Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>PALESTINA</font><br />Provokasi Si Pembuat Onar

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dituduh ingin mencaplok Masjid Ibrahim di Hebron. Lokasi itu makam orang suci dari tiga agama besar.

8 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEAH Stresmsky, 66 tahun, menempuh lima jam perjalanan dari rumahnya di Israel Utara, untuk berdoa di Gua Nabi. Berdiri di depan kapel kecil di atas kuburan tradisional Nabi Ishak, dia mendoakan temannya agar di usia yang sudah kepala empat bisa hamil. Di sebelahnya, ada Masjid Ibrahim, tempat ziarah umat Islam. ”Saya berharap tak ada keturunan Arab di sini, karena mereka ingin membunuh kami,” kata Leah sambil tertawa.

Bangunan tua yang terdiri atas makam para leluhur tiga agama besar—Yahudi, Kristen, dan Islam—itu mendominasi bukit di atas Kota Hebron, Tepi Barat. Lokasi itu terbagi dua antara sinagoge dan masjid. Umat Yahudi menyebutnya Gua Nabi, sedangkan kaum muslim menamainya Masjid Ibrahim.

Ironisnya, situs suci itu sekarang menjadi titik didih baru antara Israel dan Palestina. Pemicunya adalah pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu di depan Knesset, parlemen Israel, untuk melestarikan 150 situs kaum Yahudi yang berada di wilayah Israel.

Proyek tersebut akan menelan biaya US$ 107 juta atau 600 juta shekel (sekitar Rp 1 triliun). Perinciannya, sekitar 400 juta shekel dari anggaran pemerintah dan sisanya sumbangan dari swasta. Masalahnya, dua dari 150 situs itu adalah Gua Nabi dan Gua Rachel di dekat Betlehem, Palestina.

Juru bicara pemerintah Israel, David Wilder, menilai keputusan menyatakan lokasi itu sebagai situs keagamaan Yahudi hal yang bagus. Dia menilai tempat tersebut sarat sejarah Yahudi, yaitu kuburan Bapak Orang Beriman Abraham dan Ishak, anaknya. Yakub serta istrinya juga dikubur di sana. ”Kalau bukan warisan Yahudi, apa lagi, dong?”

Tak ayal amarah warga Palestina pun meluap. Sepanjang pekan lalu, kerusuhan melanda Gaza dan Tepi Barat. Warga Palestina melempari orang Israel dan kendaraannya yang melewati kedua wilayah itu dengan batu.

Situs yang diklaim Netanyahu ini merupakan wilayah Palestina yang sudah diputuskan Mahkamah Internasional. Mahkamah sudah memerintahkan supaya tembok yang membuat daerah itu ”masuk” ke wilayah Israel diruntuhkan.

Selama ini Israel berdalih tembok itu merupakan upaya menciptakan keamanan. Namun Palestina mengecamnya sebagai upaya perampasan tanah. Di wilayah ini permukiman Yahudi dibangun terus-menerus oleh pemerintah Israel. Alhasil, daerah itu kini dominan dihuni warga Israel, yaitu 500 berbanding 160 warga Palestina.

Israel menunjuk penyerangan terhadap peziarah Yahudi sebagai alasan membangun tembok. Sebelumnya, selama beberapa dekade, warga Palestina menyerang peziarah Yahudi di Tembok Ratapan Yerusalem Timur, Gua Rachel dekat Betlehem, dan Gua Nabi di Hebron. Israel juga menunjuk banyaknya sinagoge kuno di Yeriko dan Gaza dihancurkan warga Palestina.

Untuk menegaskan klaim atas wilayah itu, Jumat dua pekan lalu, Presiden Palestina Mahmud Abbas melaksanakan salat Jumat di Masjid Ibrahim. Kecaman terhadap Bibi—panggilan Benjamin Netanyahu—bahkan datang dari media Israel yang menyebutnya ”si pembuat onar”.

Ahad pekan lalu, Raja Yordania Abdullah II dan Mahmud Abbas meminta komunitas internasional segera ikut campur melindungi situs suci di Yerusalem Timur, yang bisa-bisa juga diambil Israel. Situs ini termasuk Masjid Al-Aqsa dan beberapa masjid lain. ”Tindakan Israel bisa memicu perang agama,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, UNESCO—lembaga PBB bidang pelestarian budaya—dan negara-negara Eropa juga mengecam keras Netanyahu. Kali ini Amerika tak mau ketinggalan. Presiden Obama menegaskan sikapnya menolak klaim Israel tentang permukiman di Tepi Barat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika menilai tindakan Israel provokatif dan tak konstruktif bagi perdamaian Timur Tengah yang tengah diupayakan utusan khusus Obama, George Mitchell.

Melihat situasi yang tak menguntungkan dan bisa memicu krisis baru, Bibi melunak. Dia mengatakan perbaikan Gua Nabi tak mengubah keadaan sekarang. ”Ini cuma untuk memperbaiki situs.”

Yophiandi (The Star, Haaretz, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus