Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional
Yasser Arafat:

Berita Tempo Plus

"Saya Tak Akan Memberikan Kedaulatan Yerusalem kepada Israel!"

Yasser Arafat menekankan akan memproklamasikan kemerdekaan Palestina tanggal 13 September mendatang. Dia dan rakyat Palestina siap menghadapi risiko apa pun dari Israel.

20 Agustus 2000 | 00.00 WIB

"Saya Tak Akan Memberikan Kedaulatan Yerusalem kepada Israel!"
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hampir seluruh hidupnya, Arafat mengabdikan dirinya untuk kemerdekaan Palestina, hingga ia sempat menyebut perjuangan Palestina adalah istrinya. Ucapannya itu mungkin tak berlebihan, mengingat sejak 1969 nama Mohammed Yasser Abdul-raouf Qudwa Al-Husseinim Arafat—sebagai pemimpin Al-Fatah yang menjadi kelompok terbesar dalam Palestine Liberation Organization (PLO)—telah dipercaya menjadi Chairman PLO, yang kemudian menggunakan Yordania sebagai basis perlawanan melawan Israel. Dengan berbagai perbedaan dan perselisihan dalam tubuh organisasi itu, adalah Arafat yang kemudian diakui sebagai Ketua PLO yang sah di dunia internasional dan yang dianggap mewakili rakyat Palestina. Pada 1987, gerakan intifadah Palestina meledak. Gerakan melawan dengan lemparan batu ini kemudian menjadi semacam ciri khas perlawanan Palestina hingga 13 September 1993, ketika Arafat akhirnya menandatangani perjanjian damai di AS dengan Perdana Menteri Israel—saat itu—Yitzhak Rabin. Perjuangan Abu Ammar, demikian panggilannya di antara sahabat dekatnya—tentu tak selalu disetujui berbagai pihak, termasuk berbagai kelompok di Indonesia. Ketika tahun itu Arafat akhirnya memilih memasuki jalan perundingan damai dengan Israel, sebagian umat Islam, termasuk di Indonesia, kecewa. Bagi sebagian orang, perjuangan Palestina adalah perjuangan agama—salah satunya karena Masjidil Aqsa, salah satu masjid suci umat Islam, terletak di Yerusalem, yang masih dikuasai Israel. Bagi Arafat, perjuangan Palestina adalah perjuangan kemerdekaan. ''Kami memang muslim, tapi 20 persen penduduk Palestina adalah Kristen," tuturnya kepada TEMPO delapan tahun silam di Jakarta. ''Tanah suci itu bukan hanya untuk muslim, tapi juga untuk Kristen. Dua orang dalam delegasi kami di Washington yang bernegosiasi dengan orang Israel adalah orang Yahudi," ujarnya. Dengan demikian, Arafat menekankan, dia tidak antiorang Yahudi, tetapi menentang Zionisme.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus