Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bicara edan di australia

Epel tito digeser dari menteri pertahanan menjadi menteri penerangan, gara-gara mengatakan indonesia akan mengambil over png dalam wawancara radio abc. (ln)

1 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI terjadi di Canberra, ibukota Australia. Lokasi: Radio ABC yang mewawancarai Menteri Pertahanan Papua Nugini, Epel Tito, dalam program terkenal "PM", seusai pertemuan Menhan Tito dengan Menhan Gordon Scholes dan Menlu Bill Hayden. Wawancara, seperti biasa, berlangsung lancar. Tapi yang agaknya dianggap luar biasa oleh pewawancara dari ABC itu adalah ini: Epel Tito mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tetangga PNG, Indonesia. Apa itu? Kepada kedua menteri Australia itu Menhan PNG mengatakan bahwa ia "percaya Indonesia akan mengambil oper (take over) Papua Nugini dalam kurun waktu sepuluh sampai dua puluh tahun" mendatang. Apakah PM PNG Michael Somare sependapat dengan Anda? "PM tidak sependapat dengan saya," jawabnya, "tapi itu tak mengubah pandangan saya." Ia juga mengungkapkan reaksi kedua menteri Australia yang menanyakan padanya, "Anda ini edan." "Sudah edankah Anda?" tanya pewawancara ABC. "Tentu saja tidak," jawab Tito. Tapi, setelah Menhan Tito kembali ke Port Moresby awal pekan lalu, PM Somare dikabarkan naik pitam. Demikian marahnya PM Somare sehingga menggeser Tito dari kursinya dan segera menunjuk Menteri Penerangan Boyamo Sali yang dipandang lebih berpengalaman sebagai menteri pertahanan. Tito sendiri tak sampai dipecat, tapi diminta tukar tempat dengan Sali. Bisa dimengerti. Boyamo Sali adalah satu-satunya anggota kabinet Somare yang paling senior, sejak dibentuknya kabinet yang pertama setelah kemerdekaan, di tahun 1975. Bagaimana Tito akan memainkan Peranannya sebagai mentcri penerangan PNG masih harus dilihat. Namun, sikapnya yang suka jalan sendiri bukan untuk pertama kali. Awal tahun ini ia merencanakan bertolak ke Israel dan mengatakan ia mungkin akan membeli senjata buatan Israel. Ia bahkan mengatakan, pemerintah Israel akan menyediakan pinjaman khusus untuk pembelian kapal perang dan senapan. Pemerintah berpendapat sudah terlalu banyak uang yang dipakai untuk angkatan perang, dan hasilnya tidak memuaskan. PNG menyediakan dana A$ 21 juta (kurang lebih Rp 18 milyar) untuk kepentingan pertahanannya, sedang Australia, yang menjajah PNG hingga 1975, masih menyediakan A$ 16 juta lagi. Alhasil, rencana Tito untuk terbang ke Tel Aviv pun dibatalkan. Ia juga diminta memberi penjelasan kepada pemerintah di Israel tentang keputusan pemerintahan Somare untuk menunda rencana pembelian itu sampai selesainya laporan final dari komite pertahanan. Sejak pembentukan kabinet, kalangan yang dekat dengan pemerintahan Somare sudah menduga bahwa Tito tidak cocok memegang pos menteri pertahanan. Kecuali usianya masih muda, ia juga masih dianggap belum banyak makan garam dalam percaturan politik. Ia mewakili sebuah pulau yang jauh dari kegiatan politik Port Moresby. Cuma, berdasarkan "aturan main", setiap wakil partai dari daerah harus mendapatkan bagian dalam kabinet. Anehnya, pernyataan Tito mengenai Indonesia itu mendapat dukungan dari pihak oposisi. Iambakey Okuk, ketua partai oposisl, meminta agar pemerintahnya meninjau kembali posisinya dalam masalah perbatasan dengan Ir-Ja. Tapi Okuk juga mendukung tindakan Somare menggeser menteri pertahanannya. "Sebagai seorang menteri, Tito mesti mengikuti garis kebijaksanaan pemerintah," katanya. "Kalau Tito tetap pada Sendiriannya mengenai Indonesia, ia harus mengundurkan diri dari kabinet." Tindakan pembantu Somare yang mengganjal hubungan RI-PNG, kecuali oleh Tito, juga pernah dilakukan oleh Pangab Brigjen Ted Diro. Dalam kabinetnya terdahulu, tanpa konsultasi dengan perdana menteri, Ted Diro melakukan pertemuan dengan orang-orang OPM dari Ir-Ja yang bersembunyi di PNG. PM Somare menegur keras Ted Diro, waktu itu. Namun, di kalangan rakyat PNG, masih saja ada kekhawatiran seperti diungkapkan Tito: "ancaman dari Barat". Tahun lalu, kabarnya, tentara Indonesia beberapa kali melintasi tapal batas menguber gerombolan OPM yang melarikan diri ke PNG. Awal tahun ini, hubungan menjadi sedikit rawan karena masalah pembangunan jalan pintas di sepanjang perbatasan Irian Jaya-PNG. Pemerintah Indonesia sendiri pernah menjelaskan, masalah itu terjadi karena kesalahan subkontraktor dari perusahaan Jepang yang mengerjakannya. Rangkaian peristiwa itu dianggap beberapa kalangan di PNG sebagai "langkah awal invasi" seperti diucapkan oleh Tito. Mungkin mereka masih ingat dokumen rahasia palsu yangpernahtersiarawal 1979. Dokumen yang dipercaya beberapa pihak di PNG dan Australia itu menyebutkan bahwa akan ada "Operasi Cenderawasih" dengan 13 langkah menuju Port Moresby. Bagaimanapun, Somare yang dikenal "akrab" dengan Indonesia itu berusaha meyakinkan rakyat PNG mengenai hubungan kedua negara. Ia yakin, Indonesia tidak bermaksud memasuki PNG. "Terutama sepanjang PNG menjadi negara yang stabil dan tetap antikomunis," katanya. Untuk itu, upaya utama yang dilakukannya ialah mempertahankan stabilitas, menumpas komunis, dan membangun di sektor ekonomi. Bagi Indonesia, tampaknya pernyataan Tito soal "invasi Indonesia" itu tidak dianggap bakal mengguncangkan hubungan kedua negara. Menlu Mochtar Kusumaatmadja menyebutnya sebagai lelucon. "Mungkin itu pendapat pribadinya," katanya sambil tertawa berderai. Masih dengan senyum yang lebar, Mochtar juga menambahkan, politik luar negeri Indonesia tidak lagi menggelegar seperti sebelum 1965. "Kini kita lebih sibuk membangun, seperti mengurus pupuk, semen, dan KUD," katanya minggu lalu. Indonesia merasa tidak perlu menanggapi pernyataan Tito karena hubungan kedua negara kini dalam keadaan "mesra".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus