Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai upah minimum Inggris tidak dapat dinaikkan secara signifikan, seperti yang dituntut serikat pekerja baru-baru ini. Sebab langkah itu, malah berisiko memicu kenaikan inflasi lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apa yang tidak bisa kita miliki adalah, situasi di mana kenaikan gaji akan dihapuskan oleh kenaikan harga lebih lanjut, dan itulah mengapa Anda harus bertanggung jawab," kata Johnson seperti dikutip Reuters, Sabtu, 25 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala juru runding perdagangan Inggris, David Frost, dan Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, Tim Barrow, melihat Perdana Menteri Boris Johnson menandatangani kesepakatan perdagangan Brexit dengan Uni Eropa di kediaman perdana menteri Downing Street No 10 di London, Inggris, 30 Desember 2020.[Leon Neal/Pool via REUTERS]
Johnson mengklaim, secara keseluruhan Bank sentral Inggris telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam mengelola inflasi selama 25 tahun terakhir. Lonjakan kenaikan harga baru-baru ini disebabkan oleh masalah inflasi global.
Lonjakan biaya makanan dan bahan bakar telah membuat biaya rumah tangga melonjak. Pemerintah Inggris mendesak adanya pengendalian upah untuk menghindari inflasi spiral.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.