KAWASAN Thailand yang berbatasan dengan Kampuchea biasa disebut
daerah terlezat yang berbentuk T-bone steak, daging bistik kelas
wahid. Dan Aranyaprathet adalab kota terbesar dan terdepan yang
dilintasi jalan raya Pbnom Penh-Bangkok. Wartawan TEMpo Toeti
Kakiailatu berada di sana pekan lalu. Laporannya:
DI kawasan perbatasan bagian tengah ini alam memberi peluang
yang longgar. Artinya tidak ada batas yang berupa gunung tinggi,
sungai besar ataupun muras yang ganas. Tapi ada hamparan sawah
yang datar dengan sedikit berbukit-bukit. Di situ pula biasanya
kaum pengungsi Kampuchea menyeberang ke Thailand. Dulu sebelum
1979 cuma ada satu resimen tentara yang menjaga kawasan ini.
Kini Divisi IX menjaganya.
Pedesaan yang berhadapan dengan kota-kota Kampuchea seperti
Pailin, Battambang, Sisophon dan Poipet ini, menurut cerita
penduduk, sering mendapat rezeki sasaran peluru AK47 atau roket
RPG (Rocket Power Gun). Agustus lalu, Son Sann mengadakan
konperensi pers di salah satu desa terdepan Thailand ini. Kontan
beberapa hari berikutnya desa itu mendapat hujan peluru dan
roket dari pasukan Vietnam dan Kampuchea-nya Heng Samrin. "Kami
menghitung 80 roket di Desa Nong Chan," kata seorang perwira
dari Divisi IX. Karena itu, sejak September pemerintah Thailand
melarang pelarian Kampuchea memberikan pernyataan politik. Juga
tidak boleh seorang wartawan pun berada di perbatasan.
"Masalahnya, penduduk kami menjadi korban," sambung perwira
tersebut. Dia pun kemudian menyebutkan Pac Kad Hong, sebuah desa
yang kini ditinggalkan penduduknya sama sekali. Tidak banyak,
cuma 400 orang yang kini diungsikan ke distrik Watana Nakhon.
Dan Pac Kad Hong kini disebut "desa setan" oleh penduduk
sekitarnya.
"Di zarnan Sihanouk atau Lon Nol dulu, desa kami aman," kata Pud
KamNil, 49 tahun, camat selama 16 tahun untuk Kecamatan Kao Noi
Narmsup. Pac Kad Hong termasuk 8 desa yang dibawahinya. Kini,
ada lagi sebuah desa di seberang Khlong Narm Sai yang juga
banyak penduduknya mengungsi. Khlong (sungai) yang ada di
perbatasan ini sebetulnya sungai bikinan untuk mencegah masuknya
tank-tank dari arah Kampuchea. Dari khlong ini, kalau jalan kaki
setengah jam saja, sampailah kita di perbatasan Kampuchea yang
cuma ditandai pal-pal beton dalam jarak beberapa kilometer.
Di seberang khlong ini kini dijadikan daerah bebas keluar
masuknya orang Khmer Rouge (Khmer Merah). Konon di desa ini
saja, Khmer Merah mempunyai kekuatan sekitar 4.000 orang, dan
3.000 di antaranya bersenjata. "Kami menyerbu ke arah Sisophon
sekitar dua atau tiga kali seminggunya," kata Ruen, 20 tahun,
yang baru 5 tahun bergabung dengan pasukan Khmer Rouge. Menurut
pengakuannya, daerah Kampuchea yang kini dikuasai pasukannya
sudah sejauh 7 atau 8 km. Dan di Sisophon ada markas Divisi 25
Vietnam.
Suasana di Khlong Narm Sai sebetulnya tidak banyak beda dengan
desa lainnya di kawasan perbatasan. Nama Narm Sai berarti "air
yang jernih". Padi yang menguning disinari matahari penuh, dan
angin sejuk musim dingin dari daratan dalam Asia berhembus
kencang. Ada rumah rumbia dan berpanggung--banyak yang kosong.
Satu, dua ekor anjing berkeliaran, mungkin mencari tuannya.
Semakin senja hari, suasana semakin mencekam perasaan. Mungkin
karena sepinya desa yang makmur itu. Atau serasa ada begitu
banyak pasang mata yang mengawasi dari tempat-tempat yang
tersembunyi.
DALAM tempo 2 tahun, kami bisa merebut Kampuchea," kata Sereun,
instruktur Ruen, 27 tahun, yang enggan dipotret. Meskipun dalam
keadaan perang, menurut Sereun, sekolah khusus bagi yang
muda-muda tetap berlangsung. Sekolah di hutan. Bahan makanan
atau barang yang diperlukan lainnya biasanya mereka minta lewat
radio khusus. Distribusi dilakukan secara berantai dan diatur
dengan rapi dari pusat pimpinan. Kabarnya, orang-orang Khmer
dari kawasan ini memiliki tiga buah pick-up Datsun yang sering
berkeliaran di kota Aranyaprathet.
Aranyaprathet, kota perbatasan ini, tidaklah luas. Pusat
keramaian sampai jauh malam, berada di seputar pasar. Pusat
kotanya sendiri penuh oleh toko-toko, sedang pemukiman penduduk
sebagian besar tersebar di pinggirannya yang tidak berjalan
aspal. Kota distrik ini berpenduduk sekitar 50.000. Sekitar 700
orang (asing dan pribumi) kini bekerja pada 20 organisasi
internasional yang mengurus nasib pengungsi Kampuchea.
"Sulit untuk mengetahui siapa-siapa yang berada di Aran," kata
perwira Divisi IX tadi. Mungkin dia agen CIA, KGB atau agen
Cina. Bisa juga seseorang, yang bekerja di proyek kemanusiaan,
merangkap sebagai penyelundup. Pasar gelap di perbatasan memang
semakin ramai. Mulai dari gula pasir sampai mobil dicoba
diselundupkan ke kawasan Kampuchea. Tadinya, sudah ada dua
peraturan yang melarang pasar gelap ini. Dari penguasa distrik
Aran itu sendiri, dan dari pimpinan pemerintah komunis di
Kampuchea, pekan lalu keluar lagi peraturan baru. Komandan
Wilayah AD pertama, Jenderal Arthit, mengumumkan bahwa siapa
yang mencoba menyelundupkan barang apa saja ke Kampuchea akan
ditahan 3-6 bulan lamanya dan barang disita. Kabarnya, selama 6
bulan terakhir ini, ada 1.500 orang terbunuh. Tidak jelas siapa
yang membunuh, tetapi korban terbanyak adalah pedagang kecil.
Banyak orang bercerita bahwa para penyelundup itu sebetulnya
petugas proyek kemanusiaan dan kaum sukarelawan yang
diperbolehkan keluar masuk perbatasan dengan mobil khusus.
Karena itu, kota Aran tetap sibuk dan meriah. Cafe Aran tetap
ramai dikunjungi orang sebagai tempat berdansa. Ada lagi rumah
hiburan yang bernama The Blows dan Valentme House yang baru
dibuka.
Di seputar pasar, banyak pria seragam militer berkeliaran.
Mungkin tentara sungguhan, mungkin sukarelawan. Tapi kalau ada
pria yang bersabuk tentara, berbaju loreng dan mengenakan topi
vilt, mungkin dia penduduk sipil. Seragam tentara, jaket bekas
Gl, banyak dijual di toko. Mungkin karena inilah, Jenderal
Arthit mengusulkan untuk mengganti pakaian seragam pasukan
Thailand.
Di jalanan yang menuju ke ibukota Bangkok, banyak dipasang tanda
a house to let, suatu bukti semakin banyak orang asing yang
mencari rumah, sementara tak ada hotel yang layak bisa
disajikan. "Dan harga-harga semakin mahal saja," kata Nyonya
Saengrungrueng, "karena semakin banyak orang asing berdatangan."
Di kota Aran ini, "jangan pergi ke sebelah timur, tapi tidak
dilarang anda untuk melangkahkan kaki ke selatan, utara atau
barat," kata seorang Amerika yang bekerja pada sebuah proyek
kemanusiaan Katolik. Timur berarti ke arah Kampuchea. Dan di
malam hari, di kota Aran belahan timur ini, sering terdengar
"petasan" RPG 107, desingan AK-47 atau auman Howitser 155.
Sementara itu, kehidupan pengungsi Kampuchea di kamp-kamp Sakaeo
dan Khao I Dang semakin menetap. Tanaman sayur sudah panen
beberapa kali bayi-bayi sudah berlahiran, dan tidak tampak lagi
perut busung karena kurang makan. Sebagian besar pengungsi
Kampuchea ini menyatakan mereka tidak senang pada rezim Pol Pot.
"Kami waktu itu tidak bisa meninggalkan desa kami," kata Nyonya
Kim, 32 tahun, yang berasal dari Battambang. Suaminya dibunuh
Khmer Merah. Demikian pula ayahnya, karena dianggap "kapitalis"
yaitu memiliki toko. Waktu Vietnam memasuki Kampuchea di tahun
1979, barulah Kim, abangnya dan anak tunggalnya berhasil
melarikan diri. Mereka kini berada di kamp Khao I Dang. Sampai
Oktober lalu, pengungsi Kampuchea di beberapa kamp di sepanjang
perbatasan Thailand - Kampuchea berjumlah hampir 96.000 orang.
Dari jumlah tersebut, 42. 300 orang berada di Khao I Dang. "Kami
tidak tahu persis, siapa-siapa yang ada di kamp itu," kata
seorang perwira Intel Divisi IX.
Di sepanjang perbatasan yang dikuasai Divisi IX (sekitar 125 km)
ada sekitar 100.000 pengikut Son Sann dan 84. 000 orang Khmer
Merah. "Orang Khmer Merah militan sekali, tetapi kalau urusan
politik, lebih pintar orang Son Sann," kata perwira intel
tersebut. "Juga Khmer Merah lebih disiplin, sementara orang Son
Sann lebih senang uang daripada perang."
Menurut cerita Camat Kao Noi Narm Sup, bila berjalan 500 meter
saja dari perbatasan, dulu seseorang sudah ketemu dengan tentara
Vietnam. "Kini mereka jauh berada sekitar 10 km dari
perbatasan," katanya Ceritanya pula, dulu tentara Thailand
pernah membalas serangan Vietnam ini. "Tapi bom yang mereka
jatuhkan merusak wat kuil kami," katanya. "rakyat jadi marah."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini