Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Datang Hu, Hilang Korupsi

Presiden Cina Hu Jintao menggantikan Jiang Zemin sebagai Ketua Komisi Militer Pusat pada pekan lalu. Posisi baru ini kian melempengkan tekad Hu untuk menumpas korupsi di Cina.

27 September 2004 | 00.00 WIB

Datang Hu, Hilang Korupsi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JUNI 2003, 100 hari setelah Hu Jintao ditabalkan menjadi Presiden Republik Rakyat Cina. Majalah Time menurunkan satu laporan panjang tentang tokoh itu, dan membuka laporannya dengan sejumlah pertanyaan: "Manusia seperti apakah yang akan memimpin Cina dengan 1,3 miliar penduduk itu? Seorang tiran? Sosok yang punya visi masa depan? Ataukah seseorang dengan ideologi dogmatis?"

Dengan atau tanpa sejumlah pertanyaan di atas, sosok Hu memang menggoda untuk dikaji. Pada masa mudanya, dia tidak hanya berkutat dengan buku. Hu gemar pesta, jago meluncur di lantai dansa (lihat Tukang Dansa dan Tiga Kuasa). Memulai karier politik di Partai Komunis Cina (PKC) selepas masa kuliah, Hu Jintao membuat teman-teman kampusnya terperangah karena dia memecahkan rekor dalam sejarah politik Cina. Hu Jintao adalah anggota termuda yang pernah tercatat dalam Komite Pusat Politbiro PKC. Setelah itu, prestasi demi prestasi dia catat dalam rapornya.

Tatkala mengangkat sumpah sebagai Presiden Cina, Hu mengikrarkan sumpahnya untuk membersihkan Cina dari korupsi. Maka orang pun tersentak, termasuk para analis politik. Sudah menjadi rahasia umum, korupsi di Cina itu bak kanker stadium tinggi yang sulit diberantas. Virus korupsi itu berkembang biak tidak hanya di tubuh PKC, tapi juga di kalangan militer. Sedangkan Hu dianggap "kurang matang" jam terbang politiknya untuk bisa menerapkan tekad akbar itu: memberantas korupsi di Cina.

Mingguan Time bahkan menyebutkan, Hu Jintao mendaki ke puncak dengan "curriculum vitae" yang kosong. Dia dianggap terlalu "hijau" untuk menjadi orang nomor satu di Cina dibandingkan dengan misalnya Jiang Zemin. Pendahulunya itu sudah menanam kuku dalam-dalam di PKC dan militer ketika melangkah ke kursi presiden.

Sementara itu, untuk memberangus korupsi di PKC dan militer, mau tidak mau Hu harus berhadapan dengan kolega Jiang Zemin. Mayoritas dari sembilan anggota Komite Pusat Politbiro PKC (komite yang menggodok calon pejabat partai dan militer) adalah anggota klik Jiang Zemin. Dan jangan lupa, Jiang Zemin masih menjadi Ketua Komisi Militer Pusat (KMP) sampai 2007. Komisi ini, selain mengendalikan 2,5 juta tentara, juga menentukan kebijakan keamanan dan politik luar negeri Cina.

Nah, komisi ini dituding sebagai sarang koruptor. Jadi, orang pun bertanya-tanya seberapa jauh Hu Jintao mampu menerapkan tekadnya. Keraguan itu tidak tersimpan lama. Hu mulai menunjukkan jati dirinya: tegas dan tanpa kompromi. Korban pertama "tangan besi" Hu adalah Menteri Kesehatan Zhang Wenkang. Wenkang dipecat karena dianggap menutup-nutupi wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang melanda Cina pada April 2003.

Ketegasan itu menciutkan nyali petinggi PKC yang selama ini memandang Hu dengan sebelah mata. Pria berkacamata dengan rambut klimis itu ternyata tidak sekalem penampilannya. Namun Hu juga menyadari bahwa langkahnya memberangus korupsi tak akan efektif jika Komite Politbiro dan KMP masih di bawah cengkeraman Jiang Zemin dan antek-anteknya.

Maka Hu pun menggalang kekuatan. Dalam pertemuan Komite Pusat Partai Komunis Cina yang dihadiri 198 pejabat partai, 16-19 September lalu, Hu resmi terpilih untuk menggantikan Jiang Zemin sebagai Ketua KMP. Jiang Zemin "dipaksa" mengundurkan diri dengan alasan kesehatan mengingat usianya sudah 78 tahun. Maka tiga pilar kekuasaan (sebagai presiden, Ketua PKC, dan Ketua KMP) digenggam Hu Jintao tanpa campur tangan seniornya.

Posisi itu memberikan angin kepada Hu untuk bertindak lebih keras terhadap pejabat teras di lingkungan PKC yang dianggap korup. Menteri Pertanahan dan Sumber Daya Alam Tian Fengshan adalah korban berikutnya. Tian dipecat dari Komite Pusat PKC karena dituduh memakan suap 5 juta yuan (sekitar Rp 5,4 miliar). Menyusul Liu Fangren, Sekretaris PKC di Provinsi Guizhou, dan Cheng Weigao, Sekretaris PKC di Provinsi Hebei. Mereka dipecat lantaran terlibat korupsi.

Alhasil, masa hura-hura bagi para "pencinta korupsi" di Cina tampaknya meredup dan mungkin saja pupus di bawah tangan besi Hu Jintao.

Johan Budi S.P. (Taipei Times, Xinhua News Agency, Times, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus