Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Inggris-Argentina</font><br />Malvinas Tetap Panas

Solidaritas negara-negara Amerika Latin mendukung klaim Argentina atas Malvinas. Inggris berkeras mempertahankan karena ada minyak di Falkland.

27 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTEMUAN tertutup antara Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner dan beberapa anggota stafnya di Istana Presiden Casa Rosada, Senin pekan lalu, kelar lebih awal. Dari tiga jam waktu yang dialokasikan, Kirchner cuma butuh satu jam. Keputusannya: dia menugasi seorang utusan ke Skotlandia untuk melobi negara tersebut agar mendukung Argentina dalam sengketa dengan Inggris mengenai Malvinas.

"Kami bakal mengirim delegasi ke perayaan kemenangan Skotlandia atas Inggris di Pertempuran Bannockburn pada 1314," kata seorang politikus Argentina, Carlos Kunkel, seusai pertemuan. Menurut dia, "Kami akan memastikan, mengirim senjata ke Kepulauan Falkland (sebutan Inggris untuk Kepulauan Malvinas) adalah awal keruntuhan Kerajaan Inggris."

Menurut analisis Kirchner, Skotlandia merupakan sekutu yang tepat. Sebab, negara itu sedang berada di pihak yang sama dengan Argentina, berseberangan dengan Inggris. Kaum nasionalis Skotlandia sedang berupaya membuat referendum kemerdekaan negaranya dari Kerajaan Inggris. Rencananya, kata pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP), Alex Salmond, referendum itu bakal digelar bertepatan dengan perayaan kemenangan Skotlandia atas Inggris yang ke-700 tahun ini.

Argentina memang tak pernah menyerah dalam hal klaim atas Malvinas. Ketegangan kedua negara tentang Malvinas kembali memanas dengan perang klaim dan pernyataan di media hingga pengaduan ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak awal tahun.

Puncaknya ketika putra mahkota Kerajaan, Pangeran William, ditugasi Angkatan Udara ke kepulauan yang terletak di selatan Samudra Atlantik sebelah timur Argentina itu. Kala itu putra sulung Pangeran Charles tersebut, yang datang dikawal kapal perusak Fearless, dituding Argentina berupaya memiliterisasi kembali kepulauan yang pernah diperebutkan dua negara dalam perang selama sepuluh pekan pada 1982 itu. Saking panasnya tensi, pada awal Februari lalu sekitar 200 demonstran dari kaum kiri Argentina membakar bendera simbol Kerajaan Inggris, Union Jack, dan mengusir William di depan kantor kedutaan Inggris di Buenos Aires.

Bagi Argentina, upaya merebut kembali tanah yang pernah mereka duduki jauh sebelum Inggris pada 1833 itu tak akan pernah usai. Segala upaya sudah ditempuh, dari permohonan perundingan kembali yang diajukan ke PBB hingga demonstrasi di jalanan. Namun Inggris tetap berkukuh.

Alih-alih menggubris tuntutan Argentina, pemerintah Inggris menulis lima lembar surat ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Isinya meminta tidak ada perundingan apa pun antara Inggris dan Argentina soal kedaulatan Malvinas.

"Kami akan mempertahankan Malvinas. Karena itu, tidak ada perundingan tentang apa pun," ujar Perdana Menteri Inggris David Cameron. Beberapa sumber, seperti dikutip Mercopress, menyebut sikap keras Inggris ini berkaitan dengan eksplorasi minyak di lepas pantai Malvinas yang sedang terus diusahakan sejak 2010.

Sikap keras Inggris tidak menghentikan gerilya Argentina menggalang dukungan. Para analis politik di Inggris percaya bahwa Argentina telah mendapat dukungan kuat dari negara-negara di Amerika Selatan. Buktinya, dalam pertemuan Aliansi Bolivaria untuk Amerika, Presiden Venezuela Hugo Chavez siap menantang Inggris berperang. Ia mengatakan negaranya akan berjuang bersama Argentina untuk menghadapi setiap konflik dengan Inggris, termasuk jika terjadi peperangan. "Masalah Kepulauan Malvinas merupakan masalah kami (Amerika Selatan) dengan para kolonialis semacam Inggris," kata Chavez.

Seorang sumber di dalam pemerintahan Argentina, seperti dikutip The Sun, mengatakan lobi rahasia di antara negara di Amerika Selatan terus berlangsung dan semakin kuat. Tapi apakah itu akan berhasil melepas Malvinas dari cengkeraman Inggris? Entahlah, tapi suhu sengketa Malvinas tampaknya bakal terus memanas.

Sandy Indra Pratama (BBC, Mercopress, The Sun, Telegraph)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus