Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Raja kami untuk irja

Kol. Sembiring Meliala diangkat menjadi pangdam XVII/Cendrawasih, menggantikan brigjen c.i. santosa regenerasi kepemimpinan Abri berjalan terus, tinggal 25% jabatan teras dipegang angkatan 45.

26 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UPACARA itu berlangsung tertutup hingga banyak wartawan Jayapura heran bercampur kecewa. Serah terima jabatan Pangdam XVII/Cenderawasih dari Brigjen C.I. Santosa kepada Kol. Sembiring Meliala Senin pekan lalu ternyata tak boleh disiarkan media massa setempat, termasuk RRI Jayapura. Namun beritanya toh kemudian muncul di media massa Jakarta. Hingga ada dugaan pergantian itu ada kaitannya dengan masalah operasi lintas batas dan pembebasan sandera Indonesia yang ditahan OPM di Papua Nugini bulan lalu. Namun Brigjen C.I. Santosa menyangkal keras. "Ini semata-mata tour of dut," ujarnya pekan lalu. Dilihat dari masa jabatannya, Santosa memang sudah hampir 4 tahun bertugas di Irian Jaya, termasuk yang terlama dibanding para panglima sebelumnya. Jabatan baru di Departemen Hankam sudah menunggu Santosa: Asisten Pembinaan Karyawan ABRI. Buat pejabat yang baru, Irian Jaya bukan daerah asing. Sewaktu berpangkat letnan, Sembiring Meliala pernah Komandan Kompi di Manokwari enam bulan. Ia yakin adalah "tangan Tuhan" yang menitahkannya bertugas di Irian Jaya. "Oleh karenanya saya akan melaksanakan amanat itu dengan sebaik-baiknya," katanya pada TEMPO pekan lalu. Lulusan Akademi Militer Nasional Magelang tahun 1960 ini mengetahui kepindahannya hanya empat hari sebelum dilantik. Pada 10 Juni pukul 07.30 Sembiring Meliala yang masih Kepala Staf Kodam XIII/Merdeka dipanggil Menhankam/Pangab M. Jusuf dan diberitahu mengenai jabatan barunya di Irian Jaya. Raja Kami Sembiring Meliala lahir pada 17 Agustus 1938 di Tanah Karo. Setamat SMA bagian B (Pasti Alam) di Medan tahun 1957, ia masuk ke AMN Magelang. Pada 20 Desember 1960 ia dilantik sebagai Letnan Dua, antara lain bersama Soegiarto, kini Brigjen dan Pangdam XIV/Hasanuddin. Pada 1964 dengan pangkat letnan satu ia pindah ke kesatuan RPKAD (kini Kopassandha) bersama Eddy Sudradjat, kini Pangdam II/Bukit Barisan. Berbagai jabatan pernah dilaluinya, antara lain Komandan Brigade Infanteri I/Jayasakti, Sekretaris Pribadi KSAD, Komandan Resimen Tim Pertempuran 18 pada Operasi Seroja di Timor Timur dan Komandan Kontingen Garuda VIII di Timur Tengah. Sewaktu menjabat Kasdam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara, Sembiring yang masih bujangan bertemu jodoh dan menikah pada November 1980 dengan Honeymercy Kussoy, 20 tahun, sebagai pelajar, gadis cantik Manado ini pernah bertugas sebagai anggota Pasukan Pembawa Bendera Pusaka pada Upacara 17 Agustus 1979 di Istana Merdeka. Tampaknya Sembiring sudah siap. Menghadapi gerakan pengacau keamanan (GPK) Organisasi Papua Merdeka ia akan memakai taktik memisahkan GPK dengan rakyat. "Seperti memisahkan ikan dengan air, " ucapnya. Seperti C.I. Santosa yang menggunakan siasat smilling policy, Sembiring Meliala merencanakan pendekatan secara persuasif dan sosioanthropologis terhadap masyarakat Ir-Ja terutama yang di pedalaman. "Tapi yang tetap membandel harus kita tumpas," katanya. Di samping itu ia akan mempererat kerjasama dengan misionaris dalam pembinaan teritorial di pedalaman. Pengangkatan Sembiring selaku Pangdam menambahkan namanya dalam deretan perwira ABRI dari generasi muda yang memegang jabatan pimpinan. Tampaknya ini merupakan bagian dari proses peralihan kepemimpinan dalam tubuh ABRI. Deretan itu merupakan lulusan AMN 1958-1962, yang antara lain meliputi Pangdam IV/Sriwijaya Brigjen Try Sutrisno, Pangdam XIV/Hasanuddin Brijen Soegiarto, Pangdam II/Bukit Baris Brigjen Eddy Sudradjat dan Pangdam I/Iskandar Muda Brigjen D. Abdurachman. Peralihan kepemimpinan ABRI ke generasi yang lebih muda tampaknya akan lebih banyak terjadi tahun depan, saat banyak perwira tinggi memasuki usia pensiun. Saat ini hanya sekitar 25% dari jabatan puncak yang dipegang generasi 45. Beberapa Pangdam dari luar Jawa yang disebut-sebut akan dipindahkan ke Jawa antara lain Brigjen Try Sutrisno dan Brigjen Soegiarto. REGENERASI itu tampaknya juga sejalan dengan RUU Pokok-pokok Pertahanan Negara RI yang kini sedang dibahas di DPR. Menurut RUU ini, jabatan Menhankam nantinya akan dipisahkan dengan Panglima ABRI. Departemen Hankam akan dipegang seorang menteri dengan struktur organisasi seperti departemen lain, artinya ada sekjen, dirjen dan direktur. Jabatan di Departemen Hankam ini kelak tidak dibatasi oleh usia dinas militer. Ini berarti perwira ABRI yang sudah beakhir masa dinasnya dapat disalurkan di sini. Sedang Pangab yang mempunyai jalur langsung kepada Presiden selaku Pangti ABRI dan akan membawahkan Kepala Staf Angkatan dan beberapa kepala staf lainnya, harus dipegang tentara yang masih berdinas aktif. Lembaga yang dibawahkan Pangab nanti ialah Markas Komando ABRI yang akan menyerap perwira generasi muda. "Dasar pertimbangan pemisahan antara fungsi Menteri dan fungsi Pangab adalah karena semakin rumit dan kompleksnya pembinaan dan komando penyelenggaraan pertahanan negara di masa sekarang maupun masa mendatang". Menhankam Jenderal M. Jusuf mengatakan itu ketika memberikan jawaban pemerintah untuk pemandangan umum DPR soal RUU Hankamnas Senin lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus