Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DRAMA di sentra belanja Westgate di pusat Kota Nairobi, Kenya, itu berakhir pada Selasa pekan lalu. Ratusan tentara dan polisi menyerbu mal yang berlokasi di Spring Valley itu, membebaskan puluhan sandera dari tangan kelompok Al-Shabab.
Selama empat hari, 72 orang tewas di pusat belanja lima lantai seluas 35.500 meter persegi itu. Enam puluh satu di antaranya warga sipil (termasuk 18 warga asing), 6 personel pasukan keamanan, dan 5 anggota Al-Shabab. Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dalam pidatonya mengatakan 11 penyerang berikut kaki tangannya telah tertangkap.
"Kita telah berhasil mengusir teroris," kata Kenyatta dalam siaran langsung televisi. Meski Kenyatta mengumumkan kemenangan, banyak yang mengernyitkan kening. Bagaimana sebuah kelompok yang mulai terdesak dan tersingkir di negaranya sendiri, Somalia, mampu melakukan serangan terorganisasi ke ibu kota Kenya.
Dalam cuitannya di Twitter, kelompok ini mengatakan penyerangan itu sebagai harga yang harus dibayar Kenya karena mengirim pasukan ke Somalia di bawah bendera Uni Afrika (Amisom) pada Oktober 2011. Kedatangan pasukan berkekuatan 17 ribu orang itu membuat Al-Shabab terusir dari Mogadishu, ibu kota Somalia, ke wilayah-wilayah pinggiran.
Al-Shabab juga memiliki alasan lain. Mereka menilai pasukan Kenya telah membunuh muslim yang tak berdosa selama bertugas di Somalia. "Kami telah memerangi pasukan Kenya selama dua tahun. Jika Kenya menginginkan perdamaian, mereka harus menarik pasukannya dari Somalia," ujar Syekh Abu Musab Abdiasis, juru bicara operasi militer Al-Shabab, seperti dilansir Reuters.
Al-Shabab, atau lengkapnya Harakat ash-Shabab al-Mujahidin, adalah kelompok militan Islam yang muncul akibat anarkisme yang mencengkeram Somalia setelah para panglima perang menggulingkan diktator negeri itu pada 1991. Al-Shabab, yang berarti "para pemuda", dibentuk pada 2006 dan menjadi sayap pemuda dari Persatuan Islam (ICU), oposisi garis keras pemerintah Somalia.
Rob Wise, analis program kontraterorisme di Center for Strategic and International Studies yang bermarkas di Washington, mengatakan kekuatan kelompok ini tak diketahui pasti. Diduga Al-Shabab memiliki 5.000-8.000 anggota. Ada juga yang menyebut angka 15 ribu, termasuk ratusan warga asing asal Timur Tengah yang berpengalaman dalam konflik Irak, Pakistan, dan Afganistan. Sebagian lain anggotanya adalah para pemuda berdarah Somalia yang direkrut dari beberapa wilayah hingga Eropa dan Amerika Serikat.
Komite Badan Keamanan Nasional Amerika dalam laporannya pada 2011 memperkirakan 40 orang bergabung dengan Al-Shabab. Setidaknya 24 berasal dari komunitas Somalia di Minneapolis, Minnesota. Analis keamanan CNN, Peter Bergen, mengatakan lokasi lain adalah Seattle, Saint Louis, San Diego, Maryland, Ohio, dan Alabama. "Mereka juga merekrut orang dari Eropa," katanya.
Dalam serangan ke Westgate itu, komandan kelompok ini bernama Samantha Lewthwaite. Perempuan Inggris kelahiran Irlandia Utara itu adalah janda Jermaine Lindsay, pelaku peledakan bom bunuh diri di London pada 7 Juli 2005 yang menewaskan 56 orang. Dijuluki White Widow alias Janda Putih, Lewthwaite sudah menjadi buron polisi Kenya sejak Desember 2011, setelah ditemukan berbagai bahan pembuat bom di apartemennya di Mombasa, Kenya.
Kekuatan Al-Shabab bertambah sejak Februari 2012, ketika mereka mengumumkan aliansi dengan Al-Qaidah. Pemimpin Al-Shabab, Ahmed Abdi aw-Mohamed, menyatakan sumpah setia terhadap pentolan Al-Qaidah, Ayman al-Zawahiri. Hubungan Al-Shabab dengan Al-Qaidah, belakangan terungkap, sudah terjalin sebelum itu. Usamah bin Ladin, mendiang pemimpin Al-Qaidah, pernah menyurati Al-Shabab untuk tidak membunuh warga muslim. Surat itu ditemukan di rumah tempat Bin Ladin tewas ditembak tentara khusus Amerika Serikat di Abbottabad, Pakistan, pada 2011.
Soal pendanaan, sebelum pasukan Uni Afrika masuk Somalia, Al-Shabab memiliki pendapatan yang cukup stabil dari pajak pelabuhan, bandara, berbagai produk lokal, serta pajak jihad. Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2011 menyebutkan Al-Shabab memiliki pemasukan US$ 70-100 juta. Aliran dana ini sebagian besar terhenti sejak mereka dipukul keluar dari Mogadishu pada Agustus 2011 dan kota pelabuhan Kismayo pada September 2012.
Lemahnya pemerintahan dan perang saudara yang tak berkesudahan selama 20 tahun terakhir memudahkan Al-Shabab menyebarkan pengaruh. Mereka menjanjikan perbaikan pemerintahan. Presiden Somalia Hassan Syekh Mohamud, mantan dosen dan aktivis yang terpilih pada 2012, juga tak mampu berbuat banyak.
"Al-Shabab bukan hanya masalah bagi Somalia. Mereka juga masalah bagi kawasan itu, dan bagi masyarakat internasional," kata Perdana Menteri Somalia Farah Shirdon kepada stasiun televisi France 24, Senin pekan lalu.
Al-Shabab dituding sebagai pelaku serangan di daerah wisata milik Israel di Mombasa, Kenya. Mereka juga dinilai bertanggung jawab dalam upaya penyerangan pesawat terbang yang membawa turis Israel pada 2002. Pemerintah Amerika yakin dua serangan bom di ibu kota Uganda, Kampala, yang menewaskan 76 orang yang tengah menonton siaran langsung final Piala Dunia 2010, juga ulah mereka.
"Serangan Mal Westgate menunjukkan bahwa Al-Shabab tetap menjadi ancaman regional yang signifikan dan mungkin akan memunculkan lebih banyak dukungan dari simpatisan radikal," kata E.J.Hogendoorn, Wakil Direktur Program untuk International Crisis Group Afrika. Kini, menurut dia, Kenya akan dianggap basis teroris baru di mata dunia internasional.
Raju Febrian (BBC, CNN, Telegraph, Foreign Policy)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo