Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"Surga" Yang Penuh Puing

Sejak kehadiran PLO, Libanon mengalami konflik dan perpecahan. Kaum kristen kanan melawan muslim kiri dan gerilyawan Palestina. Negeri pariwisata (beirut) itu kini jadi tempat timbunan puing. (ln)

26 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Eropa, biro perjalanan pernah dengan bangga mengiklankan Beirut ibukota Libanon sebagai surga di negeri Arab. Dulu pemeo mereka: kunjungi Beirut sebelum mati. Kemudian ungkapan itu, terutama tujuh tahun terakhir, terbalik: kunjungi Beirut jika ingin mati. Gara-gara kehadiran PLO, di Libanon timbul perpecahan. Tahun 1975, perang saudara meletus. Libanon, yang dihuni tiga juta jiwa itu, punya golongan Kristen kanan yang bermusuhan dengan Muslim kiri, dan gerilyawan Palestina. Perang mereka mulai reda setelah Suriah mengirim 30.000 tentara ke sana. Akibat perang saudara ini diperkirakan 60.000 penduduk terbunuh. Libanon, yang luasnya (10.000 km persegi) seperempat Provinsi Jawa Barat, sebelumnya adalah negeri yang unik. Penduduknya terbagi atas golongan yang mengikuti garis agama Islam Sunni, Islam Syiah, Islam Druz (pecahan dari kelompok Syiah), dan sekte-sekte Kristen. Waktu Libanon memperoleh kemerdekaan dari Prancis, tahun 1943, kelompok Kristen merupakan mayoritas. Perbandingannya: 6 lawan 5. Padahal sejak 1932 tak pernah diadakan sensus penduduk. Pemerintahan yang kemudian dibentuk pun didasarkan pada garis kelompok agama itu. Setiap golongan mendapat jatah jabatan. Presiden dan panglima angkatan perang harus dijabat oleh orang Kristen. Perdana Menteri jadi jatah Muslim Sunni. Dan ketua Parlemen adalah hak Muslim Syiah. Tahun 1976, sesudah pasukan Suriah mengamankan Libanon, parlemen memilih Elias Sarkis sebagai Presiden dan Selim al-Hoss untuk jabatan Perdana Menteri. MASUKNYA gerilyawan PLO, dan kemudian hadirnya tentara Suriah, telah membuat orang Kristen merasa terjepit. Setelah peran saudara, golongan Kristen yang diperkirakan tinggal 45% dari seluruh penduduk berpaling pada Israel. "Leher kami berada di bawah pisau," kata Camille Chamoun. Bekas Presiden Libanon itu mengibaratkan kehadiran Suriah dan PLO bagi mereka. Chamoun, yang memimpin Partai Liberal Nasional (NLP), bermarkas di Tenggara Beirut -- daerah yang juga dihuni pengikut Islam Druz. Bentrokan kecil dari kedua kelompok itu merupakan kejadian sehari-hari. Bahwa Chamoun melirik pada Israel itu tidak aneh. Adalah dia pula yang dulu (tahun 1958) mengundang pasukan Amerika Serikat untuk menyelesaikan krisis politik di dalam negeri. Kekuatan Chamoun yang diperkirakan sekitar 20.000 orang terkenal anti-Suriah. Chamoun bahkan menyebut Suriah sebagai kolonialis baru yang ingin menguasai Libanon. "Kami akan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan lagi," kata Danny Chamoun, pemimpin militer NLP, yang menganggap Presiden Sarkis sebagai anak wayang tentara pendudukan Suriah. Selain Chamoun yang melihat Israel sebagai sandaran, juga Pierre Gemayel, pemimpin kelompok Falangis, yang berintikan kaum Maronit. Falangis, yang menguasai daerah sekitar Beirut dan Tripoli, merupakan kekuatan yang punya persenjataan lengkap. Pasukan yang dipimpin oleh Bashir Gemayel, putra sang ketua, berkekuatan 70.000 orang, dan punya 40 tank. Lawan mereka adalah pasukan pendudukan Suriah, PLO, dan pengikut bekas Presiden Sulaeman Franjieh. Kontak Gemayel dengan Israel sudah dirintis sejak Perdana Menteri Shimon Perez (1977). Hal itu baru diketahui umum setelah suratkabar Israel Davar, terbitan 30 Juli 1978, menurunkan berita utama dengan judul: Bashir Gemayel tiba di Israel untuk membicarakan soal perang. Ia dikabarkan sudah berulang kali mengunjungi Tel Aviv. "Kami ingin berteman dengan setiap orang," kata Gemayel. Dia memakai alasan mencegah Israel menduduki Libanon sebagaimana mereka menguasai sebagian Suriah dan Yordania. Israel pernah menyerbu ke kantung PLO di tenggara Libanon, Maret 1978, yang diakhiri begitu pasukan perdamaian PBB (ljnifil) ditugaskan di sana. Bekas daerah kantung gerilyawan Palestina itu diserahkannya kepada pemimpin Kristen lain Mayor Saad Haddad --yang kemudian menyebut kawasan yang dikuasainya sebagai Libanon Merdeka. Haddad, 45 tahun, yang dicap pemerintahan Sarkis sebagai pengkhianat, memang dekat sekali dengan Israel. Pengikutnya, sekitar dua batalyon, mendapat senjata dan tank dari pemerintahan PM Begin. Haddad sendiri dikabarkan bahkan mengenakan seragam yang sama dengan tentara Israel. "Saya lebih mengetahui dibanding mereka yang di Beirut (pemerintahan Sarkis) mengenai apa yang diingini pengikut saya," kata Haddad. Keinginan warga Libanon di kawasannya, menurut Haddad, adalah damai dengan Israel. Tapi di pihak lain pengikut Haddad menjadi musuh PLO Kon tak senjata gerilyawan Palestina dengan kelompok Haddad sering terjadi. BAGI Israel, Haddad suatu keuntungan, dan terbukti waktu mereka menggempur basis PLO, dua pekan lalu. Berkat kerja sama Haddad, Israel berhasil masuk ke Beirut dalam tempo pendek. Pasukan Unifil, yang juga bertugas di tenggara Libanon, berbatasan dengan wilayah Haddad, membiarkan saja serdadu Israel melintasi kekuasaan mereka. Kelompok Kristen yang juga diperhitungkan adalah grup Franjieh -- bermarkas di Zghorta. Mereka tidak mau berkompromi dengan grup yang seagama lainnya. Adalah pengikut Franjieh yang menghabisi nyawa orang-orang Gemayel di sebuah gereja, empat tahun lalu, sebagai balas dendam atas terbunuhnya Tony Franjieh, putra sang bekas presiden. Pengikut Franjieh diduga sekitar 10.000 orang. Sisa orang Nasrani lainnya lebih suka tidak melibatkan diri dengan masalah politik. Mereka kebanyakan pengikut Katolik Jakobit, Armenia, dan Nestorian. Kekuatan di luar kelompok berbendera Kristen, dan juga diperhitungkan dalam ajang politik Libanon, adalah Gerakan Nasional (NM) -- gabungan kaum kiri dan grup sempalan Muslim. Mereka pemuja Nasser, Presiden Mesir pertama. Merupakan sekutu bagi Suriah, inti NM sekitar 2.000 orang yang bersenjata ringan beroperasi di sekitar Beirut. NM sering terlibat kontak senjata dengan Falangis. Tahun 1976, kekuatan baru muncul di Libanon, yaitu Suriah yang masuk bersama pasukan Liga Arab, untuk menjadi polisi dalam kericuhan domestik. Walaupun kemudian keamanan pulih dan tentara gabungan Liga Arab berangsur ditarik mundur, Suriah ngotot untuk tetap tinggal di sana. Pasukan Suriah yang 30 batalyon itu dipimpin oleh Jenderal Rifaat Assad -- saudara Presiden Hafez Assad. Basis pasukan Suriah adalah di lembah Bekaa dan Beirut. Mereka punya 200 tank T-62, sejumlah artileri berat, dan peluru kendali dari darat ke udara semuanya buatan Uni Soviet. Dan merekalah kekuatan yang berdiri di belakang Sarkis. Gerilyawan Palestina hijrah ke Libanon tahun 1970. Tak seluruhnya bernaung di bawah payung PLO. Anggota PLO terbesar adalah El Fatah -- organisasi basis Yasser Arafat, yang berpangkalan di Beirut dan di tenggara Libanon, masing-masing dengan kekuatan 2.000 dan 4.000 prajurit terlatih. Peralatan yang mereka miliki 60 tank T-34, roket jenis Katyusha, dan senapan AK-47. Mereka inilah yang digebrak Israel terus. Yang juga menamakan diri gerilyawan Palestina adalah Palestine Liberation Army (PLA) -- tak ada hubungan formal organisasi dengan PLO. Yang satu ini berada di bawah komando Suriah, dengan kekuatan 4.000 orang, bersenjatakan roket, mortir, serta artileri berat lainnya. PLA beroperasi di sekitar Beirut. Libanon, yang di tahun 1948 dan 1956, zaman bentrok fisik Arab -lsrael dimulai, cuma memegang rol kecil. Negeri yang dulu dipuji sebagai surga di Timur Tengah itu kini menjadi tempat timbunan puing dan selongsong peluru. Entah kapan Libanon akan kembali damai seperti dulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus