MENGHADIRI kongres sambil memakai topeng? Itulah yang dilakukan sekitar 150 orang wanita, Rabu pekan ini, di Brussels, Belgia. Maklum, para wanita itu memang istimewa. Mereka adalah wakil organisasi pelacur dari 10 negara yang mengikuti kongres pelacur sedunia ke-2 di ibu kota Belgia ini. "Topeng diperlukan supaya tidak dikenali. Tapi memakainya tak merupakan keharusan," tutur seorang panitia penyelenggara dari Komite Hak-Hak Pelacur Internasional (ICPR), kepada Reuter. Rupanya, para WTS itu masih malu-malu, atau memang benar-benar takut dikenali. Kongres tiga hari -- yang menurut panitia penyelenggara dimaksudkan untuk memamerkan kebanggaan pada profesi -- ini disponsori oleh Rainbow Group, suatu kelompok lingkungan hidup ternama di Eropa, dan sejumlah anggota parlemen Eropa dari aliran nonkonvensional. Hal ini menimbulkan ketegangan antara sesama anggota parlemen Eropa, terutama protes dari mereka yang beraliran konservatif. "Sungguh memuakkan, memakai uang pembayar pajak untuk peristiwa macam begitu," kata Margaret Daly, anggota parlemen Eropa konservatif, asal Inggris. Tapi, Margo St. James, ketua organisasi para pelacur Amerika Coyote (Call of your old tired ethics atau Lenyapkan etik usang Anda), menganggap aneh segala keributan di parlemen Eropa itu. "Pelacuran adalah suatu industri besar, yang menyangkut jutaan orang. Karena itu, penting bagi kami berkumpul dan berembuk untuk memperbaiki nasib kami," kata Margo, 48 tahun. Tahun-tahun terakhir ini, menurut Margo, merupakan saat terburuk bagi bisnis para pelacur, karena adanya ketakutan akan penyakit AIDS. Munculnya aksi teror juga dituding sebagai penyebab sepinya jalan-jalan dari pria hidung belang, dan karena para pelacur ngeri ditangkap polisi yang semakin ketat berpatroli di jalan-jalan. Peserta kongres berasal dari empat benua. Eropa diwakili oleh organisasi persatuan pelacur Belanda, Jerman Barat, Austria, Italia, Swiss, dan Inggris. Amerika diwakili AS dan Kanada. Dari Asia muncul Muangthai. Indonesia rupanya belum atau tak masuk hitungan. Dan yang terakhir dari Australia. Kongres WTS pertama berlangsung di Amsterdam, Februari tahun lalu. Kongres Amsterdam itu berhasil meletakkan kerangka kerja secara internasional untuk melindungi hakhak pelacur beroperasi secara terbuka dan resmi di masyarakat yang sehat dan bebas. Kongres tahun ini, selain akan membahas masalah AIDS dan aksi teror, juga akan membincangkan soal perlindungan bagi para WTS dari para mucikari dan polisi. Organisasi pelacur Inggris tahun ini memboikot kongres karena kongres pertama tahun lalu dihadiri banyak germo dan polisi. Menurut penyelenggara, kongres ini terbuka untuk umum, terutama pekerja sosial, dokter, dan "teman-teman" para pelacur. Dengan membawa topeng, tentunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini