AKHIRNYA, Nicholas Daniloff, 52, diizinkan meninggalkan Uni Soviet. Dengan menumpang pesawat Lufthansa Airbus 300, Daniloff ditemani Ruth istrinya, tiba di bandara Frankfurt, Jerman Barat, Senin malam pekan ini. Pasangan itu disambut Dubes AS untuk Jerman Barat Richard Burt, dan menginap semalam di Frankfurt, sebelum meneruskan perjalanan menuju AS. Seolah ingin mengenang peristiwa penahanan dirinya, Daniloff, wartawan US News and World Report, dalam perjalanan pulang ke AS mengenakan baju yang dipakainya ketika pertama ditahan di penjara militer Lefortovo, Moskow, akhir Agustus lalu. Bahkan sebelum bertolak, ia sempat berziarah ke makam kakek buyutnya, seorang Rusia yang berjuang melawan Tsar pada 1825. Selain itu, ia juga melantunkan sajak berbahasa Rusia, karya Penyair Mikhail Lermontov -- yang dihafalnya selama tiga minggu di penjara -- di depan penggantinya, Jeff Trimble, dan para wartawan yang mengantarnya di bandara Sheremetyevo, Moskow. Kepergiannya dari Soviet, menurut Daniloff, lebih terasa menyedihkan daripada kemarahan yang meluap. Pelepasan Daniloff diduga merupakan hasil perundingan antara Menlu AS George Shultz dan Menlu Soviet Edward Shevardnadze, yang tengah mempersiapkan pertemuan puncak AS-Soviet. Pertemuan puncak untuk membahas pembatasan senjata nuklir ini, menurut majalah The Economst, lebih diharapkan kedua negara ketimbang kasus mata-mata itu sendiri. Sementara itu, Soviet tampak mengharapkan, pembebasan Daniloff akan diikuti dengan mengizinkan Gennady Zakharov, ahli fisika yang dituduh AS sebagai mata-mata, meninggalkan Washington. "Kalau yang satu dilepaskan, yang lain pasti dilepaskan juga," ujar seorang juru bicara Soviet di PBB. Memang sudah terlihat tanda-tanda menuju ke sana. Sebuah sumber AS di New York mengatakan, dengan bebasnya Zakharov nanti, "kami mengharap beberapa pembangkang Soviet lainnya diizinkan meninggalkan Moskow." Tapi, Presiden Ronald Reagan tetap mengatakan bahwa kasus Daniloff tak ada kaitannya dengan kasus Zakharov. Wartawan AS itu dilepas, karena Soviet salah tangkap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini