Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

66 Juta Pil Obat Malaria untuk Pasien Corona di Amerika Mubazir

Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) menarik rekomendasi Hydroxychloroquine dan Chloroquine untuk pengobatan pasien Corona (COVID-19)

17 Juni 2020 | 17.52 WIB

Obat hydroxychloroquine yang dipromosikan oleh Presiden AS Donald Trump dalam beberapa bulan terakhir sebagai obat potensial untuk orang yang terinfeksi penyakit coronavirus (Covid-19), ditampilkan oleh seorang apoteker di Farmasi Rock Canyon di Provo, Utah, AS, Mei. 27, 2020. [REUTERS / George Frey]
Perbesar
Obat hydroxychloroquine yang dipromosikan oleh Presiden AS Donald Trump dalam beberapa bulan terakhir sebagai obat potensial untuk orang yang terinfeksi penyakit coronavirus (Covid-19), ditampilkan oleh seorang apoteker di Farmasi Rock Canyon di Provo, Utah, AS, Mei. 27, 2020. [REUTERS / George Frey]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) menarik rekomendasi Hydroxychloroquine dan Chloroquine untuk pengobatan Corona (COVID-19) berdampak besar. Gara-gara keputusan FDA, 66 juta pil obat yang berada di Cadangan Federal menjadi mubazir tak terpakai.

Dikutip dari New York Times, FDA menganggap obat yang sejatinya untuk pasien Malaria tersebut beresiko untuk pasien Corona. Manfaat yang didapat tidak sebanding dengan resikonya. Oleh karenannya, mereka memutuskan mencabut rekomendasi yang dulu mereka berikan dalam situasi darurat.

"Ini sungguh mengejutkan. Menurut saya, itu keputusan yang diambil oleh birokrat yang lebih ingin menyampaikan kebenciannya terhadap administrasi di mana ia bekerja dibandingkan menyelamatkan warga Amerika," ujar penasehat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, sebagaimana dikutip dari New York Times, Rabu, 17 Juni 2020.

Sebelumnya, penggunaan Hydroxychloroquine dan Chloroquine dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika, Donald Trump. Trump mengklaim obat tersebut manjur untuk pasien Corona dan dirinya sendiri mengkonsumsinya. Oleh karenanya, ia merekomendasikan obat itu untuk dipakai untuk pasien Corona.

Pernyataan Trump direspon oleh FDA yang kemudian merekomendasikan Hydroxychloroquine dan Chloroquine untuk pengobatan Corona. Namun, belakangan, sikap mereka mulai berubah setelah mendapati kedua obat itu tidak terlalu efektif, bahkan berbahaya, untuk pasien.

Dari 66 juta pil yang berada di Cadangan Federal, sebagian besar adalah hasil donasi dari berbagai perusahaan farmasi. Bahkan, ada 3 juta pil di antaranya berasal dari Pakistan yang oleh FDA belum dinyatakan aman dipakai. Adapun dari dua jenis yang tersedia, dokter lebih memilih Hydroxychloroquine.

Juru bicara Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika, Carol Danko, menyatakan bahwa per Senin kemarin sudah ada 31 juta pil Hydroxychloroquine yang didistribusikan di Amerika. Perihal apa yang akan dilakukan terhadap 66 juta pil di Cadangan Federal, hal itu masih dibahas.

"Pihak kami tengah berdiskusi dengan perusahaan-perusahaan farmasi untuk menimbang opsi-opsi yang bisa diambil," ujar Danko mengakhiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sebagai tambahan, WHO baru saja mengeluarkan rekomendasi baru soal obat untuk pasien virus Corona. Mereka menyatakan bahwa Dexamethasone adalah obat yang efektif untuk pasien Corona yang membutuhkan supplai oksigen atau ventilator. Menyusul hal itu, mereka memperbarui panduan pengobatan pasien Corona (COVID-19). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

ISTMAN MP | NEW YORK TIMES

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus