Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Toulouse – Perusahaan manufaktur pesawat terbang Eropa, Airbus, menghentikan produksi pesawat superjumbo A380 karena penjualannya relatif seret.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
A380 merupakan pesawat terbang terbesar dengan dua tingkat, yang memiliki ruang kabin luas untuk penumpang. Pesawat ini mampu mengangkut 544 orang penumpang dan dirancang untuk menandingi pesawat Boeing 747 yang legendaris.
Pesawat superjumbo ini kurang laku di pasaran, yang lebih memilih pesawat generasi terbaru dengan ukuran lebih ramping, dan cepat. Manajemen Airbus mengatakan pesawat A380 terakhir akan diproduksi pada 2021.
Baca:
“Ini merupakan keputusan menyakitkan bagi kami. Kami telah menginvestasikan banyak usaha, sumber daya, dan keringat. Tapi tentu kami perlu bersikap realistis,” kata CEO Airbus, Tom Enders, seperti dilansir Reuters dan dikuti Channel News Asia pada Kamis, 14 Februari 2019.
Manajemen Airbus mengatakan akan membicarakan soal ini dengan serikat pekerja karena penghentian produksi ini akan berdampak pada sekitar 3500 pekerjaan.
Baca:
Airbus masih akan memproduksi 17 pesawat lagi dengan 14 pesawat untuk maskapai Emirates dan 3 untuk ANA dari Jepang. Meski berhenti beroperasi, Airbus akan tetap menyediakan layanan purna jual seperti perawatan selama A380 beroperasi.
Manajemen maskapai mengaku kecewa dengan penghentian produksi A380. “Emirates merupakan pendukung kuat A380 sejak masih konsep,” kata Sheikh Ahmed bin Saeed al-Maktoum, komisaris Emirates.
Baca:
Emirates, seperti dilansir Times of India, menurunkan jumlah pesanan pesawat ini dari 162 unit menjadi 123 unit. Sedangkan pesanan pesawat Airbus A380 dari maskapai lain relatif sepi. Emirates juga mengajukan pemesanan pesawat baru yaitu 40 jenis A330-900neo dan 30 unit jenis A350-900.