Mereka korban jalan ekstrem kedua pihak. Mereka itulah yang kini akan dipertukarkan. MEREKA masih berada di dalam gereja yang terkunci. Di dalam ruang gelap yang hanya berukuran 2 X 2 m, biasanya para sandera bergandeng tangan sambil berdoa bersama dua kali sehari. Untuk membunuh waktu, mereka bercerita tentang perjalanan, saling menularkan kepintaran masing-masing, dan melakukan push up agar tubuh tak lunglai. Tak ada yang tahu di mana letak gereja itu. Ada yang memperkirakan letaknya di daerah Baalbek, di Libanon utara. Di daerah itulah kelompok Hizbullah menancapkan laras senjatanya, sejak 1983. Sebuah papan kecil bertuliskan "Jalan Pejuang Islam Menuju ke Yerusalem" terpasang di tepi jalan utama. Tak jauh dari sana, wajah Ayatullah Khomeini terpampang di dinding tembok sebuah bangunan. Belakangan wajah Baalbek agar berubah. Turis mulai mengalir. Biasanya pilar-pilar peninggalan zaman Romawi yang berusia 2.000 tahun, yang kini berada di bawah kelebatan bendera Iran yang berkibar di atas menara bekas markas besar Libanon, jadi pusat perhatian. Namun, soal sandera masih melekat. Sejak 1984, kelompok-kelompok fundamentalis Syiah melakukan aksi penculikan terhadap sedikitnya 30 warga Barat di Libanon. Lima di antaranya terbunuh atau digantung, 16 lainnya sudah dibebaskan. Sandera Barat Salah satunya adalah Terry Anderson. Di antara para sandera yang masih disekap, kepala biro kantor berita Associated Press untuk Timur Tengah ini paling lama kehilangan kebebasannya. Ia ditahan sejak Maret 1985. Pada tahun-tahun pertama dalam sekapan, ia ditaruh di sebuah ruang sempit, dengan tangan terikat dan mata ditutup. Untuk membunuh waktu, Anderson membersihkan ruangan, lalu berjalan bolak-balik di kamarnya yang sempit, sambil berteriak-teriak, tentang apa saja. Karena mengalami frustrasi, ia pernah membenturkan kepalanya ke dinding sampai berdarah. Lelaki berusia 43 tahun, kelahiran Lorain, Ohio, AS, ini juga sering diteror. Suatu waktu ia diminta berkemas untuk dibebaskan. Ternyata, ia hanya dibawa keliling kota Beirut dengan tubuh terbalut kain seperti mumi. Beberapa jam setelah John McCarthy menghirup udara kebebasan, Kamis dua pekan lalu, disebut-sebut Anderson bakal menyusul. Namun, sampai akhir pekan lalu ia masih dalam sekapan kelompok Jihad Al Islam. Mungkin ini kelanjutan teror terhadap dia. Terry Waite. Tokoh Gereja Anglikan dari Inggris ini semula dipercaya kelompok Hizbullah sebagai mediator antara pihak Barat dan Partai Allah itu. Pada kunjungan negosiasi yang kelima kalinya ke Beirut, Januari 1987, Waite tak kembali lagi ke Inggris. Tak seorang pun tahu bagaimana nasibnya kini karena tak satu pun kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas penculikan itu. Para pejabat Barat menduga, Waite sudah dibunuh karena dicurigai bekerja untuk kepentingan AS. John McCarthy mengaku melihat Waite terakhir kali, dua-tiga tahun silam. "Ia sakit asma yang akut hingga harus dibawa ke dokter," tuturnya. Joseph James Cicippio, mungkin satu-satunya sandera Barat beragama Islam. Asisten pengawas Universitas Amerika di Beirut ini mengawini Elham Ghandour, sekretaris Kedubes AS di Beirut Timur, lalu memeluk agama Islam pada 1985, sekitar setahun sebelum ia diculik. Nyawa pria berusia 58 tahun ini pernah hendak ditukar dengan Syeikh Abdul Karim Obeid, pemimpin Hizbullah yang diculik Israel pada 1989. Bila Obeid tak segera dibebaskan, Cicippio akan digantung, kata Organisasi Keadilan Revolusioner yang menculiknya. Sebelumnya, ancaman serupa diumumkan oleh kelompok lain, Organisasi Kaum Tertindas Sedunia, dan Kolonel Marinir AS William Higgins pun mati digantung. Selain ketiga sandera tersebut, masih ada delapan warga Barat lainnya yang masih dalam sekapan kelompok fundamentalis Libanon. Tak jelas kabar kedelapannya, tetapi, menurut McCarthy, mereka semua dalam keadaan sehat dan diperlakukan baik-baik. Sandera Israel Ada tujuh warga Yahudi yang hilang tak tentu rimbanya, sampai ada pernyataan Ahmad Jibril, salah seorang pemimpin pejuang Palestina di Damaskus, pekan lalu. Jibril menjawab permintaan Israel tentang kabar hidup atau matinya mereka, sebagai prasyarat perundingan soal sandera. Salah seorang di antaranya adalah Ron Arad, seorang pilot F-4 yang tertembak jatuh ketika Israel menyerbu Libanon, 1982. Kini Arad berada di tangan kelompok Front Demokratik Pembebasan Palestina di Beirut. Kata Jibril, ada tiga warga Yahudi di tangan kelompok Hizbullah, dan tiga sisanya ia tak tahu-menahu. Sandera Arab Dari 370-an sandera Arab yang kini ditahan oleh negara-negara Eropa dan Israel antara lain: Syeikh Abdul Karim Obeid, yang konon diculik oleh seregu pasukan elite Israel, Agustus 1989. Kisah penculikannya cukup dramatis. Pada suatu malam gelap, sebuah jet Israel melintas rendah di atas kawasan Libanon selatan. Suara mesin jet yang cukup membisingkan itu dimaksudkan melindungi suara helikopter yang mendarat di pedesaan, dekat Obeid tinggal. Tak ada perlawanan yang berarti tatkala Obeid bersama kedua pembantunya diciduk dan dilarikan ke helikopter. Istrinya dibungkam mulutnya dengan plester dan diikat di dalam ruang tidurnya. Tiga anak Obeid tak disentuh. Satu-satunya korban adalah seorang tetangga Obeid yang kebetulan keluar rumah dan ditembak sebelum menjerit. Abdul Karim Obeid, 34 tahun, pemimpin spiritual dan penasihat militer kelompok Partai Allah, diduga kini berada bersama sejumlah sandera Arab lainnya di sebuah penjara di Kota Khiam, Libanon. Wilayah ini berada di bawah pengawasan Israel. Muhammad Ali Hammadi dan Abbas Hammadi. Inilah dua bersaudara asal Libanon yang meringkuk di tahanan Bonn, Jerman. Mereka diganjar seumur hidup karena terlibat pengeboman pesawat AS TWA di Beirut, pada 1985. Dua bersaudara Hammadi inilah, antara lain, yang diminta dibebaskan oleh Jihad Al Islam. Mereka berdua saudara dari Abdelhadi Hammadi, salah seorang pendiri Jihad Al Islam. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini