Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

ASEAN,

Wawancara TEMPO dengan S. Rajaratnam, Menlu Singapura juga koordinator bagian politik PAP tentang oposisi, proses depolitisasi kampus, ASEAN & politik RRT.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM 24 Desember lalu, di Institut Politeknik Singapura tengah dilakukan penghitungan terakhir jumlah suara para pemilih. Menlu Singapura S. Rajaratnam yang hadir di situ merasa yakin partainya sebentar lagi merebut kemenangan total. Berpakaian hem lengan pendek bergaris-garis hitam putih, celana coklat tua dan sepatu Bata model kanvas, koordinator bagian politik PAP dan bekas wartawan itu tak henti-hentinya merokok sigaret Peter Stuyvesant. Menunggu di serambi muka Politeknik, koresponden TEMPO Khoe Hak Lip bersama Fikri Jufri sempat bercakap-cakap dengannya lebih kurang 20 menit. Berikut ini beberapa petikan: Tanya: Apakah PAP merasa lebih senang kalau tak ada oposisi dalam parlemen? Jawab: Oposisi? Kami tak merasa punya oposisi. Oposisi satu-satunya bagi PAP adalah komunis. T: Mengapa anda khawatir disaingi suatu partai yang tak ada? J: Well, mereka itu bergerak dengan berbagai cara. Mereka pandai berselubung melalui organisasi-organisasi yang ada. Coba anda perhatikan apa yang terjadi di Italia, Spanyol dan Belanda. Begitu diberi kelonggaran. mereka memenangkan banyak suara. Di Asia Tenggara kita sama-sama menyaksikan apa yang beberapa kali terjadi. T: Adato PM Lee di Australia menunjukkan kekhawatran akan masa depan Singapura, karena penduduk terutama para mahasiswa - kelihatan masa bodoh akan masalah politik. Tajuk Straits Times belum lama berselang mengajukan saran agar proses depolitisasi di kampus dihentikan sekarang juga. Bagaimana pendapat anda? J: Yah, suasana dalam kampus tak sama dengan kenyataan kehidupan di Singapura. Di mana-mana anak-anak muda memang suka memprotes pemerintah. Tapi begitu mereka memasuki kehidupan yang nyata - pada saat mereka harus membeli rokok dengan uang sendiri - suara mereka akan lain. Maka jika para mahasiswa ingin berpolitik, mereka harus benar-benar menetahui kehidupan nyata di luar kampus. T: Apa yang akan dilakukan pemerintah setelah PAP menang lagi? J: Ke dalam kami akan bekerja lebih keras mewujudkan apa-apa yang dirasa masih kurang. Keluar kami akan memperkuat kerjasama dengan ASEAN. T: Dalam hal ASEAN, banyak yang beranggapan kerjasama itu makin tak seimbang. Ibarat kereta yang ditarik lima kuda, "kuda" Singapura berlari makin kencang sendirian. J: Saya lebih suka mengibaratkan kerjasama ASEAN dengan sebuah mobil. Bagian mesin yang satu memang bisa berputar lebih kencang dari bagian yang lain. Tapi mobil tetap lari kencang. Kerjasama di bidang industri seperti diputuskan KTT di Bali, saya kira cukup baik. T: Tapi bukankah hasil KTT ASEAN di Bali dipandang terlalu lamban oleh Singapura? J: Ya, lebih baik lamban daripada tak ada samasekali. T: Apa sebenarnya sasaran kerjasama ekonomi ASEAN ini? J: Saya melihat kini timbul dua blok di kawasan Asia Tenggara: ASEAN, dan kelompok Indo-Cina. Karenanya kerjasama ini tak boleh dilihat dari siapa yang berlari lebih cepat, tapi dari hasil kerjasama ASEAN secara keseluruhan. Hanya dengan suatu ASEAN yang kuat perekonomiannya dan bersatu, kemungkinan timbulnya saingan Indo-Cina kelak bisa kita hadapi bersama. Dan komunisme akan lebih mudah dibendung bila perekonomian kuat. T: Bukankah ASEAN juga perlu bersahabat dengan Indo-Cina? J: Kita bahkan sudah menyodorkan tangan dengan mereka. Hanya kelihatannya Indo-Cina tak menyambutnya dengan baik. Tapi kalau dilihat, di antara ketiga negeri Indo-Cina mungkin Khmer yang paling dulu akan menyambut tangan kita. Mereka kelihatannya sedang mengalami kesulitan dan perlu bantuan dari luar. Mengingat mereka merasa was-was menerima bantuan Soviet dan RRT, kita ASEAN bukan mustahil akan diajak bekerjasama. T: Sehubungan dengan RRT tadi, bagaimana pendapat anda tentang Hua Kuo-feng dan gejolak politik akhir-akhir ini di negeri itu? J: RRT kini lebih banyak memperhatikan pembangunan ekonominya. Dengan begitu mereka juga akan membuka kembali pintunya dengan dunia luar, yang tadinya dihalang-halangi oleh Cang Or Four (Chiang Ching dkk - Red). Adapun keributan-keributan yang terjadi di daerah Fukien dan beberapa tempat lainnya, menurut saya tak ada sangkut pautnya dengan Gang of Four itu. Orang-orang di Fukien dan Kanton sejak dulu terkenal lebih cepat panas dan suka reaksi. T: Sebenarnyakal RR7' ingin sekali melihat sebuah Indo-Cina yang kuat? J: Jika dilihat dari sejarahnya, Cina tak suka mempunyai tetangga yang kuat membuat dia merasa tak aman. Mereka tak suka Indo Cina menjadi kuat. Dengan superpower Amerika mereka tak merasa khawatir karena perbedaan letak yang jauh. Jepang juga tak mereka khawatirkan, selama belum mempersenjatai dirinya seperti dulu. Tapi dengan Soviet, yang memagari tapal batas di utara dengan persenjataan lengkap, RRT merasa paling cemas. Maka para pimpinan Cina sampai sekarang lebih suka memusatkan perhatian kepada musuh mereka di utara itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus