Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Nelayan Kabupaten Anambas dan Natuna, Kepulauan Riau, mempertanyakan keberadaan kapal patroli laut pemerintah Indonesia, menyusul maraknya kapal ikan asing (KIA) Vietnam beberapa waktu belakangan. Bahkan, sampai saat ini, kapal asing tersebut juga merusak dan menghilangkan puluhan bubu nelayan Anambas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu korbannya adalah Mustafa, nelayan Kepulauan Anambas yang juga Wakil Ketua HNSI Siantar Timur. Mustafa mengatakan bahwa KIA Vietnam sudah marak beberapa bulan belakangan, tetapi kali ini sudah terlalu jauh masuk ke laut Indonesia sehingga merusak bubu nelayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bubu saya ada 20 biji, yang selamat hanya tiga biji, dalam keadaan rusak, dirusak kapal asing, kejadian di sebelah Utara, atau di koordinat kepala tiga derajat, 105," kata Mustafa kepada Tempo, Kamis, 20 Maret 2025.
Mustafa melanjutkan bahwa kejadian itu berawal ketika dirinya hendak memanen ikan di bubu yang sudah dipasang satu bulan yang lalu. Ketika sampai di titik lokasi bubu, bubu hanya tersisa tiga biji.
"Setelah itu, anak buah saya mencari di sekitar titik bubu, tetapi tidak ditemukan sisa yang lain," katanya saat dihubungi dari Batam.
Kemudian, di lokasi yang sama, kata Mustafa, kapal miliknya yang dinahkodai anggotanya tersebut melihat enam pasang kapal ikan Vietnam. "Kami sudah tahu itu Vietnam. Mereka menangkap ikan pakai jaring gandeng dua kapal," kata Mustafa.
Anak buah Mustafa pun mendatangi kapal Vietnam tersebut dan memberi isyarat terkait bubu mereka yang hilang kepada ABK Vietnam. "Anggota saya sampaikan ke Vietnam menggunakan isyarat, hati-hati melaut karena di kawasan tersebut banyak bubu nelayan," kata Mustafa.
Namun, bukannya menghindari lokasi, kata Mustafa, nelayan Vietnam tetap melaut di perairan itu. Bahkan, mereka memberi ABK Mustafa rokok berasal dari Vietnam.
"Lokasi kejadian jaraknya hanya 30 mil dari Pulau Durai Tarempa," kata Mustafa.
Setelah kejadian itu, kapal Mustafa balik kanan kembali ke Anambas. Pasalnya, alat tangkap bubu mereka sudah hancur. "Biasanya bawa satu ton ikan. Hari itu yang kami dapat hanya 200 kilogram," katanya.
Kata Mustafa, dirinya rugi ratusan juta, pasalnya tidak hanya di satu titik bubunya rusak. "Kalau kerugian jangan ceritalah, satu bubu itu harganya Rp 800.000," kata Mustafa.
Tak hanya nelayan Anambas, kata Mustafa, maraknya kapal asing juga menganggu nelayan Natuna. "Ujung-ujungnya nanti nelayan ini kerjanya merampok. Karena laut tidak ada hasilnya," kata dia.
Tidak hanya KIA Vietnam, bubu nelayan Anambas juga sering rusak akibat kapal cantrang. "Entah gimana nasib kami lagi ini," kata dia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pung Nugroho Saksono mengatakan bahwa kapal pengawas Macan Tutul 01 sudah diturunkan ke lokasi laporan nelayan, tetapi tidak ditemukan KIA Vietnam tersebut.
"Selanjutnya, akan kami gerakkan Orca 03 dari Batam," kata dia, Kamis, 20 Maret 2025.
Saat ditanya tentang dampak efisiensi anggaran, Pung Nugroho Saksono tidak membantah hal tersebut. "Sangat berdampak. Makanya kami tidak bisa menggerakan kapal banyak dan tidak bisa lama di laut," katanya.
Ketua HNSI Anamvas Dedi Syahputra mengatakan, sampai saat ini nelayan tidak berani ke laut karena takut bubu mereka rusak.
"Ini kejadian paling banyak laporan KIA Vietnam semenjak Pak Prabowo dilantik," kata dia.
Dedi mempertanyakan tindakan patroli aparat pemerintah di laut Anambas. "Jika memang patroli, logikannya kenapa tidak ada yang ditangkap," kata dia pada Kamis 19 Maret 2025.
Pilihan Editor: KKP Tangkap 3 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna dan Selat Malaka, Berbendera Vietnam dan Malaysia