Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Boris Johnson Belum Mau Penuhi Tuntutan Kenaikan Upah Buruh

Boris Johnson menilai upah minimum tidak dapat dinaikkan secara tajam, seperti yang dituntutkan oleh serikat pekerja karena bisa memicu inlfasi.

25 Juni 2022 | 19.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai upah minimum Inggris tidak dapat dinaikkan secara signifikan, seperti yang dituntut serikat pekerja baru-baru ini. Sebab langkah itu, malah berisiko memicu kenaikan inflasi lebih lanjut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



"Apa yang tidak bisa kita miliki adalah, situasi di mana kenaikan gaji akan dihapuskan oleh kenaikan harga lebih lanjut, dan itulah mengapa Anda harus bertanggung jawab," kata Johnson seperti dikutip Reuters, Sabtu, 25 Juni 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala juru runding perdagangan Inggris, David Frost, dan Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, Tim Barrow, melihat Perdana Menteri Boris Johnson menandatangani kesepakatan perdagangan Brexit dengan Uni Eropa di kediaman perdana menteri Downing Street No 10 di London, Inggris, 30 Desember 2020.[Leon Neal/Pool via REUTERS]


Johnson mengklaim, secara keseluruhan Bank sentral Inggris telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam mengelola inflasi selama 25 tahun terakhir. Lonjakan kenaikan harga baru-baru ini disebabkan oleh masalah inflasi global.

Dalam seminggu terakhir, buruh di perkereta-apian Inggris menggelar dua kali aksi mogok kerja dengan tuntutan kenaikan gaji untuk mengimbangi lonjakan inflasi. Aksi protes ini sampai melumpuhkan jaringan kereta api Inggris. 
 
Mereka memperingatkan aksi industri ini tidak akan surut, kecuali ada kesepakatan kenaikan gaji dan jaminan tak ada PHK. Rencananya pada Sabtu ini, 25 Juni 2022 waktu setempat, serikat buruh akan melanjutkan aksi protes tersebut.

Lonjakan biaya makanan dan bahan bakar telah membuat biaya rumah tangga melonjak. Pemerintah Inggris mendesak adanya pengendalian upah untuk menghindari inflasi spiral.

Buruh di sektor lain juga disebut tengah bergerak menuju aksi industrial, sebagai puncak ketidakpuasan atas pemerintah Inggris ini. Pemerintah menyebut pemogokan ini kontraproduktif. Pasalnya aksi ini dinilai berpengaruh pada pihak berpenghasilan rendah, yang bergantung pada transportasi umum dan tidak dapat bekerja dari rumah. 
 
REUTERS

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus