SEKALIPUN sampai Senin pekan ini kedudukannya melorot menjadi nomor tiga dalam pengumpulan suara, Miriam Santiago tetap menjadi bintang. Bukan saja dia bersama Imelda Marcos merupakan salah satu calon wanita lagi untuk jabatan presiden Filipina. Juga karena pada lima hari pertama pengumpulan suara, bekas pengajar di Fakultas Hukum University of Philippine yang mengaku bukan politikus itu sempat mempecundangi Fidel Ramos. Pekan lalu, ibu dua anak berumur 46 tahun itu, bukan hanya menuding pemerintah memanipulasi hasil pengumpulan suara untuk keuntungan Ramos. Mantan hakim yang pernah menjabat direktur jenderal imigrasi, dan terakhir sempat menjadi menteri reformasi agraria di bawah Presiden Aquino itu juga melakukan mogok makan sebagai protes. Pagi itu, Kamis, 21 Mei, sehari sebelum ia melakukan mogok makan, Leila S. Chudori dari TEMPO, diterima di rumahnya. Di rak buku ruang tamu terjejer dengan rapi buku-bukunya, di antaranya The Third Wavenya Alvin Toffler dan The Sicilian karya Mario Puzzo. Akirnya ia muncul juga dengan mengenakan kulot biru muda dan blus merah muda lengan pendek. Miriam kelihatan pucat dan lelah. Karena itu ia membatalkan semua acara-acaranya, kecuali wawancara dengan TEMPO. Anda punya bukti kecurangan Ramos dalam pemilu? Ketika saya pertama kali mengungkapkan soal kecurangan Ramos pada 15 Mei, dasarnya karena penghitungan baru mencapai 20%. Kami mendapatkan laporan, perhitungan suara dari hari ke hari terlalu lamban. Jangankan penghitungan suara resmi yang dilakukan Comelec (Commission on Election, badan yang mengawasi jalannya pemilu), perhitungan suara yang dilakukan MCQC (Media Citizen Quick Counting lembaga nonpemerintah yang diberi otorisasi Comelec untuk membuat perhitungan cepat) pun lamban sekali. Karena lambannya kedua badan tersebut melakukan kerjanya, terjadilah pemalsuan dokumen. Dalam penghitungan suara yang hasilnya akan diumumkan secara resmi Juni nanti, ada dua dokumen yang dipakai sebagai dasar. Pertama catatan penghitungan suara di TPS (tempat pemungutan suara). Hasil penghitungan itu dijumlahkan menjadi satu dalam dokumen kedua. Di situlah terjadinya penipuan dengan menyulap angka-angka yang kemudian dimasukkan ke dalam komputer. Dulu, kecurangan dilakukan secara mencolok: menembak calon lawan, menukar kotak suara, atau dengan membeli suara. Cara lama itu masih digunakan, tapi dikombinasikan dengan cara baru yang saya namakan silent fraud (penipuan diam-diam). Saya juga menemukan bukti dari berbagai provinsi tentang adanya pertemuan-pertemuan antara aparat daerah dari yang tertinggi sampai yang terendah untuk memperlambat pengiriman laporan ke MCQC. Lalu, apa yang Anda harapkan? Ramos didiskualifikasi atau pemilu diulangi? Kami mengharapkan permintaan kami diperhatikan. Kami melihat kecurangan, dan mengharapkan Comelec memperhatikannya. Saya mengajak masyarakat dan partai-partai lain bergabung bersama kami untuk juga memperhatikan hal itu, bukan karena angka perolehan saya berada di bawah perolehan Ramos. Pada hari-hari pertama ketika saya leading ada kegembiraan di kalangan masyarakat bahwa keadaan sudah berubah. Orang menyangka pemilihan ini jujur karena Miriam yang miskin dan tak punya mesin politik bisa nomor satu. Tapi, kegembiraan itu hanya sebentar saja. Bahkan, pada hari ketiga kami mendapat laporan, Presiden Aquino memberi instruksi di tiga provinsi agar memperlambat penyetoran hasil penghitungan suara kepada MCQC. Secara kongkret, yang saya harapkan adalah jika demonstrasi saya tak berhasil menyetop semua kecurangan yang masih berlangsung terus, saya akan minta Comelec untuk mendeklarasikan bahwa pemilu ini gagal. Jika Comelec menyetujuinya dan mengulang pemilu ini, tentu saya akan mencalonkan diri lagi. Tapi, kalau saya harus menungggu beberapa tahun lagi, saya tak mau mencalonkan lagi. Banyak tuduhan bahwa Anda punya kontak dengan RAM. Sebenarnya bagaimana hubungan Anda dengan kelompok Honasan? Saat ini saya tak berhubungan dengan RAM, langsung dan tak langsung. Kontak pertama saya dengan mereka ketika saya menjadi redaktur tamu majalah para kadet yang bernama The Corps. Itu posisi kehormatan yang diberikan kepada seorang wanita cantik atau berkualitas. Saya termasuk kategori kedua dan memegang jabatan itu selama dua tahun. Nah, sebagian kadet itulah yang dikenal sebagai "kelas bandel 1971", yaitu angkatannya Honasan dan Kapunan. Mereka sering mengunjungi saya di kampus UP atau saya yang datang kepada mereka di Baguio City. Pada 1987 Presiden Aquino menawarkan jabatan direktur imigrasi dan deportasi. Saya menyadari sesungguhnya esensi jabatan itu adalah pelaksanaan hukum. Saya harus berani mendeportasi kriminal asing dan penyelundup. Saat itu saya menjadi hakim. Saya tolak tawaran itu dengan mengatakan pada Presiden Aquino, "Anda memerlukan seorang yang bisa memaksakan hukum, dan yang Anda perlukan adalah seorang pensiunan jenderal, sementara saya hanyalah akademisi." Tapi, Cory memaksa dan saya menerima. Yang pertama saya lakukan adalah meminta persetujuan presiden untuk meminta pertolongan lulusan Akademi Militer Filipina (PMA) yang kebanyakan anggota RAM, pangkatnya belum tinggi, dan mudamuda, rata-rata lulusan lebih muda dari Honasan. Pada masa Marcos, anak-anak muda itu tak setuju dengan pemerintah, bahkan adik saya, Letkol. Benyamin Defensor, juga anggotanya, juga pada massa Marcos. Semula saya tak begitu kenal mereka dan menyeleksi mereka berdasarkan pada biodata, karena saya menginginkan yang berprestasi. Lalu, saya katakan pada mereka, "Selagi bekerja dengan saya, kalian dilarang berbuat sesuatu yang menentang presiden. Kalau itu terjadi, buat saya itu sama saja dengan bunuh diri." Lalu, saya bertemu presiden dan meminta persetujuan sambil memberitahukan syarat saya pada mereka. Saya katakan pada presiden, hanya dengan bantuan RAM saya bisa menindak pelanggar hukum. Cory setuju. Menurut Eduardo Kapunan (pentolan RAM), Honasan dan kelompoknya sangat mengagumi Anda. Apakah Anda tahu itu? Oh, ketika menjadi dirjen imigrasi saya melancarkan gerakan antisuap dan antikorupsi. Yang kena bukan saja yang memang penjahat, tapi juga pejabat di dalam keimigrasian sendiri. Saat itu ancaman pembunuhan bagaikan makanan sehari-hari saya. Sementara itu, kelompok Honasan-Kapunan menjadi buron. Tiba-tiba saja saya baca di koran-koran bahwa nama saya tertera paling atas di daftar "junta militersipil" dalam selebaran RAM. Pamflet itu juga mendukung tindakantindakan saya di dirjen imigrasi. Cory menanyakan hal itu dan saya menjawab, "Nyonya Presiden, saya belum pernah melihat daftar itu dan RAM tak pernah membicarakannya dengan saya. Tak adil jika Anda menuduh saya hanya berdasarkan pada selebaran itu." Nah, sekarang orang mulai lagi menghubung-hubungkan hal itu karena RAM menulis selebaran lagi bahwa mereka akan menjaga kotak suara agar tak terjadi kecurangan terhadap saya. Hubungan pribadi Anda dengan Honasan? Selain karena saya pernah menjadi editor The Corps, saya berjumpa lagi dengannya pada 1986 ketika Honasan dan saya mendapat penghargaan Prestigeous Professional Award. Penghargaan itu juga pernah diterima Ninoy Aquino. Saya juga pernah bertemu dengannya di rumah adik saya, Letkol. Benyamin Defensor, yang dulu memang anggota RAM. Honasan memang bapak permandian adik saya. Tak lebih dari itu. Ramos mengatakan bahwa ia akan tetap mengejar dan menangkap Honasan jika ia menjadi presiden. Menurut Anda kebijaksanaan apa yang baik untuk kelompok Honasan? Saya akan langsung mengumumkan amnesti buat mereka. Anda tahu, meski RAM dianggap pemberontak, mereka didukung sebagian masyarakat. Banyak yang menyukai mereka. Saya kira para pendukung saya satu tipe dengan pendukung RAM. Anak-anak muda Filipina memerlukan seorang figur, rol model yang setipe dengan Robin Hood. Honasan mungkin dianggap seperti itu. Apa kritik Anda terhadap pemerintah Corry? Cory selalu mengaku ia telah memulihkan demokrasi. Tapi, ia tak berhak diberi selamat untuk apa yang terjadi pada Revolusi 1986. Rakyatlah yang menginginkan demokrasi dan mengenyahkan Marcos. Cory tak lebih dari sebuah catatan kaki dalam sejarah negeri ini. Siapa pun bisa melakukan apa yang diperbuatnya. Ketika kemarahan rakyat sedang meluap, sebenarnya Cory tak ada di Manila. Dia berada di sebuah asrama susteran di selatan Cebu. Dia memang populer, tapi saya kira dia sendiri tak menyangka kejadian itu bisa terjadi secepat itu. Konsepnya adalah, ia akan terus melakukan civil disobediance terhadap Marcos, tapi dia tak punya konklusi yang logis untuk penyelesaiannya. Ia hanya ingin menyampaikan protes, tapi tak menyadari akan terjadi revolusi. Bukankah Cory membiarkan pers berbicara bebas, mengizinkan siapa pun mencalonkan diri, termasuk yang dibencinya seperti Imelda, Cojuangco, dan Laurel? Dia hanya satu alat yang digunakan rakyat agar revolusi terjadi. Ny. Aquino tak memiliki kualitas apa pun untuk menjadi pemimpin. Seperti yang dikatakannya sendiri, ia tak lebih dari seorang ibu rumah tangga. Siapa pun bisa berada pada posisinya. Ia berada di puncak sentimentalitas rakyat Filipina yang menginginkan Marcos enyah. Setelah dia memegang pemerintahan, Anda lihat sendiri. Dia tak bisa mempergunakan popularitasnya untuk memimpin. Sesungguhnya dia bisa membuat begitu banyak reformasi. Cory Aquino adalah pemimpin yang paling lemah yang pernah kita miliki dalam sejarah Filipina. Dia pikir bahwa menangani persoalan berat bisa dilakukan degan sikap seorang ibu yang membujuk anaknya dengan sepotong kue. That's impossible. Padahal, dari 24 senator yang terpilih, 23 di antaranya berasal dari partainya. Dengan mayoritas seperti itu, sebenarnya ia bisa membuat agenda legislatifnya maju dan progresif dibanding dengan presiden-presiden sebelumnya. Tapi, toh setiap kali ia mengajukan usul ke legislatif, ia tak mampu mengatasi para senatornya. Mereka selalu menolaknya. Dan lihat betapa seringnya ia mengganti kabinetnya. Ketika saya menjabat sebagai dirjen imigrasi dan deportasi, sudah ada tiga dirjen sebelum saya. Bayangkan, dalam tiga tahun, ia sudah memiliki empat dirjen. Dia tak tahu bagaimana menjadi seorang eksekutif, bagaimana berorganisasi, bagaimana mencari orang-orang yang bisa bekerja dengannya. Dia mengganti Mensesnegnya empat kali. Dia tak tahu apa artinya teamwork. Kini, setelah pemilu, Cory betul-betul merusak citranya. Dia memilih seorang kandidat sebagai pilihannya. Ok, itu bisa diterima karena di beberapa negara hal semacam itu bisa terjadi. Yang gawat, Cory menggunakan beberapa bulan terakhir kepresidenannya untuk berkampanye. Cory seperti menjadi manajer kampanye Ramos. Kenapa tidak sekalian saja ikut mencalonkan diri? Lalu, yang tak bisa saya maafkan adalah bahwa ia membiarkan partai Ramos menggunakan sumber pemerintah dengan jumlah yang luar biasa besar. Ini ilegal, karena Comelec melarang penggunaan sumber pemerintah untuk kampanye. Apa pandangan Anda terhadap Ramos? Bukan hanya kecurangan Ramos dalam Pemilu yang membuat saya prihatin, saya menentangnya karena Ramos memang tak memenuhi syarat sebagai pemimpin yang bersih dan jujur. Lihat sejarah Ramos. Puluhan tahun ia bekerja untuk Marcos, ia berlutut dan merengek agar bisa mendapatkan jabatan yang diinginkannya dan baru belakangan Ramos bergabung dengan Enrile untuk menjatuhkan Marcos. Ketika Marcos mengetahui plot ini, Enrile dan Ramos ditahan di kamp militer. Marcos memanggil rakyat, tapi rakyat membela Enrile dan Ramos bukan karena rakyat menyukai kedua orang itu, tapi karena rakyat sudah membenci Marcos. Meskipun rakyat memang ingin mengenyahkan Marcos, orang tak akan lupa bahwa Ramos adalah pengkhianat bagi kepalanya. Lalu, ia tetap menggunakan fasilitas kam militer itu, sementara ia sudah berbalik menentang Marcos. Ramos adalah pemimpin The Philippine Constabulary selama tujuh tahun, sebuah institusi di militer Filipina yang terkenal sangat korup. Apakah Ramos orang yang setia kepada Cory? Menurut banyak pengamat, Ramos selalu tahu tentang kudetakudeta yang terjadi. Bahkan kudeta 1987, Anda bisa tanya pada pihak RAM, Ramos sebenarnya terlibat dalam plot itu bersama Enrile, tapi ia mengundurkan diri pada detik terakhir. Kami memperhatikan, setiap kali ia berhasil menumpas kudeta, pengaruhnya terhadap Aquiono semakin kuat, karena Aquino sangat bergantung kepadanya. Apa pandangan Anda tentang dua milyar peso yang menurut Cojuangco telah dikeluarkan PNB untuk keperluan kampanye Ramos? Itu tindakan melanggar hukum. Bukankah Direktur PNB telah menyangkalnya? Bukan hanya partai saya yang punya bukti, tapi juga partai lain. Apakah Anda akan memberikan amnesti pada NPA dan MNLF? Tentu saja. Tapi MNLF kan masih menginginkan separatisme? Dalam UUD tercantum kaum Muslim berhak mendapat otonomi. Jadi, siapa pun presiden nanti, ia harus mematuhi konstitusi. Arti otonomi di dalam negara kesatuan Filipina masih sedang dalam proses interpretasi. Saya menentang perpecahan dan tak menyetujui separatisme. Melihat angka, Anda sudah tertinggal jauh dari Ramos. Apakah Anda akan mencoba mencalonkan diri lagi kelak? Tidak. Apa yang akan Anda lakukan? Saya sudah menerima beasiswa dari Kennedy School of Government di Harvard University. Saya sudah memperoleh doktor di bidang hukum dari University of Michigan. Saya tertarik, karena pada dasarnya saya memang seorang ilmuwan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini