Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Al Jazeera Gugat Israel ke ICC

Al Jazeera mempunyai bukti penembakan wartawannya oleh tentara Israel disengaja dan meminta ICC menyelidikinya.

11 Desember 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jenazah reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh dibawa dengan tandu di rumah sakit di Jenin, Tepi Barat, Israel 11 Mei 2022. REUTERS/Mohamad Torokman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELANDA

Al Jazeera Gugat Israel ke ICC

AL Jazeera Media Network mengajukan kasus pembunuhan jurnalis Shireen Abu Akleh ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, Selasa, 6 Desember lalu. Mereka meminta Mahkamah menyelidiki dan mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kematian Abu Akleh.

Abu Akleh adalah jurnalis veteran Palestina-Amerika dan koresponden televisi Al Jazeera selama 25 tahun. Kepalanya ditembak oleh tentara Israel pada 11 Mei lalu saat sedang meliput serangan militer Israel ke sebuah kamp pengungsi di Jenin, Tepi Barat. Militer Israel berdalih bahwa penembakan itu tidak disengaja, tapi Al Jazeera mengatakan bahwa bukti menunjukkan sebaliknya. “Bukti menunjukkan bahwa apa yang coba dilakukan otoritas (Israel) adalah membungkamnya,” kata Rodney Dixon, pengacara Al Jazeera, seperti dikutip Al Jazeera.

Israel tidak mengakui otoritas ICC dan menolak bekerja sama dengan penyelidik ICC mengenai kemungkinan kejahatan perang mereka di wilayah pendudukan. “Tidak ada yang akan menyelidiki tentara (Pasukan Pertahanan Israel) dan tidak ada yang akan memberi tahu kami tentang moral dalam peperangan, tentu saja bukan Al Jazeera,” ujar mantan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid.


RUSIA

Pedagang Senjata Ditukar Pemain Basket

VIKTOR Bout, pedagang senjata Rusia yang dipenjara di Amerika Serikat, pulang ke negaranya setelah ditukar dengan pembebasan Brittney Griner, pemain basket Amerika yang dibui Rusia karena menyelundupkan narkotik. “Kami bersepakat dengan pihak Amerika untuk menukar Viktor Bout dengan Brittney Griner. Warga Rusia itu telah kembali ke Tanah Air,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia, sebagaimana dilansir kantor berita Rusia TASS pada Kamis, 8 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemain bola basket AS Brittney Griner, sebelum sidang pengadilan di Khimki, Moskow, Rusia, 2 Agustus 2022. Natalia Kolesnikova/Pool via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Viktor Bout ditangkap di Bangkok, Thailand, pada 2008. Dia didakwa memasok senjata ilegal ke Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, kelompok pemberontak yang dicap Amerika sebagai organisasi teroris. Bout diekstradisi ke Amerika dua tahun kemudian. Pada April 2012, dia divonis 25 tahun penjara dan denda US$ 15 juta.

Brittney Griner adalah salah satu perempuan atlet andalan Amerika. Dia terbang ke Moskow untuk bertanding di Rusia pada Februari lalu tapi ditangkap karena polisi menemukan minyak ganja di tasnya, yang disebutnya suatu kekeliruan.

Dalam pernyataan bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed al-Nahyan berperan penting dalam mediasi antara Amerika dan Rusia. Bin Salman memang punya hubungan baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun Gedung Putih membantah soal mediasi itu.


AUSTRALIA

Hukuman Keras terhadap Aktivis Lingkungan

GREENPEACE mengecam vonis keras pengadilan Australia terhadap aktivis lingkungan Deanna “Violet” Coco pada pekan lalu. Vonis itu didasarkan pada undang-undang baru Negara Bagian New South Wales yang melarang protes di bangunan penting, seperti jalan dan rel kereta.

“Undang-undang baru itu, yang telah membuat aktivis iklim Violet Coco dijatuhi hukuman 15 bulan penjara, adalah respons yang mengerikan terhadap protes damai,” kata David Ritter, Chief Executive Officer Greenpeace Australia Pacific, dalam pernyataannya pada Rabu, 7 Desember lalu. Ritter menilai pemerintah Australia makin keras dalam upaya membatasi unjuk rasa damai.

Coco berunjuk rasa menuntut tindakan yang lebih signifikan untuk mengatasi perubahan iklim pada April lalu. Demonstrasi selama 28 menit itu memblokade satu jalur jalan Sydney Harbour Bridge.

Sejumlah organisasi lingkungan dan hak asasi manusia mengecam putusan pengadilan tersebut. Kepada BBC, Ron Levy, peneliti politik dan hukum, menilai putusan itu bertentangan dengan keyakinan warga Australia atas perlindungan negara terhadap demokrasi liberal.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus