Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Arti kata firaun sebenarnya tak berbeda dengan pharaoh. Perbedaan dari keduanya adalah firaun merupakan bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, sedangkan pharaoh merupakan bahasa Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Britannica, arti sebenarnya dari firaun adalah sebuah istana kerajaan di Mesir Kuno. Namun, kata firaun mulai digunakan secara metonimia atau sebagai sebuah istilah yang lekat dengan suatu hal, dalam hal ini adalah Raja Mesir. Hal seperti ini dimulai pada dinasti ke-18, 1539–1292 SM. Kemudian, pada saat dinasti ke-22, sekitar 945–730 SM, kata firaun telah diadopsi menjadi sebuah julukan tanda untuk penghormatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Mesir Merestorasi Peti Emas Firaun Tutankhamun
Firaun Bukan Gelar Resmi Raja Mesir
Penggunaan kata firaun sebagai kata ganti Raja Mesir ini bukanlah suatu hal yang resmi dari kerajaan Mesir. Penggunaannya, sebagaimana sekarang, didasarkan pada penggunaan di Kitab Ibrani.
Seperti yang ditulis dalam bibalex.org, Raja Mesir memiliki nama resmi yang rumit. Nama tersebut merupakan gabungan dari nama, gelar, dan julukannya. Dalam dokumen resmi, gelar lengkap Raja Mesir terdiri dari lima nama, yang masing-masing raja didahului oleh salah satu gelar tersebut. Lima nama tersebut adalah Golden Horus, The One Who Belongs to the Two Ladies, Horus, King of Upper and Lower Egypt, dan Son of Re.
Dipercaya sebagai Mediator Antara Dewa dan Dunia Manusia
Orang-orang Mesir percaya bahwa firaun merupakan mediator antara dewa dan dunia manusia. Setelah mati, firaun menjadi suatu hal yang bersifat ketuhanan, diidentifikasikan dengan Osiris, dewa kematian. Tak hanya itu, firaun yang telah mati juga mewariskan kesuciannya kepada firaun yang baru, yakni anaknya.
Sebagai penguasa yang erat dengan ketuhanan, firaun dipercaya sebagai penguasa yang diberikan dewa, yang disebut “maat”. Ia memiliki sebagian besar tanah Mesir dan mengarahkan penggunaannya, bertanggung jawab atas kesejahteraan ekonomi dan spiritual rakyatnya, dan memberikan keadilan kepada rakyatnya.
Kehendak firaun adalah yang tertinggi dan ia diatur oleh dekrit kerajaan. Namun, untuk memerintah dengan adil, firaun harus mendelegasikan tanggung jawab; asisten utamanya adalah “vizier” yang beberapa tugasnya hakim agung, kepala perbendaharaan, dan pengawas semua catatan. Di bawah otoritas pusat ini, kehendak kerajaan firaun diatur melalui “nomes”, atau provinsi yang membagi Upper ‘hulu’ dan Lower ‘hilir’ Mesir.
RYZAL CATUR ANANDA SANDHY SURYA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.