Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sejarah dan Legenda Gunung Tidar, Tempat Retret Kepala Daerah

Gunung Tidar merupakan destinasi wisata religi, wisata alam, sekaligus area pendidikan militer.

18 Februari 2025 | 06.50 WIB

Anak tangga menuju puncak Gunung Tidar di Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | RIni K
Perbesar
Anak tangga menuju puncak Gunung Tidar di Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | RIni K

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 481 kepala daerah akan mengikuti retret kepala daerah yang dilaksanakan di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, pada 21 hingga 28 Februari 2025. Acara pembekalan ini diselenggarakan setelah para kepala daerah terpilih, termasuk gubernur, bupati, dan wali kota, dilantik pada 20 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan retret ini bertujuan untuk mempererat hubungan emosional dan kerja sama antar kepala daerah. Tito berharap kegiatan ini dapat menciptakan keselarasan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Bagaimana membuat mereka (kepala daerah) dalam menjalankan programnya pro rakyat, itu yang paling utama," ujar Menteri Tito melalui sambungan telepon kepada Tempo pada Kamis malam, 13 Februari 2025. "Biarkan mereka sambil saling bicara, membangun hubungan, karena tidak mungkin satu daerah, bisa bekerja sendiri.”

Akmil yang merupakan tempat retret para kepala daerah terpilih ini berada di Gunung Tidar. Masyarakat sekitar meyakini bahwa Gunung Tidar adalah pusat kekuatan spiritual dan memiliki sejarah yang panjang. Berikut sejarah dan legenda Gunung Tidar.

Sejarah Gunung Tidar

Gunung Tidar adalah sebuah bukit yang berada di tengah Kota Magelang. Bukit dengan puncak setinggi 503 mdpl ini menjadi destinasi wisata religi, wisata alam, sekaligus area pendidikan militer. Untuk mencapai puncak, pengunjung harus menempuh sejumlah 1.002 anak tangga.

Dilansir dari laman Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang, nama Tidar berasal dari dua kata, yaitu mukti yang berarti berhasil, dan kedadar yang berarti ditempa atau diuji. Makna Tidar dapat diartikan sebagai seseorang yang telah berhasil ditempa atau menghadapi ujian setelah mengunjungi Gunung Tidar. Hal ini berhubungan dengan kenyataan di masa lalu, ketika banyak tokoh besar yang lahir dari Gunung Tidar, dan mereka datang ke sana pada masa perjuangannya.

Pada masa penjajahan Belanda, Gunung Tidar merupakan daerah yang gundul dan minim pepohonan, hanya ditumbuhi rerumputan yang digunakan untuk menggembala ternak. Di bagian lembah yang luas dan datar, kawasan ini sering dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk berbagai kegiatan, seperti latihan militer, berkuda, landasan pesawat, arena balap motor, dan lainnya.

Pada masa kemerdekaan, Gunung Tidar menjadi salah satu lokasi yang digunakan oleh masyarakat Magelang untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengibarkan Bendera Merah Putih di puncaknya pada 25 September 1945. 

Seiring berjalannya waktu, Gunung Tidar turut berperan penting dalam perkembangan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI), yang kini dikenal sebagai Akademi Militer (Akmil). Akademi ini pertama kali didirikan pada 1945, dan telah menjadi institusi utama yang mendidik dan melatih para calon perwira TNI Angkatan Darat.

Pada dekade 1960-an, Gunung Tidar mengalami program penghijauan dengan penanaman pohon Pinus (Pinus merkusii). Sejak itu, Gunung Tidar semakin lebat dengan vegetasi hijau berkat kegiatan penanaman pohon secara bertahap menggunakan berbagai jenis pohon lain, seperti Mahoni (Swietenia spp.), Khaya (Khaya senegalensis), dan Damar (Agathis dammara), yang kini banyak ditemukan di sepanjang jalan menuju puncak Kebun Raya Gunung Tidar.

Pada awalnya, Gunung Tidar ini berstatus sebagai hutan kota. Namun, pada tahun 2019 Pemerintah Kota Magelang melakukan inisiasi pembangunan kebun raya, sehingga pada tanggal 12 Januari 2021 Kawasan Gunung Tidar resmi beralih status menjadi Kebun Raya Gunung Tidar (KRGT). 

Legenda Gunung Tidar

Di kalangan masyarakat Jawa, Gunung Tidar diyakini sebagai Pakuning Tanah Jowo atau "paku" yang melambangkan inti dari tanah Jawa. Menurut mitos, Gunung Tidar dianggap sebagai pasak yang ditancapkan di tengah Pulau Jawa agar pulau ini tidak terombang-ambing di lautan.

Gunung Tidar juga memiliki makna spiritual dalam masyarakat luas, yang terkait dengan sejarah dan mitologi Pulau Jawa. Tempat ini sering dijadikan sebagai tujuan ziarah dan kunjungan spiritual bagi mereka yang mencari ketenangan atau ingin mendalami lebih jauh tentang kebudayaan Jawa.

Sebagai salah satu destinasi wisata religi, Gunung Tidar memiliki beberapa makam penting, seperti Makom Syekh Subakir, Makom Kiai Sepanjang, dan Makom Mbah Semar (atau Mbah Ismoyojati, atau Kiai Tunggul Jati).

Selain itu, di gunung ini juga terdapat makam Cina. Salah satu makam yang menarik perhatian pengunjung adalah makam seorang bos cerutu se-Asia, Kho Kwat Ie.

Kho Kwat Ie adalah pemilik pabrik cerutu Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabrieken yang memproduksi cerutu dengan merek Panama-Ster, Deli-Havana, Missigit-Deli, dan Carnaval. Pada masa kejayaannya pada tahun 1920-an, cerutu-cerutu ini diekspor hingga ke Eropa.

Mereka yang dimakamkan di Gunung Tidar umumnya adalah orang-orang yang memiliki kekayaan dan kedudukan tinggi di masyarakat, seperti para saudagar. Makam Kho Kwat Ie dikenal dengan sebutan Makam Bong Pitu karena ukurannya yang paling besar, dengan makam-makam sanak familinya yang terletak di sekitarnya.

Rini Kustianti dan Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus