di KIPI Tanah Kuning ini,” tuturnya.
Di sektor pariwisata, Syamsuddin menyampaikan ada banyak yang bisa dikembangkan di Kaltara. Di antaranya potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang yang ada di Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan/Datadion, seperti kuburan tua Long Berini, arung jeram sungai Hulu Bahau, habitat banteng di padang rumput Long Tua di Desa Apau Ping, dan sumur garam Krayan di Desa Long Midang.
Objek wisata lainnya yang bisa dikembangkan di Kaltara adalah Kawasan Konservasi Mangrove Bekantan (KKMB) Kota Tarakan, objek wisata pantai Amal Kota Tarakan, objek wisata Embung Persemaian Kota Tarakan, dan air panas Semolon Kabupaten Malinau.
Rusdianto yang juga menjadi Plt Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kaltara menegaskan akan sepenuhnya mendukung percepatan perizinan untuk investor yang akan masuk ke Provinsi Kaltara. “Semua proses perijinan dilakukan secara online dan tanpa biaya,” katanya.
Di ruang tiga, diskusi mengupas seputar lumbung pangan atau food estate dan potensi laut yang ada di Kaltara. Menghadirkan dua narasumber, yaitu Herry Rudiono, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kaltara, serta Rukhi Syayahdin, Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltara.
Herry mengatakan Kaltara memiliki segudang potensi pertanian dan perkebunan seperti padi, kelapa sawit, kelapa, dan kakao. Peluang investasi terbuka lebar khususnya untuk kilang minyak goreng, biodiesel serta industri lainnya hasil turunan dari sawit yang sangat beraneka ragam.
Pemprov Kaltara juga sedang melakukan percepatan pembangunan Kawasan Delta Kayan Food Estate berbasis korporasi di Bulungan dalam rangka ketahanan pangan.
"Dengan eksekusi ini, maka upaya peningkatan produktivitas seluruh komoditi pertanian, peternakan, dan perkebunan itu akan tumbuh berkembang dengan baik, sehingga peningkatan ekspor pun akan semakin kuat," katanya.
Di sektor kelautan, Rukhi menyampaikan besarnya peluang usaha dan investasi bidang kelautan dan perikanan di Kaltara. “Potensi sumber daya alam yang sangat menunjang perekonomian Kaltara adalah di sektor komoditas rumput laut,” ucapnya.
Rata-rata laju pertumbuhan rumput laut dalam enam tahun terakhir di Kaltara sebesar 14,75 persen, dengan nilai produksi mencapai Rp 4 triliun. Komoditas lainnya adalah ikan bandeng. Rata-rata laju pertumbuhan produksi bandeng dalam enam tahun terakhir mencapai 3,62 persen, dengan total nilai produksi mencapai Rp 428,65 miliar.
Komoditas udang windu, juga sangat potensial untuk dikembangkan di Kaltara. Pada 2020, produksi udang windu mencapai 9.005,42 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 914,82 miliar. Selain itu ada komoditas kepiting yang juga memberikan peningkatan ekonomi masyarakat di Kaltara. Pada 2020, produksi kepiting di Kaltara mencapai 613,62 ton, didominasi kepiting hasil tangkapan nelayan dengan nilai produksi mencapai Rp 17,31 miliar. (*)