Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=2>Sri Lanka</font><br />Setelah Macan Tamil Takluk

Pemimpin Macan Tamil tewas. Pemerintah Sri Lanka mencari jalan merangkul minoritas Tamil.

25 Mei 2009 | 00.00 WIB

<font size=2>Sri Lanka</font><br />Setelah Macan Tamil Takluk
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Wajah dengan mata terbelalak dan kepala dibalut kain putih itu menghiasi halaman utama koran koran Sri Lanka dan India pekan lalu. Di dekatnya terpampang tulisan ”Pemimpin Macan Tamil, Velupillai Prabhakaran, tewas.”

Prabhakaran tewas setelah pasukan Sri Lanka menyerbu lokasi persembu­nyiannya di wilayah utara negeri itu. Pria yang memimpin gerakan Macan Tamil (LTTE) sejak 1976 itu berusaha meloloskan diri dari barikade pasukan dengan menumpang sebuah mobil ambulans, namun tentara Sri Lanka membombardirnya dengan tembakan. Ambulans yang ditumpanginya terbakar dan Prabhakaran terkapar. Selain Pra­bhakaran, dalam pertempuran itu tewas pula dua petinggi Macan Tamil lain.

”Kabar baik dari medan perang adalah bahwa mayat pemimpin organisasi teroris yang telah menghancurkan negara ini selama 30 tahun itu sudah teridentifikasi,” kata pemimpin pasukan Sri Lanka, Jenderal Sarath Fonseka.

Selama tiga dasawarsa Prabhakaran menjadi tokoh sentral perlawanan Macan Tamil. Ia menggerakkan pasukan dari berbagai lokasi persembunyian dan mengobarkan semangat perlawanan anggota LTTE melawan etnis mayoritas Sinhala. Berkat kepemimpinannya, Macan Tamil berkembang menjadi perlawanan yang ditakuti di Asia Selatan dengan pasukan elite mereka yang mahir menyusup dan melakukan serangan bunuh diri.

Tewasnya Prabhakaran mengakhiri pertempuran sengit yang dilancarkan pemerintah Sri Lanka ke pusat pertahanan Macan Tamil dalam empat bulan belakangan. Sejak setahun lalu, militer Sri Lanka mendapat dukungan dana, tenaga, dan peralatan militer dari India dan Israel. Tak mengherankan jika tentara Sri Lanka bisa mempersempit ruang gerak pasukan Macan Tamil dan melumpuhkan mereka.

Kemenangan pasukan Sri Lanka dipuji Presiden Mahinda Rajapaksa. Ia mengatakan pemerintah kini sedang menyiapkan langkah membenahi nasib 250 ribu warga Tamil, yang dalam beberapa bulan ini tercerai berai akibat konflik etnis yang sudah menelan korban jiwa 80 ribu orang ini. Warga etnis Tamil ini mengungsi ke sejumlah lokasi di kantong militer setelah wilayah kekuasaan Macan Tamil dikuasai pasukan pemerintah.

Menurut Vinayagamoorthi Muralitharan, bekas pemberontak Macan Tamil yang kini menjabat Menteri Integrasi, langkah yang paling penting saat ini adalah menggelar pemilu di wilayah etnis Tamil. Sejak Rajapaksa, yang berasal dari garis keras, menjabat presiden pada 2005, praktis tak ada pemungutan suara di wilayah utara dan barat Sri Lanka. Keikutsertaan pemilu di timur laut Jaffna, yang berbatasan dengan India, juga sangat kecil. Kurang dari satu persen.

”Pemerintah mencoba mengatasi masalah ini lewat sistem politik,” kata Muralitharan, yang pada masa aktifnya di LTTE dikenal dengan nama Kolonel Karuna. ”Setelah wilayah utara bisa dikuasai dan suasana kembali aman, pemerintah akan menggelar pemilu.”

Muralitharan menyebut cara yang paling ampuh untuk merebut kembali simpati etnis Tamil adalah menempatkan mereka di parlemen. ”Jika terus menerus berseberangan, kami khawatir pemerintah tak akan mendapat manfaat apa pun dari warga minoritas,” katanya.

Sejumlah pengamat mengatakan, persoalan pokok yang harus diselesaikan pemerintah Sri Lanka setelah lumpuhnya Macan Tamil adalah membenahi kehidupan warga. Lokasi perkampungan warga Tamil yang dipenuhi ranjau juga perlu direhabilitasi.

Untuk membahas masa depan warga Tamil, India mengirim dua pejabat tingginya, penasihat militer nasional M.K. Narayanan dan Menteri Luar Negeri Shivshankar Menon, ke Sri Lanka. Mereka bertemu Presiden Rajapaksa dan berunding mengenai kemungkinan diberikannya otonomi bagi warga Tamil di utara dan timur Sri Lanka.

Pertemuan ini sekaligus juga menjawab tuntutan dunia internasional agar nasib warga sipil yang menjadi korban dalam konflik ini segera dibenahi. ”Makin berlarut larut penyelesaian masalah etnis Tamil ini, makin terasing pula mereka,” kata D.B.S. Jeyaraj, tokoh politik Sri Lanka, yang ikut menjadi mediator dalam gencatan senjata pada 2002.

Angela Dewi (AFP, BBC, The Hindustan Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus