Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 200 ribu anak-anak di Prancis telah menjadi korban pelecehan seksual oleh pendeta dari Gereja Katolik sejak 1950-an. Dikutip dari reuters, berdasarkan penyelidikan besar yang dirilis Selasa, 5 Oktober 2021, kepala komisi yang menyusun laporan tesebut, Jean-Marc Sauve mengatakan pelecehan seksual terjadi selama bertahun-tahun. Sebagian besar korban adalah anak laki-laki berusia antara 10 dan 13 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah kasus pelecehan seksual yang terjadi di Prancis, lebih banyak dari yang pernah terjadi sebelumnya di Gereja Katolik Roma. Serangkaian skandal pelecehan seksual di seluruh dunia juga sering melibatkan anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah kasus memalukan itu terungkap, perwakilan uskup Katolik Prancis meminta maaf kepada para korban pelecehan seksual tersebut. Ketua Konferensi Waligereja Prancis, Monsinyur Eric de Moulins-Beaufort meminta para korban memberi ampunan.
Beaufort menyebut gereja amat malu atas kejadian tersebut. Dia mengatakan laporan itu sebagai bom, dan berjanji akan menindak temuan itu.
Komisi tersebut dibentuk oleh para uskup Katolik di Prancis pada akhir 2018, untuk menjelaskan pelanggaran dan memulihkan kepercayaan publik terhadap gereja. Saat ini jumlah jemaat gereja makin berkurang.
Sedangkan penyusun laporan, Sauve mengatakan pelecehan seksual oleh gereja masih terjadi. Dia menambahkan hingga 2000-an, pihak gereja tidak peduli terhadap para korban. Sikap gereja baru benar-benar berubah pada 2015-2016.
Paus Fransiskus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para korban. Ia memuji korban yang berani untuk mengungkapkan kasus ini ke publik. "Pertama-tama pikiran kami tertuju kepada para korban, dengan kesedihan yang mendalam, atas luka-luka mereka," kata pernyataan Vatikan.
Menurut Sauve, gereja harus bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dan memastikan laporan pelecehan diteruskan ke otoritas kehakiman. Gereja juga harus memberikan kompensasi finansial yang memadai kepada korban. "Meskipun kompensasi tidak cukup untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual, tetap diperlukan karena menyelesaikan proses pengakuan."
Puncak pelecehan seksual terjadi pada 1950-1970, menurut laporan komisi. Kasus kembali muncul di awal 1990-an.
Sauve mengatakan komisi telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban melalui panggilan, dan ribuan korban lain ditemukan di arsip.
Dalam jajak pendapat, jumlah korban diperkirakan sekitar 216.000 korban. Jumlahnya bisa meningkat menjadi 330.000 orang jika termasuk pelecehan oleh anggota gereja lainya. Sauve mengatakan ada skitar 2.900-3.200 tersangka pedofil di gereja Prancis selama 70 tahun terakhir.
Baca: Hubungan Diplomatik Memanas, Aljazair Larang Pesawat Militer Prancis Lewat
REUTERS