Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KABAR itu seharusnya baru terbit di edisi cetak Der Spiegel pada Senin pekan lalu. Tapi, lantaran lebih dulu diunggah di website, mendadak jadi bahan pembicaraan sejak Sabtu dua pekan lalu. Soalnya, itu sebuah berita besar: diam-diam intelijen Polandia telah menangkap Uri Brodsky, orang yang diduga anggota Mossad dan terlibat pembunuhan pemimpin Hamas, Mahmoud al-Mabhouh, di Dubai.
Mahmoud, salah seorang pendiri sayap militer Hamas, dibunuh oleh setidaknya 26 orang tak dikenal di Hotel Al-Bustan Rotana pada 19 Januari silam. Belakangan diketahui sebagian besar pembunuh menggunakan paspor palsu dari berbagai negara, di antaranya Inggris, Irlandia, Prancis, Jerman, dan Australia.
Pembunuhan brutal itu tertangkap utuh oleh kamera sekuriti. Dalam beberapa footage yang sempat disiarkan oleh kepolisian Dubai, para pembunuh Mahmoud menyamar sebagai turis, sebagian ada yang mengenakan pakaian olahraga dan menenteng raket tenis.
Kepala Kepolisian Dubai Letnan Jenderal Dahi Khalfan Tamim mengatakan dia hampir seratus persen yakin itu perbuatan Mossad. Nah, Brodsky dituduh telah membantu salah seorang pembunuh itu untuk mendapatkan paspor Jerman.
Setelah berita penangkapan muncul di website Der Spiegel, barulah kejaksaan Polandia mengumumkan penangkapan itu. Menurut Monika Lewandowska, juru bicara kejaksaan, Brodsky ditangkap di bandar udara internasional Kota Warsawa pada 4 Juni. Hanya teridentifikasi sebagai Uri B., dia dicokok saat baru turun dari pesawat.
”Tersangka telah diajukan ke depan pengadilan Polandia pada 6 Juni dan pengadilan memerintahkan tetap menahan dia hingga 40 hari,” kata Lewandowska.
Di pengadilan Polandia, Brodsky membantah dirinya disebut agen Mossad. Dia mengaku hanya pedagang biasa yang datang ke Polandia untuk urusan bisnis. Tapi, menurut Lewandowska, mereka telah mendapat informasi intelijen yang meyakinkan soal hubungan Brodsky dengan Mossad.
Paspor atas nama Michael Bodenheimer dibuat Brodsky pada Juni 2009. Ketika itu dia mengaku sebagai anak seorang Yahudi warga Jerman yang meninggalkan negara itu ketika Adolf Hitler dan Nazi berkuasa.
Padahal Michael Bodenheimer yang asli tidak pernah membuat paspor Jerman. Ketika cerita pembunuhan di Dubai menyebar dan namanya disebut-sebut, rabi asal Amerika Serikat ini menghubungi koran Maariv. Dia mengatakan tidak pernah mengajukan permohonan untuk mendapatkan paspor Jerman. ”Saya tidak pernah memintanya. Saya tidak pernah memilikinya,” katanya.
Minggu dua pekan lalu, begitu berita penangkapan Brodsky ramai diberitakan, istri Bodenheimer menelepon Jerusalem Post, menyatakan heran nama suaminya dihubungkan dengan pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh. ”Kami sangat tidak senang nama suami saya digunakan untuk hal semacam itu,” ujarnya.
Di Israel, Bodenheimer ternyata bukan satu-satunya orang yang identitasnya telah ”dicuri” Mossad. Ada juga Melvyn Adam Mildines, Stephen Hodes, dan Paul John, ketiganya warga Israel yang berasal dari Inggris.
Mildiner, yang tinggal di Beit Shemesh, kepada situs berita Ynet mengaku baru tahu identitasnya dicuri setelah membaca berita tentang investigasi kepolisian Dubai atas pembunuhan Mahmoud. ”Semua anggota keluarga saya marah, terutama khawatir akan mendapat kesulitan bepergian ke luar negeri,” katanya.
Adapun paspor Bodenheimer, menurut kepolisian Dubai, dikeluarkan di Cologne. ”Seseorang dengan nama itu adalah salah seorang pembunuh pemimpin Hamas,” demikian pernyataan kepolisian Dubai.
Juru bicara pemerintah Israel, Michael Jankelowitz, membantah telah menggunakan nama warga mereka untuk mendapatkan paspor palsu bagi Mossad. ”Tidak ada itu,” katanya. Toh, pemerintah Israel terang-terangan menyatakan gembira atas terbunuhnya Mahmoud yang, menurut mereka, merupakan tokoh kunci penyelundupan senjata ke Gaza.
”Kami akan melakukan apa pun untuk mendukung rekan kami di Uni Emirat Arab,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Guido, Februari lalu, begitu tahu paspor Jerman turut digunakan dalam operasi pembunuhan Mahmoud.
Der Spiegel melaporkan penahanan Brodsky telah memicu keributan diplomatik, terutama antara Jerman, Polandia, dan Israel. Jerman meminta Brodsky segera diekstradisi, Israel sebaliknya minta Brodsky dipulangkan.
Mengutip seorang sumber di Kedutaan Besar Israel di Warsawa, koran Haaretz menulis peluang Brodsky diekstradisi ke Jerman sangat besar. Ini disimpulkan dari wawancara juru bicara kejaksaan Polandia, Monika Lewandowska, dengan radio Polandia. ”Kami sedang menunggu surat permohonan penahanan dari Jerman. Dokumen itu akan kami bawa ke pengadilan, tempat keputusan ekstradisi akan dibuat,” kata Lewandowska.
Philipus Parera (Christian Science Monitor, The London Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo