Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Enam tahun menjalani hidup sebagai tahanan rumah sepertinya tak meruntuhkan keberanian Aung San Suu Kyi. Walaupun tubuhnya semakin kurus dan wajahnya tambah tirus, Suu Kyi berulang kali melemparkan senyum kepada 30 diplomat dari berbagai negara, lima wartawan asing dan lima wartawan lokal yang menghadiri sidang pengadilannya di penjara Insein, tak jauh dari Rangoon, Burma, Rabu pekan lalu.
Lewat pengacaranya, dia minta izin ke pengadilan untuk menemui para diplomat tersebut. Namun, seperti yang diperkirakan Suu Kyi, hasilnya nihil. ”Terima kasih atas kedatangan dan dukungan kalian semua.... Saya tidak bisa bertemu satu per satu, namun suatu hari nanti, pada saat yang lebih baik, saya harap bisa berbincang dengan kalian semua,” Suu Kyi menyapa dari kejauhan.
”Dia tampak sangat tenang, percaya diri, dan bersemangat,” ujar Mark Canning, Duta Besar Inggris di Rangoon. Keteguhan Suu Kyi, 63 tahun, tetap terlihat kendati hukuman lima tahun penjara tengah menantinya.
Pemimpin kelompok oposisi Burma tersebut diadili karena dianggap melanggar aturan penahanan rumah. Putri Jenderal Aung San, pemimpin perjuangan kemerdekaan Burma dari Inggris, itu dianggap ”menerima tamu” tanpa izin dari junta militer pada awal Mei lalu. Suu Kyi menjalani penahanan rumah sejak 2003.
Masa penahanan Suu Kyi sebenarnya akan berakhir pada 27 Mei ini. Namun gara gara ulah ”konyol” John William Yettaw, status Suu Kyi terancam berubah, dari tahanan rumah menjadi narapidana. Belum jelas apa motivasinya, Yettaw, 53 tahun, berenang sejauh lebih dari satu kilometer, menyeberangi Danau Inya, dan berlabuh di tanah kediaman Suu Kyi.
Suu Kyi meminta Yettaw segera pergi. Namun dia terpaksa mengizinkan Yettaw menginap karena warga Falcon, Missouri, Amerika Serikat, itu mengaku kelelahan. Setelah menginap dua malam, veteran Perang Vietnam itu berenang balik dan saat itulah dia ditangkap tentara Burma.
Seperti halnya Suu Kyi, kini Yettaw juga terancam hukuman lima tahun penjara. Namun, tak urung tindakan Yettaw membuat pengacara Suu Kyi, U Kyi Win, jengkel bukan kepalang. ”Dia penyebab semua masalah ini,” kata U Kyi Win. Gara gara Yettaw, peluang Suu Kyi bebas terancam sirna. ”Orang itu benar benar goblok.”
Di mata kelompok oposisi Burma, pengadilan Suu Kyi hanyalah akal akalan junta militer pimpinan Jenderal Than Shwe menjegal kebebasannya. Khin Ohmar, Sekretaris Forum untuk Demokrasi, langkah junta militer sudah diramalkan. ”Kami tahu, mereka selalu punya cara untuk menjauhkan Suu Kyi dari politik,” katanya.
Terbukti memang, sikap murah hati junta, mengizinkan wartawan meliput dan diplomat menghadiri persidangan Suu Kyi, tak bertahan lama. Sidang hari keempat, Kamis lalu, kembali dilakukan tertutup. Mark Canning, Duta Besar Inggris, meragukan Suu Kyi akan mendapatkan pengadilan yang adil. Bahkan, menurut dia, sidang itu bak ”cerita yang kesimpulannya sudah tertulis sebelumnya”.
Pengadilan ini membuat angin politik menjelang pemilihan umum 2010 mendatang tak menentu. Sebagian kelompok mendukung pemilu dan membuka dialog dengan junta. Kelompok yang lain meragukan efektivitas pemilu. Muncul sindiran, ”Jika Anda menaruh dua orang Burma di satu ruangan, maka akan berdiri tiga organisasi.”
Soe Aung, salah satu pemimpin kelompok perlawanan terhadap junta militer, mengakui perpecahan tersebut. Namun, menurut dia, hal itu bukan kelemahan, tapi justru menjadi kekuatan. ”Kami bekerja dengan berbagai strategi, tapi tujuannya tetap sama,” katanya.
Suu Kyi adalah figur yang dianggap bisa menyatukan kelompok oposisi Burma yang sekarang terpecah dalam berbagai faksi dan pendapat.
Sapto Pradityo (Straits Times, Channel News Asia, Asia Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo