Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Arti dan Filosofi Lambang ASEAN, Warga Malaysia ini Penciptanya

Seikat padi pada lambang ASEAN menggambarkan persatuan negara Asia Tenggara yang saling menguatkan.

23 Juni 2021 | 12.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo ASEAN. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO. Jakarta - Indonesia merupakan salah satu pendiri dan anggota dari Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). ASEAN yang dikenal juga dengan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ini memiliki lambang yang menyimpan berbagai makna. Lambang ASEAN ini salah satunya mencerminkan persatuan dan kedamaian. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan asean.org, padi kuning yang berada di tengah lambang menggambarkan seluruh negara di Asia Tenggara yang memiliki ikatan kuat dalam pertemanan dan solidaritas. Warna biru, merah, kuning, dan putih menghiasi lambang ASEAN berasal dari warna utama dari negara-negara anggota ASEAN. Warna-warna tersebut memberikan makna kestabilan, kedamaian, persatuan, dan dinamika ASEAN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warna biru berarti kedamaian dan stabilitas, warna merah memberi arti keberanian dan dinamis, warna putih bermakna kemurnian, serta warna kuning berarti kesejahteraan. Kemudian, lingkaran yang berada di paling luar lambang mencerminkan persatuan yang ada dalam tubuh ASEAN.

Lambang ASEAN ini terlahir dari sebuah kompetisi yang diadakan pada tahun 1977-1978. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Mohammad Radzi Hanif, seorang warga negara Malaysia, saat ia masih menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Mara di Malaysia.

Radzi, pada kesempatannya di Konnect ASEAN 2020, menyatakan bahwa ia mengambil seikat padi sebagai penggambaran persatuan negara-negara Asia Tenggara. Ia mengambil penggambaran seikat padi karena negara Asia Tenggara memakan nasi sebagai makanan pokok, serta nasi berasal dari padi.

Gambaran seikat padi ini mengingatkan Radzi terhadap seorang raja yang ingin mewariskan tahtanya kepada tiga orang anaknya dengan mempertimbangkan jawaban dari sebuah pertanyaan, “siapa yang cukup pintar untuk memahami?”. Kemudian, raja tersebut menguji mereka dengan memberikan seikat anak panah dan meminta mereka untuk mematahkannya.

Dua anak lelakinya tidak bisa mematahkan seikat anak panah itu karena mereka berusaha untuk mematahkan seikat anak panah secara sekaligus. Namun, anak terakhirnya berhasil mematahkan seikat anak panah tersebut dengan mematahkan satu per satu anak panah. Radzi melihat hal tersebut bermakna bahwa gabungan dari berbagai elemen dapat menjadi persatuan yang kuat karena saling menguatkan. Hal ini, memberikan Radzi sebuah konsep yang kemudian menjadi lambang ASEAN.

Warna kuning mengingatkan Radzi pada padi yang sudah siap dipanen. Hal ini jika dikontekstualisasikan pada lambang ASEAN menggambarkan bahwa negara-negara Asia Tenggara merdeka dan siap bertanggung jawab untuk negara mereka sendiri. Serta, memiliki kesadaran bahwa negara tidak bisa berdiri sendiri ketika mengalami kesulitan. Oleh karena itu, negara-negara Asia Tenggara harus bersatu. Radzi mempercayai persatuan menjadi esensi dari adanya ASEAN. Lebih lanjut, Radzi melihat persatuan dari berbagai negara ini dapat mewujudkan perekonomi yang baik.

JACINDA NUURUN ADDUNYAA

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus