UPACARA itu berlangsung tertutup hingga banyak wartawan Jayapura
heran bercampur kecewa. Serah terima jabatan Pangdam
XVII/Cenderawasih dari Brigjen C.I. Santosa kepada Kol.
Sembiring Meliala Senin pekan lalu ternyata tak boleh disiarkan
media massa setempat, termasuk RRI Jayapura. Namun beritanya toh
kemudian muncul di media massa Jakarta.
Hingga ada dugaan pergantian itu ada kaitannya dengan masalah
operasi lintas batas dan pembebasan sandera Indonesia yang
ditahan OPM di Papua Nugini bulan lalu. Namun Brigjen C.I.
Santosa menyangkal keras. "Ini semata-mata tour of dut,"
ujarnya pekan lalu. Dilihat dari masa jabatannya, Santosa memang
sudah hampir 4 tahun bertugas di Irian Jaya, termasuk yang
terlama dibanding para panglima sebelumnya. Jabatan baru di
Departemen Hankam sudah menunggu Santosa: Asisten Pembinaan
Karyawan ABRI.
Buat pejabat yang baru, Irian Jaya bukan daerah asing. Sewaktu
berpangkat letnan, Sembiring Meliala pernah Komandan Kompi di
Manokwari enam bulan. Ia yakin adalah "tangan Tuhan" yang
menitahkannya bertugas di Irian Jaya. "Oleh karenanya saya akan
melaksanakan amanat itu dengan sebaik-baiknya," katanya pada
TEMPO pekan lalu.
Lulusan Akademi Militer Nasional Magelang tahun 1960 ini
mengetahui kepindahannya hanya empat hari sebelum dilantik. Pada
10 Juni pukul 07.30 Sembiring Meliala yang masih Kepala Staf
Kodam XIII/Merdeka dipanggil Menhankam/Pangab M. Jusuf dan
diberitahu mengenai jabatan barunya di Irian Jaya.
Raja Kami Sembiring Meliala lahir pada 17 Agustus 1938 di Tanah
Karo. Setamat SMA bagian B (Pasti Alam) di Medan tahun 1957, ia
masuk ke AMN Magelang. Pada 20 Desember 1960 ia dilantik sebagai
Letnan Dua, antara lain bersama Soegiarto, kini Brigjen dan
Pangdam XIV/Hasanuddin. Pada 1964 dengan pangkat letnan satu ia
pindah ke kesatuan RPKAD (kini Kopassandha) bersama Eddy
Sudradjat, kini Pangdam II/Bukit Barisan.
Berbagai jabatan pernah dilaluinya, antara lain Komandan Brigade
Infanteri I/Jayasakti, Sekretaris Pribadi KSAD, Komandan Resimen
Tim Pertempuran 18 pada Operasi Seroja di Timor Timur dan
Komandan Kontingen Garuda VIII di Timur Tengah. Sewaktu
menjabat Kasdam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara, Sembiring yang
masih bujangan bertemu jodoh dan menikah pada November 1980
dengan Honeymercy Kussoy, 20 tahun, sebagai pelajar, gadis
cantik Manado ini pernah bertugas sebagai anggota Pasukan
Pembawa Bendera Pusaka pada Upacara 17 Agustus 1979 di Istana
Merdeka.
Tampaknya Sembiring sudah siap. Menghadapi gerakan pengacau
keamanan (GPK) Organisasi Papua Merdeka ia akan memakai taktik
memisahkan GPK dengan rakyat. "Seperti memisahkan ikan dengan
air, " ucapnya. Seperti C.I. Santosa yang menggunakan siasat
smilling policy, Sembiring Meliala merencanakan pendekatan
secara persuasif dan sosioanthropologis terhadap masyarakat
Ir-Ja terutama yang di pedalaman. "Tapi yang tetap membandel
harus kita tumpas," katanya. Di samping itu ia akan mempererat
kerjasama dengan misionaris dalam pembinaan teritorial di
pedalaman.
Pengangkatan Sembiring selaku Pangdam menambahkan namanya dalam
deretan perwira ABRI dari generasi muda yang memegang jabatan
pimpinan. Tampaknya ini merupakan bagian dari proses peralihan
kepemimpinan dalam tubuh ABRI.
Deretan itu merupakan lulusan AMN 1958-1962, yang antara lain
meliputi Pangdam IV/Sriwijaya Brigjen Try Sutrisno, Pangdam
XIV/Hasanuddin Brijen Soegiarto, Pangdam II/Bukit Baris
Brigjen Eddy Sudradjat dan Pangdam I/Iskandar Muda Brigjen D.
Abdurachman.
Peralihan kepemimpinan ABRI ke generasi yang lebih muda
tampaknya akan lebih banyak terjadi tahun depan, saat banyak
perwira tinggi memasuki usia pensiun. Saat ini hanya sekitar 25%
dari jabatan puncak yang dipegang generasi 45. Beberapa Pangdam
dari luar Jawa yang disebut-sebut akan dipindahkan ke Jawa
antara lain Brigjen Try Sutrisno dan Brigjen Soegiarto.
REGENERASI itu tampaknya juga sejalan dengan RUU Pokok-pokok
Pertahanan Negara RI yang kini sedang dibahas di DPR. Menurut
RUU ini, jabatan Menhankam nantinya akan dipisahkan dengan
Panglima ABRI. Departemen Hankam akan dipegang seorang menteri
dengan struktur organisasi seperti departemen lain, artinya ada
sekjen, dirjen dan direktur. Jabatan di Departemen Hankam ini
kelak tidak dibatasi oleh usia dinas militer. Ini berarti
perwira ABRI yang sudah beakhir masa dinasnya dapat disalurkan
di sini.
Sedang Pangab yang mempunyai jalur langsung kepada Presiden
selaku Pangti ABRI dan akan membawahkan Kepala Staf Angkatan dan
beberapa kepala staf lainnya, harus dipegang tentara yang masih
berdinas aktif. Lembaga yang dibawahkan Pangab nanti ialah
Markas Komando ABRI yang akan menyerap perwira generasi muda.
"Dasar pertimbangan pemisahan antara fungsi Menteri dan fungsi
Pangab adalah karena semakin rumit dan kompleksnya pembinaan dan
komando penyelenggaraan pertahanan negara di masa sekarang
maupun masa mendatang". Menhankam Jenderal M. Jusuf mengatakan
itu ketika memberikan jawaban pemerintah untuk pemandangan umum
DPR soal RUU Hankamnas Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini