Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WASHINGTON
Senat Tolak Penutupan Guantanamo
SENAT Amerika Serikat secara mayoritas menolak rencana pemindahan 240 tahanan dari Teluk Guantanamo, Kuba, ke suatu wilayah khusus di Amerika Serikat. Senat juga menolak mengalokasikan permintaan dana US$ 80 juta atau sekitar Rp 880 miliar untuk penutupan penjara tersebut.
Media media di Amerika Serikat menilai keputusan itu sebagai tantangan serius pertama kongres terhadap upaya Presiden Barack Obama menutup penjara Guantanamo pada 2010. Sebelumnya, Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI) Robert Mueller mengatakan pemindahan penjara ke wilayah Amerika, sekalipun narapidana dijaga ketat, tetap akan menimbulkan ancaman terhadap keamanan negara.
Dalam pidato di Pusat Arsip Nasional Amerika Serikat pekan lalu, Obama menilai dibangunnya penjara Guantanamo justru membuat keamanan nasional rentan dan menciptakan musuh bagi Amerika. ”Keberadaan penjara itu ’menciptakan’ lebih banyak teroris di seluruh dunia dibandingkan dengan jumlah yang ditahan,” katanya.
TEHERAN
PeluncuranRudal Sajjil 2
Pemerintah Iran mengumumkan keberhasilan mereka meluncurkan rudal jarak menengah Sajjil 2, Rabu pekan lalu. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengatakan rudal dengan daya jelajah 1.200 mil itu berhasil mendarat secara tepat di sasaran yang telah ditentukan.
”Rudal ini hanya untuk pertahanan dan program luar angkasa demi pengembangan ilmu pengetahuan,” ujar Ahmadinejad saat berbicara di depan warga Kota Semnan, Iran Utara. Rudal Sajjil 2 merupakan jenis rudal dua susun dengan dua mesin. Rudal berbahan bakar padat ini mampu menembus atmosfer dan kembali ke bumi menuju sasaran yang sudah ditentukan. Iran pernah pula melakukan uji coba rudal sejenis pada 12 November 2008.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan teknologi rudal Iran dan program nuklirnya menimbulkan ancaman besar bagi Israel. Juru bicara Pentagon, Bryan Whitman, menilai aksi unjuk gigi Iran itu bisa mengancam perdamaian di Timur Tengah. ”Mereka bisa memilih untuk melanjutkan destabilisasi keamanan wilayah itu atau melanjutkan hubungan baik dengan Amerika Serikat,” katanya.
BAGDAD
Serangan Bom
KONDISI keamanan Irak kembali memanas setelah diguncang bom pekan lalu. Serangan dimulai ketika sebuah bom mobil berkekuatan besar meledak di Shula, wilayah barat laut Bagdad, yang banyak dihuni warga Syiah, Rabu pekan lalu. Sedikitnya 35 orang tewas dan 72 orang cedera.
Menurut seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Irak, mobil yang dipasangi bom itu diparkir di tepi jalan dekat persimpangan Al Sadrain yang dipenuhi restoran dan toko eceran. ”Ledakan terjadi saat restoran dan toko toko itu sedang ramai dipadati pengunjung,” katanya.
Keamanan di Irak sebetulnya mulai membaik setelah pasukan Amerika Serikat dan pemerintah Irak merangkul kelompok gerilyawan untuk bersama sama memerangi Al Qaidah. Namun serangan bom masih kerap terjadi di Bagdad dan beberapa wilayah di Irak utara dan tengah.
KUALA LUMPUR
Perubahan Kebijakan Etnis
PERDANA Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan rencananya menanggalkan sistem pemberian hak khusus untuk etnis Melayu yang sudah berlaku sejak 1970, Kamis pekan lalu. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Singapura Straits Times, Najib mengatakan pembatasan etnis telah merusak sendi kompetisi di negeri itu dan berlawanan dengan arah kecenderungan global.
Kebijakan itu lebih mengistimewakan penduduk mayoritas Melayu dibanding penduduk Cina atau India. Warga Melayu, misalnya, memiliki kesempatan membeli rumah dengan potongan harga dan memiliki akses khusus untuk pendidikan tinggi serta bekerja di sektor tertentu.
Sejak menduduki kursi perdana menteri pada Maret lalu, Najib telah mengubah sistem secara perlahan dengan meniadakan kewajiban kepemilikan minimal 30 persen oleh warga Melayu di perusahaan perusahaan jasa publik. Namun sejumlah pihak khawatir, jika kebijakan ini diubah seluruhnya, Najib akan menuai kemarahan warga Melayu yang menjadi pendukung utama partai UMNO yang berkuasa.
NEW YORK
Rencana Terorisme Terbongkar
BIRO Penyelidik Federal (FBI) berhasil menggagalkan rencana aksi terorisme tiga warga Amerika dan seorang warga Haiti. Keempat orang itu ditahan Rabu pekan lalu atas tuduhan merencanakan pengeboman terhadap sebuah sinagoge dan pusat komunitas Yahudi di kawasan Riverdale, Bronx, New York. Mereka juga dituduh berencana menembak pesawat militer di Bandar Udara Stewart, 60 mil sebelah utara New York, dengan rudal Stinger.
Keempat lelaki yang diidentifikasi sebagai James Cromitie, David Williams, Onta Williams, serta Laguerre Payen itu ditangkap setelah membeli rudal dan bahan bahan peledak. Seorang pelaku, James Cromitie, ”membocorkan” rencana terorisme tersebut kepada informan FBI yang tengah menyamar pada Juni tahun lalu.
Polisi New York kini meningkatkan keamanan di beberapa titik di Bronx, termasuk di luar gedung pusat kegiatan komunitas Yahudi, Riverdale Jewish Center. ”Kejadian ini menunjukkan ancaman terorisme terhadap New York masih ada,” kata Gubernur New York David Peterson. Para tersangka akan mulai disidangkan pada 5 Juni mendatang.
MADRID
Udara Tercemar Narkotik
PENDUDUK Kota Madrid dan Barcelona pantas khawatir. Ahad pekan lalu, Lembaga Tinggi Ilmu Penelitian Spanyol mengumumkan buruknya kualitas udara yang selama ini mereka hirup. Melalui situs webnya, lembaga tersebut mengungkapkan udara di dua kota besar di Spanyol itu sudah tercemar sedikitnya lima jenis obat terlarang, di antaranya kokain dan amfetamin.
”Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi kokain antara 29 dan 850 picogram per meter kubik udara, lebih tinggi dibanding negara negara Eropa lain,” kata Miren Lopez de Alda, salah seorang peneliti. Satu picogram sama dengan sepertriliun gram. Peneliti berhasil mendeteksi pencemaran itu melalui filter mikrofiber kuarsa yang ditempatkan di dalam pusat kontrol kualitas udara di masing masing kota.
Meski belum memberikan tanda bahaya, mereka meminta kondisi udara di kota itu lebih diperhatikan. Selama ini Spanyol dikenal sebagai negara yang paling banyak menggunakan kokain. Negara ini juga jadi persinggahan utama pengiriman narkotik ke negara lain.
Nunuy Nurhayati (BBC, AFP, AP, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo