Noriega berharap bisa minta Presiden Bush, sebagai saksi. Dirinya bukan orang lain, tapi agen CIA. "TERIMA kasih, Amerika," teriak Manuel Antonio Noriega, dua tahun silam, tatkala sang jenderal masih sebagai penguasa tertinggi Panama. Waktu itu, Amerika Serikat, yang menginginkan Noriega terjungkal, melancarkan blokade ekonominya. Noriega menyambut tekanan AS itu dengan ledekan. "Terima kasih, Amerika, yang telah menyatukan seluruh pekerja dan orang miskin Panama." Kini, bekas orang kuat Panama itu harus maju sendirian sebagai terdakwa di Pengadilan Distrik Miami, Florida, Amerika Serikat. Soalnya, 15 terdakwa lainnya yang tersangkut dalam perkara ini kebanyakan bekas anak buah Noriega, selain seorang meninggal, yang lain telah menyeberang ke pihak kejaksaan AS. Mereka sepakat memberikan kesaksian yang memberatkan Noriega. Kamis pekan lalu, persidangan mulai dibuka. Acaranya, Hakim William Hoeveler menanyai nama dan alamat satu per satu calon juri yang banyaknya 96 orang sehingga persidangan awal itu berjalan lambat. Dari calon juri sebanyak itu akan disaring tinggal 12 juri dan 6 juri cadangan. Noriega menghadapi 12 dakwaan. Antara lain, dari 1981 sampai 1986, ia menerima sogokan US$ 4,6 juta dari bos Kartel Medellin, Kolombia, Pablo Escobar, agar pengapalan narkotiknya aman sampai Florida. Lalu ia dituduh terlibat dalam penyelundupan, korupsi, dan pemutihan uang haram dari perdagangan obat bius itu. Singkat kata laki-laki 53 tahun itu diancam hukuman 145 tahun penjara dan denda lebih dari sejuta dolar. Toh Noriega, yang tampil di persidangan dengan seragam dril tentaranya, tidak gugup. Beberapa kali ia memutar kursinya, menengok ke belakang ke arah istri dan ketiga anak perempuannya. Lalu dari bibir tipisnya yang biasanya terkatup itu, Noriega menyunggingkan senyuman. Baru kali inilah seorang bekas kepala negara asing diadili di pengadilan Amerika Serikat. Tidak mengherankan bila timbul perdebatan hukum, berhakkah Amerika. Pemerintah AS sendiri, yang membentuk tim penyidik dengan anggota 12 jaksa federal dan 25 anggota Dinas Pemberantasan Obat Bius, berpendapat bahwa kasus Noriega ini kriminal murni: hanya soal penyelundupan obat bius. Namun, seperti dikemukakan oleh seorang guru besar Universitas New York, pengadilan terhadap Noriega akan merusak hukum Amerika. Meskipun Jenderal Noriega telah dipecat sebagai penguasa, "Dia defacto seorang kepala negara," kata seorang pejabat di Washington. "Jadi, bagaimana bisa mengatakan bahwa pengadilan ini lepas dari politik?" Frank Rubino, pengacara Noriega yang flamboyan itu, mengatakan bahwa dakwaan terhadap Noriega itu sebenarnya dibuat-buat saja. Pangkalnya, pemerintah AS geram karena Noriega mengingkari janjinya untuk menyerbu Nikaragua yang waktu itu dikuasai Sandinista. Maka, pihaknya merencanakan akan mempermalukan Pemerintah AS di persidangan. Rubino tengah berusaha keras agar dokumen rahasia yang membuktikan adanya perjanjian antara tujuh direktur CIA, termasuk George Bush, dan Noriega bisa diungkapkan di persidangan. Menurut Noriega, karena restu CIA-lah ia bisa bertindak ilegal sejak 20 tahun lalu, sejak menjadi kepala intelijen militer Panama. Lalu, kebijaksanaan drugs-for-guns Presiden Ronald Reagan menjadikannya memainkan peranan penting dalam membantu pemberontak Contra di Nikaragua. "Disukai atau tidak, Jenderal Noriega merupakan aset CIA dan agen pemerintah lainnya selama 20 tahun," kata Rubino. Menurut Noriega, atas jasanya memata-matai para bos narkotik Kolombia, mengamati Fidel Castro, dan berbagai tugas intelijen lainnya, ia dibayar oleh CIA US$ 11 juta. Maka, tak tanggung-tanggung, ia akan meminta Presiden Bush, sebagai bekas direktur CIA, hadir sebagai saksi. Kejaksaan sendiri mengakui adanya dokumen pembayaran US$ 320 ribu kepada Noriega sebagai imbalan laporan intelijennya kepada CIA dan Dinas Pemberantasan Obat Bius. Namun, menurut kejaksaan, hal itu tidak ada kaitannya dengan dakwaan narkotik yang ditimpakan padanya. Tindakan kriminal Noriega itu terkuak ketika Steven Kalish, pentolan bisnis obat bius, tertangkap pada awal 1988. Kepada penyidik, ia mengungkapkan bahwa Jenderal Noriega adalah anggota penuh komplotan perdagangan obat biusnya. Untuk pengiriman daun ganja kering ke AS, Noriega pasang tarif US$ 4 juta. Imbalannya, Kalish mendapat perlindungan seperti layaknya pejabat militer. Mungkin karena itu, Noriega, yang gaji resminya hanya US$ 50 ribu bisa punya rekening rahasia US$ 20 juta di Bank of Commerce and Credit International, bank internasional yang menghebohkan dan kini bangkrut itu. Namun, dosa Noriega menurut Presiden Bush tak hanya itu. Ia pun berbuat curang dalam pemilihan umum. Ia diduga kuat membunuh tokoh oposisi Panama yang akan mengungkapkan keter- libatannya dalam perdagangan obat bius. Ketika itu, Noriega malah menantang AS. Ia menyatakan, "Negara dalam keadaan perang melawan Amerika." Inilah yang memelatuk Bush untuk segera bertindak karena Noriega bisa ber- buat apa saja terhadap warga AS yang bekerja di Terusan Panama. Maka, dirancanglah "Operasi Demi Keadilan". Pada dini hari 20 Desember 1989, 24 ribu marinir, satuan lain, dan didukung sejumlah helikopter dan tank ringan, menyerbu negeri 2,4 juta penduduk itu. Sasarannya hanya satu: Noriega. Noriega menyerah beberapa hari kemudian, setelah ia bersembunyi di Kedutaan Vatikan. Bisakah pengacara Noriega mempermalukan pemerintah AS dan menarik simpati juri? Apa pun keputusan pengadilan arus obat bius yang masuk ke AS ternyata tetap besar. Ardian Taufik Gesuri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini