Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana Bambang Sugiarto bertemu dengan anak ketiganya tidak kesampaian. Senin pekan lalu, pria 56 tahun ini sebenarnya punya agenda ”urusan keluarga”. Ia akan menjemput anak bungsunya yang baru pulang dari Banjarmasin. Karena itu, sehari sebelumnya, dia bermaksud ke Surabaya dan menemui anaknya di Bandara Juanda.
Tapi nasib berkata lain. Pada Ahad dinihari itu ia dibekuk aparat BeaCukai di dekat ”kantor”nya di Slipi, Jakarta Barat. Sejak itulah Bambang mendekam di tahanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Ia terlihat stres. ”Ia selalu murung, tak mau didampingi pengacara,” kata petugas rumah tahanan tersebut.
Hari kedua di tahanan, Bambang dijenguk perempuan 21 tahun bernama Soleha. Kepada petugas, Bambang mengaku perempuan muda itu pembantu di rumah kontrakannya di Cluster Taman Ayun 389, Karawaci, Tangerang. Belakangan, penyidik mengetahui perempuan itu ternyata ”istri simpanan” Bambang. Soleha membawa pakaian dan makanan untuk Bambang dan Hengky.
Soleha tak percaya bahwa Bambang melakukan kejahatan seperti dikatakan petugas. Kepada aparat BeaCukai yang menggeledah rumah kontrakannya, ia menegaskan suaminya seorang pedagang. Menurut petugas, Soleha terkejut dan menangis ketika mengetahui suaminya ditangkap karena diduga melakukan pemalsuan cukai.
Adapun warga Cluster Taman Ayun mengira Bambang anggota polisi. Menurut Ketua Perhimpunan Penghuni Cluster Taman Ayun Lippo Karawaci, Sonny Wibisono, setiap datang ke rumahnya, Bambang kerap menggunakan mobil berpelat nomor polisi. Pelat itu terpasang di sedan Volvo hitamnya maupun MercedesBenznya. Warga baru mengetahui identitas asli Bambang setelah polisi menangkap bapak tiga anak itu. ”Ternyata dia bukan polisi, ya,” kata Sonny.
Tak hanya warga Taman Ayun yang terkecoh oleh penampilan Bambang. Penghuni sekitar ”percetakan” Bambang di Jalan Andong, Slipi, juga merasa tertipu. Menurut ketua RT Rahmat Alamsyah, kepada dirinya saat akan menyewa rumah di situ pada 2003, Bambang mengaku sebagai pengusaha. Kepada Rahmat, Bambang menyatakan akan memakai rumah sewaan itu untuk berbisnis. ”Bisnisnya, menurut dia, percetakan biasa.”
Warga sekitar, kata Rahmat, sama sekali tidak menaruh curiga. Ini lantaran penampilan Bambang sangat meyakinkan. Menurut Rahmat, Bambang bukan sosok yang terbuka. ”Setiap hari yang menjalankan percetakan itu keponakannya.” Irwan, seorang warga yang bertempat tinggal di dekat percetakan Bambang, menyebut Bambang sosok yang dermawan, kendati jarang bergaul. ”Dia tidak pernah lupa membayar iuran lingkungan,” kata Irwan.
Tetangga Bambang di Surabaya, di Jalan Jemur Andayani, juga tidak begitu mengenal sosok pria keturunan Cina ini. Menurut Heru, warga yang tinggal di jalan itu, Bambang jarang terlihat di rumah. Jika ada di rumah, ujar Heru, terlihat sejumlah polisi yang datang menemuinya. Kepada tetangganya itu, Bambang mengatakan memiliki hobi menembak. Karena itu, seperti warga lain, Heru menyangka Bambang seorang pejabat kepolisian.
Kepala Unit Penyidikan I Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Wilayah Besar Surabaya, Ajun Komisaris Arbaridi Jumhur, membenarkan Bambang memiliki kegemaran menembak. Tak mengherankan jika ditemukan dua buah pistol, dua senapan serbu, 685 butir peluru tajam, dan 133 butir peluru karet ketika rumahnya digeledah. ”Dia memiliki izin,” kata Arbaridi.
Sumber Tempo di Bea dan Cukai mengatakan, sosok Bambang memang tidak asing di kalangan pejabat di Jawa Timur, termasuk di kalangan polisi. Di bisnis rokok, ia juga memiliki jaringan yang luas karena pernah menjadi produsen rokok kretek di Surabaya, meski hanya berskala kecil. Saat ini ia juga memiliki bisnis sampingan dengan mendirikan perusahaan penjualan tembakau kering. ”Dia pedagang yang berteman dengan banyak polisi.”
Anton Aprianto, Munawwaroh, Bunga Manggiasih, Kukuh S. Wibowo (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo