Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekilas tidak ada yang berbeda antara Grace Jo, yang berasal dari Korea Utara, dengan mahasiswa lain di Amerika Serikat
berjalan berjalan bersama rombongan kawannya selepas belajar dari Montgomomery College, Rickville,Maryland, Amerika Serikat. Namun wanita 26 tahun itu memendam sebuah luka dimana dia pernah hidup di negara dengan kediktatoran brutal yaitu Korea Utara.
Baca: Australia Sebut Korea Utara Putus Asa, Ini Sebabnya
Kisah ini dituangkan dalam pidatonya pada sebuah forum di New York yang digagas Institut George. W. Bush. Acara ini mengangkat tema "Semangat Kebebasan: Di Rumah Di Dunia, dengan Fokus pada Kebebasan, Pasar Bebas dan Keamanan".
Baca: Kritik Trump, Hillary: Perang Korea Utara Picik dan Berbahaya
Dalam forum itu, Jo menceritakan seluruh pengalamannya mengenai kekejaman rezim Korea Utara, yang membunuh bayi, anak dan wanita tanpa ampun.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) memandu peluncuran beberapa roket di bawah Unit KPA 851, dalam foto yang dirilis KCNA pada 24 April 2014. REUTERS
"Kekuatan militer pemerintah AS, atau kekuatan independen harus menghentikan rezim Korea Utara, karena rezim itu membunuh orang-orang yang tidak bersalah di negara ini. Anak, bayi dan ibu sekarat tanpa harapan, " kata Jo.
Grace Jo datang ke Amerika Serikat berstatus sebagai pelarian dari Korea Utara, bahkan dalam pelariannya dia sempat tertangkap oleh intel Korea Utara dan dipenjara di sana. Dia juga mengaku sudah tiga kali berusaha kabur ke Cina namun ditangkap dan dikirim kembali ke Korea Utara.
Vice president of NKinUSA, Grace Jo. AFP PHOTO / Oslo Freedom Forum / Reka Nyari
"Saya melihat agen Korea Utara menyiksa orang dewasa di sana dan meneriaki mereka, itu adalah tempat yang menakutkan," kata Jo.
Saat ini kedua adiknya meninggal karena kelaparan dan ayahnya meninggal akibat penyiksaan setelah berusaha menyelundupkan beras sekembalinya dari Cina.
Sebagai bentuk kepeduliannya kepada orang yang senasib dengannya, Jo mendirikan sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan menyelamatkan orang-orang Korea Utara yang kabur dari negaranya ke sebuah negara yang aman.
Jo saat ini baru berusaha mengumpulkan dana sebesar $10.000 atau sekitar Rp150 juta untuk mendanai aksi mereka ke depannya untuk Korea Utara yang lebih baik.
MUHAMMAD IRFAN AL AMIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini