Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jatuhnya anak buah moskow

19 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JATUHNYA pemimpin partai diKampuchea, Pen Sovan, merupakan acara yang asyik diperdebatkan di luar sidang para Menlu ASEAN di Pattaya, Thailand. Pernah hidup di Hanoi selama lebih 15 tahun dan beristrikan wanita Vietnam, Sekjen Partai Revolusioner Rakyat Kampuchea (PRRK) itu dipandang sebagai orang kuat di negerinya sejak tersingkirnya rezim Pol Pot di akhir 1978. Berbeda dengan Presiden Heng Samrin yang membelot dari Khmer Rouge, Pen Sovan tak pernah punya urusan dengan Partai Komunis yang miring ke Beijing itu. Radio Phnom Penh yang mengumumkan berita penting itu (5 Desember) hanya menyebutkan Pen Sovan "perlu istirahat panjang karena sakit-sakitan." Dia dikabarkan mendapat serangan jantung yang kedua kalinya belum lama berselang. Suatu alasan yang amat diragukan para pengamat. Sovan, 46 tahun, suka main tenis, belum pernah terdengar menderita sakit jantung. Alasan pemberhentian karena sakit itu bukan hal baru di Kampuchea. Awal Oktober lalu, Menteri Pertanian Keo Chanda juga diberhentikan dengan alasan serupa. Chanda, yang sebelumnya menjabat Menteri Penerangan, dan fasih berbahasa Inggris, dikenal sebagai orang pandai di kalangan pengamat Kampuchea. Berbeda dengan Keo Chanda yang tak banyak diberitakan, eksitnya Pen Sovan menimbulkan berbagai spekulasi. Nayan Chanda, pengamat tekun Indochina yang menulis di Far Eastern Economic Review menilai ulah Pen Sovan yang belakangan ini suka main mata dengan Moskow membuat ia terjungkal dari kursinya. Salah satu petunjuk, pihak Kremlin bungkam, dan Pravda, harian partai Soviet memberitakan peristiwa itu tanpa komentar. Lima hari setelah itu, ketika Radio Phnom Penh mengumumkan Presiden Heng Samrin merangkap jabatan Sekjen, Kremlin tak memberikan ucapan selamat. Ini berbeda dengan Hanoi: Sekjen Partai Le Duan sendiri mengirim kawat ucapan selamat kepada Samrin, dan mengharapkan agar "kerjasama yang militan" antara kedua negara dipertahankan. Orang No. 2 di Kampuchea itu memang sering berkunjung ke Moskow. Tanggal 26 Oktober ia baru kembali dari Uni Soviet dan disambut dengan kebesaran militer penuh di pelabuhan udara Pochentong, Phnom Penh. Dua bulan sebelum itu, dia diundang berlibur di Laut Hitam, suatu keistimewaan yang hanyabisa dinikmati Gleh mereka yang dianggap dekat dengan Kremlin. Dan akhir November lalu, sebelum berkunjung ke perbatasan Thailand-Kampuchea, yang dikenal sarang Khmel Rouge, Pen Sovan menerima Oleg Bostorin, Dubes Soviet untuk Kampuchea. Diduga kedua orang itu membahas usa ha "memperkuat kerjasama Soviet dan Kampuchea." Suka memuji-muji Soviet, anak didik Hanoi ini sudah lama juga ingin melepaskan diri dari dominasi tetangganya itu. Kehadiran 150.000- 200. 000 tentara Vietnam, dan ribuan penasihat Vietnam yang tersebar di berbagai kantor pemerintah di Kampuchea, dengan sendirinya membuat banyak putra Kampuchea menjadi risi juga. Keamanan ibukota Phnom Penh, terutama di malam hari, praktis di tangan tentara Vietnam. Setiap orang di Phnom Penh bila ditanya akan menjawab Kampuchea masih membutuhkan kehadiran tentara Vietnam. Mereka masih ngeri kalau pasukan Pol Pot kembali mengamuk membunuhi penduduk dan menghancurkan apa saja yang mereka anggap modern: pagoda, bank, semua kendaraan bermotor, mesin ketik sampai kacamata. Tapi, seperti kata seorang di sana, "baik juga kalau pelan-pelan tentara Vietnam itu muliai ditarik mundur." Pen Sovan, menurut beberapa pengamat Indochina, rupanya ingin memperjuangkan agar kedudukan Kampuchea setaraf dengan Vietnam di mata Soviet. Dia tidak suka kalau harus konsultasi dulu dengan Hanoi bila mau berhubungan dengan Moskow. Melihat gelagat yang kurang baik itu, maka Hanoi yang sama-sama berkiblat ke Moskow, rupanya merasa sudah waktunya untuk memasang wajah baru yang lebih penurut. Bagi Hanoi, masalah Kampuchea dan Laos merupakan masalah dalam negeri Indochina. Mereka agak sensitif bila ada "orang luar" mencampuri, meskipun itu Uni Soviet. Tapi ada yang berpendapat bahwa kasus mundurnya Pen Sovan dari pentas politik Kampuchea suatu siasat saja. "Pergeseran di Kampuchea itu hanya siasat untuk mengelabui dunia seakan-akan ada perpecahan di dalam," kata Sekjen Dewan Keamanan Nasional Thailand, Komandan Skwadron Prasong. Selama tentara Vietnam masih bercokol di sana, katanya lagi, "perubahan figur tak berarti akan ada perubahan dalam pemerintahan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus