SELAMA menjadi tuan rumah pertmuan Menteri Luar Negeri ASEAN di
Pattaya pekan lalu, Siddhi Savetsila lebih banyak diam. Justru
rekan-rekannya yang lebih banyak membicarakan "nasib" Thailand
menghadapi keruwetan di lampuchea. Menurut anggapan Thailand?
Yang jangkung dan nampak cerah itu selalu bersikap netral,
tidak ke "kanan" ataupun ke "kiri". Dalam wawancara Toeti
Kakiailatu dari TEMPO Siddhi berbicara terus terang. Siddhi
antara lain berkata:
TENTANG HASIL PERTEMUAN MENLU ASEAN:
Pertemuan Pattaya ini jangan dinilai apakah hasilnya maksimum
atau minimum. Apa yang disebut "pemerintahan koalisi" hanyalah
sebagian dari pemecahan masalah secara politis. Suatu sumbangan
ASEAN untuk mengakhiri konflik internasional tentang masalah
Kampuchea.
Juga jangan pikirkan usul ASEAN tentang "pemerintahan Koalisi"
itu realistik atau tidak. Ketiganya (Sihanouk, Son Sann dan
Khieu Shampan) memang mempunyai warna masing-masing. Karena itu
tadinya kami menyebutkan "koalisi longgar" yang akan berisi
ideologi, identitas dan institusi tersendiri. Nantinya, setelah
Vietnam ditarik keluar dari Kampuchea, koalisi ini akan
dibekukan untuk kemudian diadakan pemilihan umum yang diawasi
oleh sebuah badan internasional. Kapan? Jangan tanya itu,
terserah rakyat Kampuchea sendiri.
Pertemuan Pattaya yang menghasilkan pernyataan resmi hari ini
(10 Desember) juga karena bertele-telenya panitia ad hoc sebagai
lanjutan dari pertemuan Singapura, 4 September. Setelah rapat
panitia ad hoc yang kesembilan grup Son Sann merajuk. Rakyat
yang kesepuluh, grup Sihanouk mundur. Kami sudah bosan dan lelah
menghadapi masalah ini. Yang terpenting kesatuan citra dan
cita-cita ASEAN terwujud dalam membantu kedamaian wilayah ini.
TENTANG THAILAND DAN VIETNAM:
Kami tidak dalam keadaan berperang dengan Vietnam. Syukurlah
kalal Menlu Vietnam Nguyen Co Tach berkata lagi bahwa negerinya
juga mempunyai niatan yang sama. Co Tach juga berkata kepada
saya Juni lalu di New York bahwa Vietnam tidak memusuhi
Thailand. Tapi mengapa ada tentara Vietnam di Kampuchea? Mengapa
tentaranya yang berjumlah 200.000 orang itu juga mengganggu
ketenangan rakyat kami yang bermukim di perbatasan? Buktikanlah
dulu kata-katanya dengan perbuatan yang nyata. Kalau dia berkata
mau bertetangga baik,saya akan mempercayainya. Tapi buktinya?
Mulai dari sekarang, sekali lagi, saya akan mencoba
mempercayainya.
TENTANG TUDUHAN HANOI:
Ada markas Khmer Rouge di Thailand? Saya sudah mengundang dia
berkali-kali untuk mengunjungi negeri kami dan membuktikannya
sendiri. Tapi dia (Nguyen Co Tach) tampaknya tak ada niatan
untuk membalas undangan saya itu.
Markas seperti yang dituduhkan Hanoi itu tidak masuk akal. Kalau
ada pengikut Son Sann, atau Khieu Samphan atau siapa, di wilayah
kami, mereka tidak kami undang. Mereka lari ke daerah kami, dan
kami juga tidak bisa menjajarkan pasukan sepanjang perbatasan
Kampuchea-Thailand. Di perbatasan, segala kemungkinan bisa
terjadi. Ada masalah pasar gelap, artileri Vietnam menembaki
Khmer Rouge, KPLNF atau siapa saja, dan pelurunya jatuh ke desa
kami. Di daerah kami sebetulnya tidak ada konflik, tetapi karena
tetangga ribu, kami terkena getahnya.
Memang apa yang diminta Vietnam adalah DMZ (zone bebas militer).
Itu tidak bisa kami setujui, karena konflik terjadi di Kampuchea
sana, bukan di Thailand. Dan zone bebas militer itu seharusnya
di perbatasan Kampuchea-Vietnam, bukan Kampuchea-Thailand.
TENTANG PERANG DAN DAMAI:
Thailand selalu mencari penyelesaian dengan jalan damai, bukan
dengan berperang. Kericuhan di Kampuchea tidak bisa berlangsung
terus begini. Ada peperangan antara orang Kampuchea, ada antara
orang Kampuchea dan Vietnam. Kalau berkepanjangan seperti
sekarang, konflik ini akan berlarut-larut seperti perang Korea
yang lamanya 10 tahun.
Saya pikir Vietnam juga tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan
kekuatan militernya di Kampuchea, kecuali kalau semua pasukannya
dikerahkan ke situ. Tapi dia toh harus menghadapi Cina. Jadi
kalau peperangan ini berkelanjutan, itu peperangan mereka. Bukan
Thailand. Thailand dan atau ASEAN juga tidak berkonflik dengan
Kampuchea atau Vietnam.
Apa yang bisa ditawarkan Thailand untuk perdamaian? Satu-satunya
jalan, tarik mundur pasukan Vietnam dari Kampuchea. Masalah
Kampuchea adalah masalah internasional. Penyelesaiannya ialah
bukan pembicaraan antara Vietnam dan Thailand atau ASEAN, tapi
pembicaraan antara Vietnam dan Cina dan super power lainnya.
TENTANG THAILAND--CINA
Segala jalan untuk penyelesaian sebaiknya diusahakan. Seperti
Indonesia mencoba mendekati Vietnam, itu salah satu jalan. Boleh
saja, malah kebetulan.
Kami juga mencoba mendekati Cina untuk cepatnya penyelesaian
masalah Kampuchea ini. Bulan lalu, saya memanggil Duta Besar RRC
di Thailand. Satu setengah jam saya menerangkan kepada Tuan Shen
Ping tentang masalah Kampuchea dan usulan Singapura (waktu itu).
Dia mengerti. Tetapi baik Shen Ping atau Beijing tidak
mengatakan "ya" atau "tidak" tentang usulan itu.
Cina adalah salah satu kunci penyelesaian, di samping Vietnam
atau Rusia. Thailand akan mencoba mengadakan lobi lagi setelah
pertemuan Pattaya ini. Kami tetap percaya bahwa pada dasarnya
manusia tidak mau berperang. Dan memang lebih enak damai.
Thailand sendiri sedang membangun negeri. Sebetulnya tidak perlu
kami mempersenjatai diri sampai US$ 1 milyar. Tapi kami perlu
pertahanan diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini