TAK sebagaimana dua minggu masa kampanye, pemilu di Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur, Senin pekan ini berlangsung tenang. Inilah pemilu dengan 500.000 pemilih -- sepertiga dari 1,4 juta warga Sabah -- 7 partai, 253 calon anggota Dewan Negeri (semacam DPR) yang memperebutkan 48 kursi. Dalam kampanye, partai-partai menawarkan hal yang sama: lebih banyaknya hak yang diperoleh Sabah dari pemerintah pusat di Kuala Lumpur. Setidaknya itulah yang ditawarkan oleh tiga besar kontestan. Yakni Parti Bersatu Sabah (yang kini berkuasa), Parti Berjaya yang pernah berkuasa, dan partai Organisasi Nasional Sabah Bersatu yang juga pernah berkuasa. Ketiganya juga menjanjikan, bila menang akan mengusahakan kembalinya Pulau Labuan di barat Sabah, yang pada 1985 dijadikan wilayah federal Malaysia -- federasi Malaya, Sabah, dan Serawak dibentuk pada 1963. Bila Parti Berjaya ikut menjanjikan kembalinya Pulau Labuan, hal itu terasa agak ironis. Sebab, tatkala partai ini berkuasa, dipimpin oleh Harris Salleh, ketika itulah Labuan pindah ke wilayah federal. Dan karena soal Labuan itu pula Parti Berjaya kalah dalam pemilu 1985. Pemenangnya, Parti Bersatu Sabah, yang baru dibentuk tahun itu oleh Pairin Kitingan yang keluar dari Parti Bersatu Sabah. Para pengamat menduga, dalam pemilu yang penghitungan hasil suaranya akan dilakukan Selasa dan Rabu pekan ini, Harris tak akan mendapat banyak suara. Kasus lepasnya Labuan dari Sabah tentunya tak bisa dilupakan oleh sebagian besar rakyat. Sebaliknya, Mustapha Harun, kini 72 tahun, pemimpin Organisasi Nasional Sabah Bersatu, punya catatan sejarah yang cocok dengan suasana Sabah kini. Ketika Mustapha dikalahkan Harris pada 1976, disebabkan karena Harris mendapat dukungan Barisan Nasional, koalisi partai berkuasa, partainya Mahathir. Pasalnya, waktu itu muncul kabar bahwa Organisasi Nasional Sabah Bersatu berniat melepaskan Sabah dari federasi Malaysia. Selain itu, Organisasi Nasional Sabah Bersatu merupakan satu-satunya partai yang jelas-jelas berniat mengembangkan ajaran Islam dan melindungi kaum Melayu. Tapi bagaimana dengan sekitar 23% warga sabah keturunan Cina? Mereka tentu tak begitu cocok dengan Organisasi Nasional Sabah Bersatu maupun Berjaya, yang bernapaskan Islam. Adakah mereka akan kembali memperkuat Parti Bersatu Sabah, yang sejak awalnya dengan cerdik Pairin Kitingan selalu menyatakan bahwa partainya adalah partai multiras? Dibandingkan dengan kontestan yang lain, Parti Bersatu Sabah memang punya janji yang lebih menarik. Selain soal Labuan, juga ada janji untuk menuntut tambahan bagian Sabah dari pajak minyak dan gas alam. Parti Bersatu Sabah pun akan mengusulkan agar imigran gelap -- kebanyakan dari Filipina dan Indonesia -- dipulangkan. Kata Kitingan, imigran gelap itu merusakkan komposisi warga Sabah. Hal lain lagi, Parti Bersatu Sabah menjanjikan didirikannya stasiun TV dan radio Sabah. Yang mungkin jadi penghalang bagi kemenangan Parti Bersatu Sabah adalah adik Kitingan, yakni Jeffrey Kitingan, yang dituduh menyelundupkan kayu gelondongan ke Jepang. Adik ini pun dituduh menyembunyikan jutaan ringgit dalam bentuk deposito di dalam dan luar negeri. Jeffrey sendiri, Ketua Yayasan Sabah, menolak semua tuduhan itu. Katanya, itu cuma akal-akalan untuk menjatuhkan dia. Adakah ditangkapnya empat orang Sabah oleh polisi Malaysia, beberapa hari sebelum pemilu, ada kaitannya dengan pemilu, belum jelas. Mereka dituduh berkomplot hendak melepaskan Sabah dari federasi. Yang jelas, PM Mahathir sangat tak setuju dengan cita-cita Sabah berdaulat sendiri. Itu akan merusakkan kesatuan federasi, dan akan meruntuhkan Malaysia, katanya. Jadi? Yang menang tampaknya mesti menahan diri dulu, bila mencitakan Sabah yang berdiri sendiri. Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini