Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 85 desa di Myanmar terendam banjir. Musibah ini terjadi ketika sebuah bendungan air gagal mengalirkan air sehingga air tumpah sampai menutupi sebuah jalan raya dan memaksa lebih dari 63 ribu orang mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musibah ini menyoroti masalah keamanan bendungan air di kawasan Asia Tenggara setelah pada Juli 2018 bendungan hydroelectric di Laos jebol hingga memaksa ribuan warganya mengungsi dan menewaskan sedikitnya 27 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari situs cbc.ca pada Jumat, 31 Agustus 2018, tim pemadam kebakaran dan pasukan militer Myanmar telah melakukan operasi penyelamatan sejak Rabu, 29 Agustus 2018 setelah air di bendungan sungai Swar, wilayah tengah Myanmar, tumpah dan membanjiri desa-desa dan kota-kota sekitar Swar dan Yedashe.
Warga Bago, Myanmar, mengungsi akibat banjir. [Myo Kyaw Soe/AP Photo]
Pada Kamis pagi, 30 Agustus 2018, banjir mulai surut. Dua orang dinyatakan hilang, diduga karena hanyut.
"Masyarakat desa bersiap kembali pulang setelah air mulai surut," kata Min Thu, Wakil Gubernur Yedashe, Mynamar.
Akibat kerusakan bendungan di sungai Swar, lalu lintas di kota-kota besar di Myanmar, seperti Yangon dan Mandalay serta ibu kota Naypyitaw, terganggu. Sebab banjir telah merusak sebuah jembatan yang menghubungkan kota-kota besar tersebut.
Hingga Kamis, 30 Agustus 2018, upaya memperbaiki bendungan masih dilakukan menyusul turunnya level air beberapa meter. Kaung Myat Thein, pejabat dari Kementerian Pertanian Myanmar mengatakan pihaknya memprioritaskan semakin banyak air masuk ke dalam bendungan sebelum musim kemarau karena air ini diperlukan untuk irigasi.