Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KOTA MAGELANG - Berkunjung ke Magelang, tak genap rasanya jika belum menginjakkan kaki di Gunung Tidar. Gunung Tidar atau Kebun Raya Gunung Tidar terletak di tengah Kota Magelang, Jawa Tengah. Tempat ini menjadi destinasi wisata religi, wisata alam, sekaligus area pendidikan militer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Raya Gunung Tidar, Yhan Noercahyo Wibowo mengatakan, Gunung Tidar kenal sebagai "Paku Tanah Jawa". Wisatawan yang datang dapat menapaki 1.002 anak tangga untuk sampai ke puncak Gunung Tidar dan kembali ke bawah. "Kebun Raya Gunung Tidar ini seluas 70,1 hektare," kata Yhan di Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yhan menjelaskan penataan Kebun Raya Gunung Tidar berlangsung secara bertahap, mulai 2014 dan rampung pada 2017. "Dulu, jalur untuk naik sampai ke puncak hanya berupa jalan setapak, sekarang sudah bagus dengan ubin dan anak tangga yang tertata," ucapnya.
Di beberapa titik, terdapat area beristirahat agar pengunjung dapat melepas lelah serta menikmati suasana teduh dan udara segar di sepanjang jalur pendakian. Di sana, wisatawan juga dapat berfoto dengan latar pepohonan yang rindang. Tersedia pula fasilitas umum, seperti toilet dan tempat duduk.
Anak tangga menuju puncak Gunung Tidar di Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | RIni K
Pada Senin sampai Jumat, jumlah pengunjung Gunung Tidar sekitar 800-an orang per hari. Adapun di akhir pekan mencapai 2.000-3.000 wisatawan per hari. Mereka membayar retribusi Rp 3.000 di pintu masuk Kebun Raya Gunung Tidar. Wisatawan domestik yang rutin datang umumnya rombongan pengajian, dari pondok pesantren, atau masyarakat di berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sedangkan wisatawan mancanegara yang datang, umumnya berasal dari Amerika, Eropa, Asia Timur, dan Timur Tengah.
Destinasi wisata Gunung Tidar buka sepanjang hari. "Kami beroperasi 24 jam karena melayani masyarakat yang berkepentingan untuk wisata ziarah," kata Yhan. Tak perlu khawatir jika harus meniti anak tangga di malam hari karena tersedia penerangan di sepanjang jalan. Sebanyak 57 petugas juga selalu berjaga dengan pembagian tiga waktu kerja sehari, yakni pukul 07.00-15.00, pukul 15.00-23.00, dan pukul 23.00-07.00. Mereka terdiri atas petugas keamanan, petugas kesehatan, pemandu wisata, petugas tiket, petugas administrasi, dan petugas penata lokasi.
Jika sudah sampai di Gunung Tidar, Yhan menyarankan wisatawan menjelajah ke delapan spot yang direkomendasikan. Berikut delapan spot tersebut:
1. Makom Syekh Subakir
Seperti disampaikan sebelumnya, Gunung Tidar menjadi salah satu destinasi wisata religi. Di sana terdapat makom Syekh Subakir, Makom Kiai Sepanjang, dan Makom Mbah Semar atau Mbah Ismoyojati atau Kiai Tunggul Jati. "Inilah tiga makom yang disambangi peziarah untuk wisata religi," kata Yhan.
Makom Syekh Subakir di Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | Rini K
Makom Syekh Subakir adalah makom pertama yang ditemui peziarah sebelum sampai di puncak Gunung Tidar. Makom ini berada di dekat tempat istirahat. Di area lingkaran dengan bagian luar berbentuk susunan batu bata, para peziarah duduk mengelilingi makom dan membaca doa di sana.
2. Makom Kiai Sepanjang
Makom Kiai Sepanjang di Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | Rini K
Setelah makom Syekh Subakir, terdapat makom Kiai Sepanjang. Kiai Sepanjang bukanlah nama orang, melainkan nama tombak sepanjang 7 meter milik Syekh Subakir. Makom Kiai Sepanjang berbentuk rumah joglo dengan atap rendah dan pelataran yang luas.
3. Makom Mbah Semar
Makom Mbah Semar terletak di puncak Gunung Tidar. Makom ini berbentuk seperti tumpeng berwarna kuning dengan sebilah keris tertancap di bagian puncaknya. Terdapat sebuah pohon jati di bagian samping.
Makom Mbah Semar di puncak Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. Terdapat sebilah keris tertancap di ujung makom dan sebuah pohon jati di dekatnya. TEMPO | Rini K
Yang perlu diperhatikan saat berziarah ke makom Syekh Subakir, Kiai Sepanjang, dan Mbah Semar adalah harus tenang dan untuk peziarah perempuan tidak sedang datang bulan.
4. Makam Bos Cerutu Se-Asia
Selain makom Syekh Subakir, Kiai Sepanjang, dan Mbah Semar, Yhan Noercahyo Wibowo mengatakan, di Gunung Tidar juga terdapat makam Cina. Salah satu yang menarik perhatian wisatawan adalah makam bos cerutu se-Asia. Namanya Kho Kwat Ie.
Dia pemilik pabrik cerutu bernama Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabrieken yang memproduksi cerutu merek Panama-Ster, Deli-Havana, Missigit-Deli, dan Carnaval. Pada masa kejayaannya di tahun 1920-an, Kho Kwat Ie mengekspor cerutu-cerutu itu sampai ke Eropa.
"Dulu, sebagian area di Gunung Tidar adalah pemakaman," kata Yhan. "Perpaduan antara makam Cina dan makam Jawa."
Mereka yang dimakamkan di Gunung Tidar umumnya adalah orang yang mampu dan memiliki kedudukan tinggi di masayarakat, seperti saudagar. Masyarakat menyebut makam Kho Kwat Ie sebagai Makam Bong Pitu karena ukurannya paling besar dan di sekitarnya adalah makam sanak famili.
5. Tugu Sa
Tugu Sa berada di puncak Gunung Tidar. "Tugu Sa itu adalah tugu sopo salah seleh. Tugu ini sebagai tetenger atau pertanda bahwasanya orang yang salah pasti akan diselehkan atau diturunkan atau dilengserkan," kata Yhan. Dengan makna tersebut, tak jarang sejumlah orang yang akan maju dalam kontestasi tertentu datang ke Gunung Tidar dan sampai ke Tugu Sa ini.
Kalau ke Gunung Tidar maka harus sampai di puncak karena ini adalah "Paku Tanah Jawa". "Titik tengah puncak Gunung Tidar, yakni di Tugu Sa itu," katanya.
Puncak Gunung Tidar kerap menjadi tempat upacara penghadapan taruna militer. "Jadi, taruna militer yang baru diterima dan belum penjurusan ke angkatan tertentu akan dihadapkan ke Tugu Sa," ujarnya. Ketika selesai pendidikan, maka dihadapkan lagi ke Tugu Sa sebelum mendapatkan penempatan atau penugasan di berbagai daerah.
Suasana di puncak Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. Di sana terdapat Tugu Sa dan Monumen Tanah Air Satu Bangsa. TEMPO | Rini K
6. Monumen Tanah Air Satu Bangsa
Monumen Tanah Air Satu Bangsa terletak di puncak Gunung Tidar. "Ini adalah monumen persatuan yang dibangun saat memperingati Hari Olahraga Nasional pada 2017," kata Yhan. Di monumen tersebut terdapat simbol pemersatu bangsa berupa kendi berisi tanah dan air yang diambil dari seluruh nusantara.
"Dari ujung barat, diambil tanah dan air dari Sabang, di ujung timur diambil dari Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini, dari ujung utara diambil dari Nunukan, dan dari ujung selatan diambil dari Ende," kata Yhan. Proses pengambilannya melalui ritual adat kemudian dibawa ke Gunung Tidar. Air dan tanah tadi kemudian dicampur untuk disatukan dengan menggelar ritual adat berupa kesenian wayang.
7. Gardu Pandang Taman Elang Jawa
Gardu Pandang Taman Elang Jawa di sisi timur puncak Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. Dari puncak ini, wisatawan dapat menyaksikan matahari terbit di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. TEMPO | Rini K
Gardu Pandang Taman Elang Jawa terletak di sisi timur Gunung Tidar. Ini menjadi salah satu tempat favorit untuk menyaksikan matahari terbit karena wisatawan dapat melihat matahari muncul di celah antara Gunug Merapi dan Gunung Merbabu dalam posisi sejajar mata.
Menurut Yhan, banyak wisatawan mancanegara yang datang pada pagi buta kemudian sampai di puncak demi menikmati matahari terbit. Setelah itu, biasanya wisatawan tersebut berkunjung ke Candi Borobudur dan berbagai destinasi wisata di kawasan Magelang.
"Gardu Pandang di puncak Gunung Tidar menjadi destinasi wisata instagramable yang hits buat anak-anak muda sekarang," kata Yhan. Jika beruntung, wisatawan akan menyaksikan elang Jawa terbang mengitari puncak Gunung Tidar dari jarak dekat. "Itu sebabnya diberi nama Gardu Pandang Taman Elang Jawa. Karena elang Jawa adalah burung endemik dan salah satu mangsanya adalah monyet ekor panjang."
8. Area Memberi Makan Monyet
Sekawanan monyet ekor panjang menyantap buah-buahan yang disediakan oleh petugas Kebun Raya Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | Rini K
Gunung Tidar menjadi rumah bagi kawanan monyet ekor panjang. Ada tiga wilayah kekuasaan kelompok monyet ekor panjang di gunung ini. Pertama, wilayah di kaki gunung hingga area Terminal Tidar Magelang; kedua, wilayah tengah atau di lereng Gunung Tidar; dan ketiga, wilayah puncak Gunung Tidar. "Sejak dulu Gunung Tidar menjadi tempat latihan calon prajurit, maka dilepaskanlah monyet ekor panjang. Sekarang monyet-monyet yang jumlahnya sekitar 300-an ekor itu menjadi salah satu daya tarik wisata di sini," kata Yhan.
Monyet ekor panjang relatif bersahabat dengan pengunjung. Hanya saja, wisatawan diharapkan tidak membawa atau tidak mengeluarkan wadah minuman yang berwarna cerah. Musababnya, monyet-monyet itu menyukai minuman berperisa dan menduga kemasan atau botol minum yang berwarna-warni -baik minuman kemasan maupun botol atau tumbler, berisi minuman kesukaannya.
Wisatawan juga sebaiknya tidak memberi makanan kepada monyet-monyet tersebut. "Kami juga sudah mengimbau kepada masyarakat di sekitar agar tidak memberi makanan di luar area Gunung Tidar," kata Yhan. "Kalau tidak, maka mereka akan mengubah kebiasaan dan keluar dari kawasan ini."
Pemandu wisata Gunung Tidar, Rizqi Ardianto menjelaskan, petugas rutin memberikan makanan kepada monyet ekor panjang satu hari sekali sekitar pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. Pemberian makanan berlangsung di lereng gunung, tak jauh dari tangga menunju pintu keluar. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan langsung bagaimana kawanan monyet ekor panjang berduyun-duyung datang dan berebut makanan sesaat setelah petugas memanggil mereka dengan kode tepuk tangan.
"Ini adalah waktu-waktu favorit untuk wisata keluarga dan berinteraksi dengan monyet ekor panjang," katanya. Petugas menyajikan beragam buah-buahan, seperti belimbing, kelengkeng, buah naga, mangga, jeruk, pir, dan semangka. Sebagian monyet ekor panjang lebih menyukai buah mangga dan buah naga. Mereka membiarkan jeruk dan kelengkeng terserak ke mana-mana.
Monyet-monyet ini tampak malu-malu jika wisatawan mengarahkan kamera kepadanya. Mereka akan berlari ke atas pohon dan bersembunyi di balik dahan sembari lahap menyantap buah-buahan. Meski begitu, ada pula yang cuek bahkan bergaya ketika tahu ada kamera yang menyorotnya. (*)