ADA pertemuan etnis Cina sedunia yang lain, sebelum di Singapura, yang lebih khusus dan yang lebih longgar. Longgarnya, karena siapa pun boleh masuk. Pengusaha, atau hanya guru, bahkan pedagang kaki lima. Adapun disebut khusus karena hanya yang bernama keluarga Lim yang diterima. Nama pertemuan ini sendiri sudah menyebutkan itu: Kongres Asosiasi Lim Sedunia. Maka, hari itu, 4 Agustus lalu di Genting Highlands, Malaysia, ratusan Lim dari berbagai negara bertemu. Mereka datang dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Muangthai, Taiwan, Filipina, Eropa, dan Amerika. Dari Malaysia, antara lain hadir dua menteri. Menteri Transportasi Malaysia Datuk Seri Ling Liong Siek dan Menteri Sumber Daya Manusia Datuk Lim Ah Lek. Menurut catatan organisasi tersebut, di dunia ini ada sekitar 70 juta orang bernama keluarga Lim. Bisa dicapai jumlah besar tersebut karena ke dalam nama Lim ini termasuk juga nama-nama, "Liem, Lin, Lam, atau Ling," kata Ketua Asosiasi Lim Sedunia yang bernama Lin Yu Ling. Bermacam-macamnya "Lim" itu karena berbagai dialek di Cina sana. Meski begitu, marga Lim ternyata bukan marga terbesar, melainkan terbesar kedua setelah marga Tan. Bila hari itu belum jutaan yang hadir, karena Asosiasi yang mengadakan pertemuan untuk keempat kalinya ini belum menampung semua Lim. Sejauh ini hanya sekitar 4.000-5.000 Lim yang terdaftar, berasal dari 15 negara. Dari Malaysia, misalnya, hanya sekitar 300 Lim yang mendaftar walau di negara 17 juta penduduk itu lebih dari 30%nya adalah etnis Cina. Dari jumlah itu tentunya tak hanya 300 Cina Malaysia bernama Lim. Menurut anggaran dasarnya, organisasi yang sudah berumur empat tahun ini lebih bersifat paguyuban. Tujuan utamanya, mencari jalan bersama bagaimana menolong kaum she Lim yang kurang beruntung. Maka, ide-ide yang muncul dalam kongres sehari itu kebanyakan tentang bagaimana mereka bisa saling menampung. Maksudnya, bila ada pengusaha Lim di Bangkok, misalnya, membutuhkan tenaga pekerja, diseyogiakan ia mengutamakan orang Lim dari mana pun tinggalnya. Tak begitu salah bila lalu disebutkan ada semangat klikisme Lim di sini. Apa boleh buat memang mereka orang-orang Lim. Maka, muncullah usul seperti ini: perlunya Malaysia memiliki UU yang mengatur pencari kerja asing. Ini langsung dijawab oleh Datuk Lim Ah Lek, Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia. Kata dia, pemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan UU yang mengatur para pengusaha yang ingin merekrut pekerja asing. Lalu kata Lim dari Malaysia yang lain, yang menteri transportasi itu, Ling Liong Siek. Silakan, katanya, para konglomerat Lim menanamkan modal di Malaysia karena Malaysia itu makmur sekaligus memiliki prasarana untuk penanaman modal. Apa kata Lim dari Indonesia? "Ha, ha, saya tak tahu bahwa ada perkumpulan seperti itu," kata Sofyan Wanandi yang dahulu bernama Liem Bian Koen pada TEMPO lewat telepon. Bos PT Pakarti Yoga di Jakarta itu lalu mengatakan, "Pertemuan eksklusif Lim seperti itu tidak perlu." Tak sempat dilacak, Lim Indonesia siapa yang hadir di pertemuan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini