Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Presiden Pantai Gading, Alassane Ouattara, 77 tahun, untuk kembali mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di negara itu dalam pemilu 2020, mengejutkan. Keputusannya itu seperti pepatah menjilat ludah sendiri karena Ouattara sebelumnya mengatakan berencana menyerahkan tampuk kekuasaan pada generasi muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinyal Ouattara ingin mempertahankan kekuasaan sebenarnya sudah diduga ketika pada 2016 terjadi perubahan konstitusi yang membatalkan batasan jabatan presiden Pantai Gading. Penghapusan batasan jabatan itu memungkinkan Ouattara mencalonkan diri lagi. Kubu oposisi di Pantai Gading mempersengketakan hal ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari voanews.com, Ouattara diketahui sebagai sosok yang berpendidikan. Dia adalah seorang ekonom yang kuliah di Amerika Serikat dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Pantai Gading.
Ouattara adalah seorang Muslim yang lahir pada 1942 di Dimbokro, sebuah wilayah tengah di Pantai Gading. Pada 1965, dia pindah ke Amerika Serikat untuk kuliah jurusan bisnis dan ekonomi. Pada usia 30 tahun, Ouattara sudah mendapatkan gelar Ph.D. bidang ekonomi dari Universitas Pennsylvania dan bekerja di Dana Moneter Internasional atau IMF.
Pada usia 40 tahun, dia mengambil tawaran bekerja di Bank Sentral Negara-negara Afrika Barat atau BCEAO yang mengharuskannya tinggal di Paris, Prancis. Pada 1990, Ouattara pulang ke negaranya atas permintaan Presiden Pantai Gading ketika itu, Felix Houphouet-Boigny, yang menilai Ouattara banyak pengalaman di bidang ekonomi. Sepulangnya di Pantai Gading, dia ditunjuk menjadi Perdana Menteri.
Saat Ouattara pulang negaranya, Pantai Gading sedang dililit utang dan dia mendapat tugas untuk menerapkan kebijakan pemangkasan anggaran keuangan yang ketat. Dia menjadi Perdana Menteri Pantai Gading hingga 1993.
Ouattara tidak bisa mencalonkan diri menjadi Presiden Pantai Gading dalam pemilu tahun 2000 karena status kewarganegaraaannya dipertanyakan. Namun masalah ini kemudian diselesaikannya lewat negosiasi dengan partai-partai oposisi, termasuk mantan Presiden Laurent Gbagbo.
Ouattara baru diizinkan maju dalam bursa calon presiden Pantai Gading untuk pertama kalinya dalam pemilu Oktober 2010. Ketika itu, dia mengalahkan Mantan Presiden Gbagbo. Dalam pemilu 2020 mendatang, Ouattara dan Gbagbo dijadwalkan akan kembali saling berhadapan memperbutkan kursi orang nomor satu di Pantai Gading.
Pantai Gading adalah produsen biji cokelat terbesar di dunia dan negara yang pada tahun lalu pertumbuhan ekonominya paling pesat diantara negara-negara Afrika Barat. Pertumbuhan ekonomi itu ditopang oleh sektor pertanian, konstruksi dan retail.