Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, pada Jumat mengancam bahwa militer “pada akhirnya akan melancarkan serangan yang telah direncanakan” di Kota Rafah, Gaza selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Pertempuran juga akan berlanjut di masa depan, jauh di dalam wilayah musuh dan bukan di sepanjang perbatasan,” kata Gantz dalam pesan video yang dibagikan di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Antaranews, Gantz menegaskan bahwa IDF "pada akhirnya akan melancarkan serangan yang telah direncanakan" di Rafah, serta memperingatkan bahwa pertempuran akan berlanjut di masa depan, bahkan jauh di dalam wilayah musuh.
Peringatan Yordania
Dilansir dari jordantimes.com, Kementerian Luar Negeri Yordania memperingatkan tentang konsekuensi berbahaya dari rencana pendudukan Israel untuk menyerang Rafah di selatan Jalur Gaza yang dilanda Perang Israel-Palestina.
Mereka menekankan penolakan mereka terhadap pengusiran paksa warga Palestina dari tanah mereka sendiri dan meminta agar perang di Jalur Gaza segera dihentikan.
Sufian Qudah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, menyerukan kepada komunitas internasional untuk memenuhi tanggung jawabnya dan mengambil tindakan segera dan efektif untuk mencegah Israel melanjutkan perang yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ancaman dari Mesir
Sementara itu, Mesir telah memberi tahu Israel bahwa pengusiran massal Palestina dari Gaza akan memaksa Mesir untuk menarik diri dari perjanjian damai kedua negara tahun 1979.
Dilansir dari crisisgroup.org, para pejabat Mesir secara aktif mempertimbangkan untuk menangguhkan perjanjian 1979 jika Israel melakukan serangan di Rafah tanpa terlebih dahulu mengevakuasi penduduk sipil di Gaza.
Jerman turut prihatin
Jerman pada Senin waktu setempat, menyatakan keprihatinannya. Dia menegaskan kembali kebutuhan mendesak untuk jeda kemanusiaan di tengah-tengah kemerosotan dramatis situasi kemanusiaan di Gaza sebagai akibat dari serangan militer Israel yang telah menewaskan hampir 29.000 orang Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan menyebabkan kerusakan massal.
"Kami melihat pengumuman ini dengan keprihatinan," kata wakil juru bicara kementerian luar negeri Kathrin Deschauer dalam sebuah konferensi pers di Berlin seperti dikutip dari aa.com.tr.
Pernyataan Deschauer tersebut diamini oleh juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit yang menekankan "keprihatinan mendalam" negaranya atas rencana militer Israel untuk melakukan serangan darat di Rafah. Hebestreit menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai "bencana".
CRISIS GROUP | AA | ANTARANEWS
Pilihan editor: Hamas Serukan Warga Palestina Aksi Jalan ke Masjid Al-Aqsa Hari Pertama Ramadan